19. [ GARA CURHAT ]

12.9K 1.2K 98
                                    

Nara menoleh mendengar suara gaduh di balkon kamarnya, karena penasaran Nara melangkah mendekat.

Dia sedikit mengintip di balik tirai putih yang menutupi kaca, melihat siluet seorang laki-laki yang membelakangi nya.

Saat orang tersebut berbalik, Nara refleks berucap lantang "GARA?!"

Tanpa menunggu lama, Nara langsung membuka pintu kaca tersebut. Terlihat, Gara menyunggingkan senyum tipis melihat bagaimana antusias Nara akan kehadirannya.

Setelah pintu terbuka, Nara segera menerjang tubuh Gara dan memeluknya dengan erat.

Walau bagaimanapun perilaku Gara terhadapnya, Nara dengan mudah memaafkan laki-laki itu. Tanpa Gara harus repot-repot mengemis kata maaf.

Gara mengernyit saat mendengar suara isak tangis dari gadis yang berada di dekapannya ini.

"Gue bilang apa kemarin? Jangan nangis karna gue Nar, cowok kayak gue nggak layak lo tangisin" Ucap Gara.

"Gimana aku gak nangis? Aku khawatir, lebih baik Gara selalu ngusir aku daripada menghilang kayak kemarin" Jawab Nara.

"Sekarang gue udah ada disini, lo jangan nangis lagi" Balas Gara lembut, sambil mengusap rambut tergerai Nara agar gadis itu lebih tenang.

"Gara kemana aja?" Tanya Nara sesudah isakan tangisnya berhenti.

"Di rumah sakit" Gara menjeda ucapannya, "Gue koma" Lanjut Gara.

"Hah?! Kalo gitu kenapa Gara keluar rumah sakit? Seharusnya masih pemulihan!" Nara terkejut.

"Demi lo" Kata Gara.

"Ayo kita masuk, udara dingin gak baik buat kesehatan Gara" Ajak Nara.

Mereka berdua melangkah beriringan masuk ke dalam kamar Nara, satu kata dari Gara untuk mendeskripsikan suasana kamar Nara adalah nyaman.

Gara jelas merasa nyaman berada di kamar gadis itu, dengan corak kamar yang berwarna putih di tambah aroma Nara menguar dalam seisi kamar.

Nara membawa Gara untuk duduk di kasur king sizenya, mereka duduk saling berhadapan.

"Gara mau minum apa? Udah makan belum? Apa masih ada yang sakit?" Tanya Nara beruntun.

"Gue butuh lo" Ujar Gara lemah.

"Gar–"

"Gue boleh peluk lo Nar? Sebentar aja" Gara meminta izin.

Nara merentangkan tangannya, dengan cepat Gara berhambur ke dalam dekapan gadis itu.

"Cerita aja Gara, jangan di pendem" Saran Nara.

"Gue capek Nara, harusnya gue ikut Mommy" Ujar Gara.

"Gak boleh, Gara belum bahagia. Emang Gara nggak mau nunjukin ke mereka kalau kamu bisa?"

"Dia mau bunuh gue, cuma karna jalang itu Nar" Gara mengadu.

"Gue kritis aja dia gak peduli, asik pergi sama Brianna"

"Padahal gue anak dia Nara, sedangkan Brianna? Jalang yang merangkap jadi istrinya" Gara meremehkan.

"Gak papa Gara, masih ada aku, kak Laskar, bang Arsen yang peduli sama kamu. Kita selalu khawatir sama Gara, jangan sedih ya"

Terjadi keheningan beberapa menit, Gara masih betah berada di dalam pelukan Nara, sedangkan Nara sama sekali tidak mempermasalahkan.

"Gara kok kuat banget sih, kalo aku jadi kamu pasti udah bundir" Celetuk Nara.

"Lo satu-satunya orang yang liat gimana keadaan gue kalo lemah"

"Wah aku beruntung dong?" Nara bertanya, Gara mengangguk sebagai jawaban.

ARSYAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang