___________
Gue itu reinkarnasi pangeran di masa lalu. Kalo nggak percaya, sini gue sihir.
~Garry Alexandre
__________
****Clara melangkah cepat serta menyeret lengan Garry secara paksa. Ia juga harus menahan rasa malunya karena dilirik oleh banyak siswa. Hingga sampailah mereka ke kursi panjang yang ada di taman.
Clara melepas genggamannya dan menunjuk kursi tersebut. Garry meliriknya sebentar, tetapi tak mengerti dengan apa yang hendak Clara katakan dalam diamnya.
"Apaan? Nggak paham gue."
Raut wajah Clara mengkerut kesal. Ia menghela napas panjang, sepertinya mau tak mau ia jelaskan secara nyata.
"Buat pertanyaan lo di hari itu," ucap Clara dengan tenang.
"Oh, masih inget? Terus apa jawaban lo? Yes or Not?"
"Yes, tapi dengan satu syarat." Clara mengangkat satu telunjuknya ke atas. "Lo, Garry Alexandre, harus mengikuti semua prosedur yang terjadi di sekolah ini, dan lo nggak bisa menggunakan kekuasaan orang tua lo lagi."
Hah! Gimana buaya darat? Lo pasti keberatan, 'kan? Ya iyalah, mana mungkin orang kek lo itu bisa ngelepas kekuasaan setinggi itu.
Garry terdiam, sementara Clara tersenyum tipis. Melihat mulut Garry yang membisu, ia sudah merasa menang dan bisa menolak cowok itu tanpa harus membuatnya jadi musuh.
"Hem." Tiba-tiba sebuah senyum sinis terukir di wajah Garry. Ia juga mengelus-elus pelan dagunya yang mulus. "Oke, gue terima syarat lo."
What the Fu*k?! Gue nggak salah denger, 'kan?! Dia, dia nerima syarat itu?! Dara, lo harus tanggung jawab! Gue nggak mau tau!
"So," kata Garry melanjutkan omongannya, "ada satu hal yang perlu kita lakukan sekarang."
"Ap-Apa?!" tanya Clara dengan nada yang sedikit panik. Namun, Garry menyadari hal itu.
"First kiss...." Garry sengaja mengucapkannya dengan lirih. Ia perlahan berjalan mendekat kemudian memegangi kedua sisi rahang Clara.
Cewek itu menggenggam erat tangannya, ia menutup mata saking takutnya. Semoga cuma mimpi, semoga cuma mimpi.
Garry mendekatkan wajah mereka dan perlahan membuka bibirnya, kemudian ... mengecup hidungnya, sekali kecupan.
Ia kembali mundur.
Eh?! Clara perlahan membuka matanya kembali, Garry sudah tak ada di depan matanya. Ia melihat-lihat sekeliling tapi tak kunjung menemukannya juga.
Berarti yang tadi benar-benar mimpi, 'kan? Fiuuu, syukurlah. Dasar gue, saking ketakutannya sampe kebawa khayalan.
Clara berjalan pergi dari sana. Ia beranggapan jika Garry tak pernah ia seret ke sini. Peristiwa ia menyeret Garry tadi hanyalah khayalan semata. Cowok itu pasti masih berdebat kencang dengan mantannya.
"Ra," panggil seseorang.
Clara menoleh dan mendapati Dara dengan wajah paniknya.
"Dara, wajah lo kok panik gitu?" tanyanya polos.
Dara tiba-tiba langsung memeluknya. "Maafin gue ya, karena rencana dari gue, lo malah harus ngalamin hal kek gini."
Nada bicara Dara terdengar seperti menyesal. Ada apa? Bukannya dia tadi hanya berhalusinasi sedang berhadapan dengan Garry? Oh, atau Dara melihatnya yang sedang berhalusinasi? Bisa jadi, sih.
"Ah, Nggak papa kok."
"Serius? Tapi kan, lo bilang belum pernah pacaran, Ra."
Clara menggeleng, melepas pelukan sahabat masa kecilnya itu. "Emang sih, soalnya cowok di desa gue dulu tuh sukanya sama cewek baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Your Doll [END]✅
Подростковая литература[UPDATE SETIAP HARI] "Kenalin! Ini selingkuhan gue." Gimana perasaan lo ketika, ada cowok asing yang tiba-tiba merangkul pundak lo dan berkata demikian? Pasti Ilfil, 'kan? Begitu juga dengan Clara yang tiba-tiba di pertemukan dengan Garry dalam situ...