"Papa," ucap Garry setelah melihat layar.
Clara yang mendengar itu sedikit kecewa, ia tadinya berharap itu dari Larry. Namun, demi menjadi pacar yang baik, ia menyarankan Garry untuk mengangkatnya.
"Hallo, Pa?" ucap Garry tepat setelah mengangkatnya.
"Papa nggak mau basa-basi, cepat katakan apa permintaan kamu untuk mewarisi perusahaan?"
"Kenapa buru-buru, Pa? Ada masalah lain yang—"
"Larry?" potong Papa dari balik telepon, Garry seketika terdiam. "Kalo masalah itu, kamu jangan khawatir, tapi Papa nggak bisa ngasih tau kamu juga. Biarkan dia hidup seperti yang ia mau."
"Jangan bilang kalo Papa yang...." Garry bahkan tak sanggup meneruskan perkataannya.
"Iya, Papa yang akan mengurus Larry selama beberapa tahun ke depan. Kamu cukup jalani kehidupan dan bersiaplah untuk memimpin perusahaan."
"Tapi, Pa!"
"Tidak ada tapi-tapian, itu permintaan dari Larry sendiri."
Telepon berakhir, sang papa memasukkan telponnya ke saku celana. Di balik kaca dinding yang menghadap langsung ke gedung-gedung tinggi, Papa tersenyum miring. Tak lama kemudian, pintu diketuk, seseorang masuk.
Papa menoleh dan berkata, "Mari kita mulai."
"Baik, Pak."
***
"Apa yang Papa kamu bilang, Gar?" tanya Clara setelah telepon berakhir.
"Larry, diurus sama Papa."
Clara menghela napas lega. "Baguslah, Gar, dengan begitu, pasti dia baik-baik aja."
"Itu justru meragukan. Papa nggak pernah suka sama Larry, ia juga tak pernah lunak ke anak-anaknya."
"Jadi, Gar, menurut lo, Papa lo bohong gitu?"
"Gue pun nggak tau."
"Ya sudah, bagaimana kalau kita percayakan Larry ke Papamu?"
"Lo yakin?" Garry tampaknya masih ragu akan hal itu.
Clara mengangguk pasti. "Yakin, Gar."
***
5 tahun berlalu.....
Seorang pria mengemudikan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Memotong setiap kendaraan yang melaju di depannya. Ia dengan santainya memutar setir dengan cepat. Suara roda mobil yang di rem beradu dengan aspal pun terdengar jelas.
Mobil itu pun terhenti di depan sebuah rumah mewah besar. Ia segera turun setelah sampai. Melempar kunci ke security rumah tersebut kemudian berjalan santai masuk ke dalam.
Setelah sampai di teras rumah, banyak pelayan yang menyambutnya. Ia mengabaikan sambutan itu dan berjalan masuk ke dalam. Para pelayan mengekorinya.
"Pelayan no. 3 barisan paling kiri," ucapnya kemudian berhenti dan menoleh ke belakang. "Kakimu keram apa lumpuh? Jalan tuh yang bener."
Ia membuka kacamatanya, dengan wajah dingin dan menyebalkan. Para pelayan menunduk, pelayan yang dimaksud pun di dorong pelan oleh yang lainnya. Ia begitu takut untuk maju, bahkan tak bisa berkata-kata.
"Ada apa lagi sih?" Seseorang datang dari atas, ia menuruni anak tangga dengan cepat. "Kamu kebiasaan emang."
Pria itu menoleh. "Emang ada masalah sama kamu?"
"Lagi?" tanyanya dengan alis terangkat kemudian menghela napas panjang.
Segera pria tadi mendekat dan memeluknya dengan erat dan mengangkat tubuh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Your Doll [END]✅
Roman pour Adolescents[UPDATE SETIAP HARI] "Kenalin! Ini selingkuhan gue." Gimana perasaan lo ketika, ada cowok asing yang tiba-tiba merangkul pundak lo dan berkata demikian? Pasti Ilfil, 'kan? Begitu juga dengan Clara yang tiba-tiba di pertemukan dengan Garry dalam situ...