22. [ PEONY ]

12.6K 1K 64
                                    

Aku lagi halangan, jadi bisa update ✨

Kemarin Allisya hanya mengalami shock berat, membuat aliran udara ke otak menipis. Yang menyebabkan, hidungnya mengeluarkan darah. Untung saja Arsen dan yang lainnya cepat tiba, dan langsung membawa Allisya ke rumah sakit terdekat.

Malam Minggu ini, baik Arsen dan Nara tidak ada yang pergi keluar. Karena Hana melarang itu, mengingat kondisi Arsen yang belum terlalu pulih walupun sudah tidak menggunakan alat bantu jalan.

"Ma, Pa. Nara ke kamar dulu yaa, mau milih baju buat besok" Ujar Nara berpamitan.

"Kenapa harus milih dari malam gini, baju kamu habis?" Ariel bertanya.

"Baju Nara malah lebih dari dua lemari, habis darimana El?" Sambar Hana.

"Harus perfect buat besok, kan kita mau four date. Iyakan bangg?"

"Hemmm terserah lo mau nyebut apa" Jawab Arsen.

"Blum ada hubungan udah jalan" Celetuk Ariel.

"Ya biarin, kan masih proses" Jawab Nara ketus.

"Papa dong, langsung nikahin Mama" Jawab Ariel bangga.

"Dijodohin jangan sok keras" Balas Nara.

"Pake nolak dan balik ke masa lalu, sebelum bucin setengah mati sama Mama" Lanjut Nara mengejek.

"Oke Papa kalah" Ucap Ariel pasrah.

"Kalo Nael nikah di umur sembilan belas tahun, boleh Ma?" Tanya Arsen.

"Nggak, gak boleh! Kamu harus siap fisik, mental, dan finansial" Jawab Hana tegas.

"Dan punya penghasilan sendiri, intinya mapan. Jangan kayak Papa kamu, kasih uang banyak buat Mama tapi dari Opa" Sindir Hana teringat masa lalu.

"Tapi akhirnya sebagian aset aku atas nama kamu kan, lima rekening aku juga punya kamu" Bela Ariel.

"Iya Bapak Ariel, terserah anda" Ujar Hana mengalah.

"Good night Ma, Pa, dan Abang" Ucap Nara.

Nara melenggang pergi, tanpa menunggu jawaban dari ketiga orang itu. Dia membuka pelan pintu kamar bercat putih tersebut, lalu menguncinya dari dalam.

Sebelum memilih pakaian yang ingin di pakai besok, Nara menyempatkan diri untuk mencuci tangannya terlebih dahulu.

Setelah itu, dia membuka salah satu pintu lemari besar yang berada di kamarnya. Nara mulai memilih-milih, namun tidak ada yang cocok untuk besok.

Nara bergeser pada lemari yang lain, belum sempat tangannya menyentuh baju yang berada di dalam lemari.

Tok tok tok tok..

Kaca kamarnya di ketuk dari luar, Nara memincingkan mata waspada. Apa mungkin maling? Tapi  sepertinya bukan. Penjaga di luar banyak, tidak mungkin satu maling lolos masuk ke dalam kawasan rumah.

Baru saja dia ingin melangkah untuk memastikan, ponselnya berdering nyaring. Buru-buru Nara menerima panggilan dari Gara, laki-laki itu yang meneleponnya.

"Nara buka pintu kaca kamar lo, gue di luar" Beritahu Gara.

Tok tok tok..

"Gue di luar Nar" Ucap Gara lebih keras.

Dengan pikiran bingung, Nara segera membuka tirai, dia sedikit terkejut mendapati Gara berada di luar. Ternyata bukan maling, melainkan Gara.

Langsung saja Nara membuka pintu kaca tersebut, dan mempersilahkan Gara untuk masuk.

ARSYAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang