"Lepasin, Gar," ronta Clara memukul-mukul lengan cowok itu. Namun, tak ada tanggapan dari yang bersangkutan.
"Masuk," perintah Garry saat sampai di depan mobilnya. Ia membukakan pintu dengan cepat.
Mendapati tatapan serius dari Garry, gadis itu menurut. Tak lama Garry masuk dari pintu sebelahnya. Menghidupkan mesin, memundurkan mobil kemudian pergi ke jalan raya. Tatapannya datar lurus ke depan.
Clara menghela napas berat, kenapa pula si Garry tak menyetujui hal itu? Apa jangan-jangan dia memang tak pernah mau serius padanya? Tapi bukannya itu bagus? Toh, mereka kan tidak saling mencintai. Hanya berpacaran atas dasar tantangan.
"An—"
"Diem!" bentak Garry cepat, Clara sampai terkaget mendengarnya.
"Kenapa nggak—"
"Gue BILANG DIEM!"
Garry menghentikan mobilnya mendadak ke pinggir jalan. Clara tersentak ke depan, begitu juga dengan Garry yang bertahan di bulatan setir. Matanya melirik tajam Clara.
"Lo kenapa sih?" tanya gadis itu dengan emosi yang sudah menggebu-gebu.
"LO YANG KENAPA! BRENGSEK!"
"Kok lo yang marah-marah sih?!" Clara tak habis pikir.
Garry mendengus sinis. "Jangan sampe gue macem-macem ya sama lo."
Bukannya takut, Clara malah menantang. "Lo pikir gue takut sama ancaman murahan gitu?!"
Garry melepas sabuk pengamannya kemudian mendekatkan kepala mereka, mengecap bibir Clara secara perlahan. Gadis itu melotot diam, mematung. Sementara Garry terus bermain dengan bibi Clara, terus mengendalikan permainan lidah mereka.
Setelah cukup lama dalam posisi yang sama, akhirnya Garry menyudahi adegan tak terduga itu. Clara bergetar kecil, matanya bahkan tak berkedip sejak tadi.
"Puas lo?!" kata Garry tak lama setelahnya. "Itu kan yang lo mau?"
"Antar gue pu-pulang," kata Clara masih dengan wajah melamun, putus asa. Mereka barusan berciuman bukan?
Di pinggir jalan?
Di dalam mobil?
Demi Tuhan, Clara dosa apa sampai dihadapkan dengan cowok brengsek seperti dia?!
Garry menjalankan mobilnya kembali, sampai ke depan rumah Clara pun cewek itu hanya termenung datar, jalannya juga tak tegap.
Melihat kondisi gadis itu, Garry jadi bersalah karenanya. Tapi kenapa pula dia merasa bersalah? Dia tidak salahkan?! Itulah yang diinginkan para gadis-gadis mendekatinya?
Atau mungkin, bukan itu?! Apa jadinya jika Garry menyosor mulut orang tanpa persetujuannya? Apa itu artinya Garry murahan?!
Sial!
Tak lama, ponselnya berdering, nama Larry terpampang di layar. Garry tak menjawabnya, membiarkan panggilan itu berakhir begitu saja. Dia terlalu malas untuk berurusan dengan makhluk homo itu.
***
Saat Clara masuk, dia masih belum bisa menghapus lamunannya, seolah-olah situasi tadi sudah mematikan fungsi otaknya.
"Clara?"
Panggilan dari Ayah menyadarkan Clara dari lamunan berkepanjangannya. Ia bergidik sesaat, sebelum menoleh ke sumber suara dengan berkata, "Ya?"
"Kenapa kamu berjalan sambil melamun gitu?"
Clara bingung sendiri menjawabnya. "Eh, anu, bukan apa-apa kok. Ayah kapan pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Your Doll [END]✅
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] "Kenalin! Ini selingkuhan gue." Gimana perasaan lo ketika, ada cowok asing yang tiba-tiba merangkul pundak lo dan berkata demikian? Pasti Ilfil, 'kan? Begitu juga dengan Clara yang tiba-tiba di pertemukan dengan Garry dalam situ...