12. [ IT'S ABOUT SAGARA 2 ]

15.2K 1.4K 67
                                    

Arsen menghampiri Nara yang sudah menunggu di loby sekolah, dia menepuk pundak Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsen menghampiri Nara yang sudah menunggu di loby sekolah, dia menepuk pundak Nara.

"Dek sorry, lo pulang sama supir aja ya? Gue mau gantiin Gara pertandingan basket sore ini" Jelas Arsen.

"Ohh iya gak papa, nanti aku telfon pak Yayat.

Arsen mengangguk, lalu berbalik arah kembali ke lapangan basket sekolah. Nara merogoh ponselnya, menelfon supir pribadi yang Ariel pekerjakan.

"Assalamualaikum pak Yayat, tolong jemput aku ya di sekolah, abang pulang telat"

"Iya non siap"

"Makasih pak"

"Sama-sama"

Nara mengakhiri panggilan, sekitar lima belas menit dia menunggu akhirnya pak Yayat sampai. Dengan cepat Nara masuk ke dalam mobil.

"Maaf ya non lama" Sesal pak Yayat.

"Gak papa pak, santai aja ayo pulang" Balas Nara.

"Makasih non" Pak Yayat mulai melajukan mobil, meninggalkan area sekolah.

"Oh iya pak, mama ada di rumah?" Nara bertanya.

"Nggak non, tadi dia pergi sama teman-teman nya" Jawab Pak Yayat.

"Ohhh iya, kalo gitu bisa anterin aku ke apartemen yang ada di jalan Damangi ya pak" Ucap Nara.

"Baik non"

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di depan gedung apartemen Gara. Ya Nara berniat untuk mengecek keadaan laki-laki itu, sejak tadi pagi dia sangat khawatir.

Nara turun dari mobil, mengetuk kaca bagian Pak Yayat. "Pak, bapak pulang aja dulu" Titah Nara.

"Aku mau main dulu ke rumah temen, nanti sore baru pulang" Lanjut Nara.

"Baik non, kalo mau di jemput langsung telfon bapak ya" Beritahu pak Yayat.

"Okee pak, hati-hati dijalan" Nara mengingatkan.

Barulah saat pak Yayat melajukan mobilnya, Nara melangkah menuju lobby apartemen.

"Untung aku inget unit apartemen Gara" Monolog Nara saat berada di dalam lift.

Nara menyusuri lorong apartemen, dan berhenti di hadapan pintu apartemen Gara yang kala itu pernah dia kunjungi.

Nara membunyikan bel, namun tidak kunjung ada yang membuka pintu.

Sekali, dua kali, tiga kali dan hampir yang kesepuluh.

"Jangan-jangan Gara–" Ucap Nara terpotong dengan pikiran anehnya.

Nara mulai mengingat-inget password apartemen Gara yang pernah laki-laki itu sebutkan, Gara selalu mengucapkan angka-angka itu ketika membuka pintu apartemen nya.

ARSYAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang