Clara memasukkan Mie besar itu ke mulutnya yang kecil, berusaha menyeruput dan mengunyahnya secepat mungkin. Karena Cowok stress, haus akan kemenangan, dia harus melalukan hal ini.
Dara terus menyemangati sahabatnya yang sedang bersusah payah menelan ramen itu. Ia geregetan sendiri, ingin rasanya dia saja yang memakan ramen tersebut. Dara benar-benar mengharapkan hadiah yang akan diberikan Garry jika Clara berhasil menyelesaikan challenge.
"Ayo, Clara, tinggal beberapa suapan lagi."
Taik! Dikira nguyah mie gede kek gini gampang apa?! Dara ... bisa-bisanya sih, lo suka sama manusia kek dia?! Clara berkeluh kesah di dalam hatinya.
Karena makan terlalu cepat, tak sengaja ia tersedak mie itu, dia pun batuk-batuk. Garry yang awalnya berdiri santai, tiba-tiba memutar tubuhnya, mencari sesuatu segelas air untuk diberikan ke pacarnya itu. Dia panik setengah mati.
"Clara, Clara!" Dara juga ikutan panik, merasa bersalah. Ia seharusnya tak memaksa temannya untuk memakan ramen itu dengan cepat.
Garry menyodorkan gelas berisi penuh air putih, ia meminumkannya ke gadis itu secara perlahan. Setelah beberapa saat, batuk-batuk itu menghilang. Clara menghela napas lega.
"Lo kalo nggak sanggup bilang."
"Iya, Ra, gue jadi merasa bersalah nih, tenggorokan lo udah mendingan? Atau kita ke rumah sakit aja, yuk," ajak Dara dengan raut wajah menyesal.
Clara menggeleng, ia mengambil beberapa lembar tisu dan membersihkan mulutnya dari kuah Ramen.
"Nggak perlu kok. Ehem!" Clara berdehem, meski batuknya berhenti, tapi ada rasa tak nyaman di tenggorokannya.
Tangan Garry tiba-tiba melingkar di bawah lutut Clara, membopongnya.
"Gar, Gar, lo mau ngapain?" Clara berontak ringan, kaget.
"Udah diem aja. Lo, Dara, pulang aja, nanti hadiahnya gue lakuin besok."
"Eh, tapi gue—" Dara tak meneruskan perkataannya.
Garry langsung berbalik badan, membawa gadis itu, tak peduli meski banyak orang yang melihat mereka. Berbeda dengan Clara yang berusaha menyembunyikan wajahnya dari tatapan orang-orang.
Ia melingkari tangannya ke leher Garry, berpasrah, ia memejamkan matanya. Ia ingin bersuara, tapi rasa gatal di tenggorokannya benar-benar membuatnya bisu.
Sesekali ia batuk dalam dekapan Garry, namun cowok itu tak merespon apapun.
Mereka menaiki Lift, bahkan di sini pun, Garry belum juga menurunkan Clara dari tangannya. Cowok itu baru melepaskan bolongannya saat Clara sudah berada di kursi mobil.
Ia menyalahkan mesin mobil, keluar dari Mall dengan cepat dan dengan cepat datang ke rumah sakit terdekat.
Clara memandanginya, bertanya-tanya kenapa mereka ke rumah sakit. Garry keluar mobil dan membukakan pintu untuknya. Clara keluar dengan raut wajah kebingungan.
Garry menghela napas berat, ia kembali menggenggam tangan gadis itu dan menyeretnya ke dalam rumah sakit.
"Garry Alexandre, kamar VIP," katanya ke suster yang sedang bertugas.
"Ka, kamar VIP? Alexandre? Oh!" Suster itu tersadar seketika. "Siap laksanakan, tuan muda. Kamarnya ada di sebelah kanan." Ia beranjak dari kursinya dan menuntun mereka ke kamar yang dimaksud.
Suster itu membukakan pintu kamar, di dalamnya selayaknya rumah dengan berbagai macam kebutuhan. Clara bahkan tak pernah melihat kamar pasien rumah sakit seperti ini.
"Silahkan, tuan muda."
Garry memegangi pundak Clara dan mendorongnya pelan. Ia ingin memberontak, tetapi rasa tak nyaman di tenggorokan menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Your Doll [END]✅
Fiksi Remaja[UPDATE SETIAP HARI] "Kenalin! Ini selingkuhan gue." Gimana perasaan lo ketika, ada cowok asing yang tiba-tiba merangkul pundak lo dan berkata demikian? Pasti Ilfil, 'kan? Begitu juga dengan Clara yang tiba-tiba di pertemukan dengan Garry dalam situ...