Chapter 54: Karma

14 6 1
                                    

Garry dan Salwa saling pandang dari jauh, dikelilingi oleh kerumunan siswa yang membentuk lingkaran. Cowok itu tersenyum sinis kepada mantannya.
Salwa pun sama.

"So, ada keperluan apa lo ngundang gue ke sini?" tanya Garry memulai percakapan, bersedekap dada santai.

"Yah, nggak banyak sih yang mau gue omongin, cuma beberapa Fakta yang harus terkuak sebelum gue hilang dari sekolah ini."

"Oh, maksudnya lo punya sesuatu yang menarik? Iya nggak sih?"

Salwa mengangguk pelan, "Yaps lo bener banget. Yah, seenggaknya, sekolah ini jadi tau apa yang terjadi."

"Ya udah, apa yang lo tunggu lagi? Nggak mau ngespill? Udah lumayan banyak massa nih."

"Bentar, gue cari orangnya dulu," jawab Salwa sambil melihat sekeliling, mengamati sepasang mata yang tertuju padanya. Hingga dia melihat targetnya hari ini, cewek yang Salwa incar itu berada di sebelah kanannya.

"Nah, ketemu juga lo. Keluar gih!" serunya ke arah kanan, semua siswa yang berdiri di sana saling memandang satu sama lain, siapa orang yang Salwa masksud?

"Indah Patrecia," jawab Garry tiba-tiba, semua kepala tertuju pada yang bersangkutan. Ia perlahan maju dengan santai dan memandangi Garry dengan senyuman.

"Iya, Gar?"

"Ini semua Fakta tentang lo," kata Garry memberitahu.

"Tentang gue?" beo Indah menunjuk dirinya sendiri, ia melirik Salwa yang menatapnya tajam. "Nggak salah nih? Apa sih yang mau lo ekspos dari gue? Mau ngatain kalo gue curang?"

"Indah, Indah, gue udah berbeda jauh sama musuh bebuyutan lo dulu."

"Oh ya?" tantang Indah sinis. "Ya udah, beberin sini, paling nggak jauh dari sekedar omong kosong."

Salwa mendekat dengan anggun, mengibaskan rambutnya ke dada. "Yakin banget sih, kawan."

"Yakinlah, kenapa gue harus takut?" Indah menaikkan alisnya.

Salwa hanya tersenyum lebar menatapnya, ia berbalik badan dan kembali ke posisinya semula.

"Jangan buang-buang waktu lagi, Salwa," saran Garry, memberi kode kepada mantannya itu.

"Sebelum itu, gue mau kalian melihat ini terlebih dahulu, udah gue post di web halaman sekolah."

Semua siswa yang berkumpul di lapangan segera membuka gawai mereka dan mengakses website sekolah mereka. Terlihat postingan Salwa ada di paling atas.

Mereka segera memutar video tersebut. Video itu diambil secara sembunyi-sembunyi dibalik sebuah mobil dan di dekatkan. Terlihat siswi berseragam sekolah mereka yang memukuli serta menendang seorang gelandangan di balik gedung.

Setiap siswa yang melihat hal itu, sontak terbelalak lebar dan menutup mulutnya dengan tangan. Benar-benar diluar dugaan, mereka berbicara tentang itu dan sangat menghebohkan.

Indah yang penasaran dengan apa yang mereka lihat sontak mengambil gawainya di saku celana. Seketika seseorang menyodorkan HP yang sedang memutar video itu padanya.

"Nggak usah repot-repot," kata Garry dingin.

Indah menerima gawai itu, ia memutar video tersebut. Ia terbelalak lebar setelah melihatnya, itu jelas-jelas dirinya yang sedang memukuli gelandangan tempo lalu. Siapa yang mengambil rekaman ini? Atau jangan-jangan....

Indah langsung menatap Salwa yang tersenyum sinis ke arahnya. Itu benar, Salwa diam-diam membuntutinya, sebenarnya Salwa sendiri juga terkejut saat mengambil rekaman video itu. Ia sendiri tak percaya dengan apa yang ia lihat, juga cacian itu, Indah jauh lebih toxic daripada dirinya.

"Gimana? Udah puas nontonnya?" tanya Salwa, "Atau mau gue kasih video fullnya?"

Indah hanya diam, tak menanggapi apapun yang Salwa katakan. Sementara banyak mulut lain yang berbicara pelan di belakangnya. Indah tau, menyangkal hal tersebut hanyalah langkah sia-sia.

"Ini serius nggak ada penyangkalan? Berarti bener dong, itu emang dia?"

"Jelas lah, liat, dia aja nggak ngasih respons gitu."

"Wah parah sih. Berarti selama ini, sok baik aja sama kita?"

"Bisa jadi tuh, lo liat sendiri kan, di video dia kayak brutal banget. Kasihan gue sama tuh gelandangan."

"DIA UDAH DIBAYAR!" teriak Indah panas, marah, semuanya bersatu menjadi satu. "KALO LO NGGAK TAU APA-APA MENDING DIEM!" tunjuk Indah penuh emosi kepada kerumunan itu.

"Liat kan, sifat aslinya langsung keluar. Wah, nggak bener nih orang, untung gue nggak akrab sama dia."

"Bener, Jauh-jauh deh sama orang kek gitu. Yang ada, ntar kita dipukuli lagi."

"Woh, woh, sabar dong, Indah," ucap Salwa berusaha menenangkan musuh bebuyutannya itu, ia mendekat beberapa langkah. "Baru Fakta yang ke satu loh, masih ada satu lagi Fakta menarik yang bikin lo ...."

Salwa menggantung kalimatnya, membiarkannya Indah mati penasaran karenanya.

"So, masih ada satu Fakta lagi, Salwa?" tanya Garry memastikan.

Salwa mengangguk, "Mungkin hal ini akan membuat lo salah paham, tapi bukan point itu yang mau gue sampaikan di sini."

Garry mendengus sinis. "Jangan buat gue penasaran terlalu lama, Salwa, lebih cepat lebih baik."

"Harusnya bukan lo yang ngucapin itu, Gar, tapi dia." Lagi-lagi Salwa menunjuk Indah yang masih menatapnya datar dan tajam. Pancingan pertamanya sudah dimakan oleh Indah, itu adalah langkah yang bagus.

"Yang kedua, gue pengen kalian semua dengerin ini!" perintah Salwa tegas. Seketika semua murid yang ada di sana terdiam, menunggu aksi Salwa selanjutnya.

Salwa memutar sebuah rekaman suara.

"Hallo, Om, bisa lo kencani anak ini? Iming-imingi saja dengan lolos sebagai Model Artist, dianya juga bakal mau kok," ucap suara dalam rekaman itu. Suaranya Indah, berbicara dengan seseorang.

"Anak ini?" jawab suara lainnya, sedikit berat, "Salwa Amanda Jaya? Bahkan tanpa melakukan itu denganku pun, dia sudah masuk kualifikasi Model Artist."

"Nggak, Om, dia udah daftar beberapa perusahaan tapi semuanya ditolak," balas Indah dalam rekaman itu.

"Begitu? Pure tidak masuk atau ada sesuatu yang menghalanginya?" tanya orang itu lagi.

Tak ada sanggahan, Indah terdiam dan kemudian orang itu melanjutkan perkataannya. "Ya sudah, aku terima kasih tawaranmu, dengan balasannya, kau harus membuat aku mendapatkan bagian dari saham perusahaan Alexandre Group."

"Bisa diatur, Om."

Rekaman pun berakhir. Kini, semua siswa sudah tau, termasuk Garry yang cukup terkejut dengan rekaman itu.

"Salwa, jangan bilang kalo—"

"Yaps. Om yang sama dengan orang yang lo temui sesaat sebelum lo mutusin gue. Tapi tenang, Gar, gue di sini nggak bakal menuntut buat balikan sama lo. Gue cuma pengen ngasih tau lo yang sebenarnya, gue cuma ingin menjaga hubungan baik dengan lo."

"Dari mana lo dapat rekaman itu?!" tanya Indah setengah tertunduk.

"Hah?"

"Gue bilang, DARI MANA LO DAPAT REKAMAN ITU BRENGSEK!" maki Indah teriak kencang, ia berlarian cepat dan menjambak rambut Salwa. Sontak hal itu membuat Salwa meringis kesakitan dan membalas jambakan ke rambut Indah. Garry dengan cepat melerainya, tapi ia sendiri tak bisa menanganinya, genggaman tangan keduanya sangat erat.

I'm not Your Doll [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang