23 [Pembelaan]

79 22 5
                                    

Vote dan komennya aku tunggu~

🔴WARNING!🔴
PART INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR.

Happy Reading

"Astaga, Nei, kan Ibu udah bilang, kamu tiduran aja dulu biar badannya bener-bener sehat. Kok malah sibuk di meja belajar, sih," tegur Ibu Nei begitu memasuki kamar putrinya.

Nei yang duduk di kursi belajar pun menoleh. "Nei harus siapin jadwal, Ibu. Kan besok Nei sekolah."

"Heh, siapa bilang? Pokoknya kamu nggak boleh sekolah dulu sebelum kamu bener-bener udah sembuh."

Nei menghela napas kasar. "Ibu .... Plis, Nei udah ketinggalan banyak pelajaran loh di sekolah. Nei nggak mau nanti tiba-tiba ulangan terus Nei belum sepenuhnya nguasain materi. Lagian, Nei juga udah sehat kok, Bu."

"Jangan ngeyel, Nei." Puput mengelus rambut putrinya.

"Serius, Ibu." Nei menarik punggung tangan Ibunya lalu ia letakkan di kening dan leher. "Tuh, udah nggak panas kan."

"Nanti kalo kamu banyak aktivitas terus tiba-tiba drop lagi gimana?"

"Insyaallah enggak, Bu. Nanti kalo ekstra dance, Nei ijin dulu nggak papa. Yang penting Nei masuk biar nggak ketinggalan pelajaran. Ya, bu, ya. Plis ...," mohon Nei.

Puput diam sejenak hingga kemudian mengangguk. "Iya iya ... besok kamu boleh sekolah. Tapi Ibu pesen, kalo semisal besok ada yang gangguin kamu, kamu jangan diem aja. Lawan Nei, kamu nggak boleh jadi perempuan lemah. Jangan terima diperlakuin seenaknya. Paham?"

Nei mengangguk pelan. "Pa–paham kok, Bu."

"Bagus. Ya udah, sekarang kamu tidur biar besok bisa fresh ke sekolahnya," pinta Ibu Nei.

"Siap, Bu!"

⭐⭐⭐

"Pagi, Bu!" sapa Nei ketika sampai di dapur.

Ibu yang baru selesai menyiapkan sarapan pun mendongak. "Loh, kok udah siap? Baru jam enam ini, Nei."

Nei mengangguk. "Iya, Nei tau kok. Nggak tau kenapa, Nei lagi pengen berangkat pagi, lagian hari ini juga Nei dapet jatah piket, Bu."

Ibu Nei munggut-munggut. "Ya udah, cepet sarapan biar nanti nggak lemes."

"Ibu nggak ikut sarapan?"

"Ibu puasa, Nei."

"Oh, Nei sarapan di depan aja kalo gitu."

"Enggak usah, kamu tetep di sini aja. Ibu mau ke tukang sayur depan sebentar," pamit Ibu. Setelah diangguki Nei, wanita itu pun pergi.

Nei memulai sarapannya dengan khidmat. Belum sampai lima belas menit, piringnya sudah bersih. Ia pun beranjak untuk membereskan tempat makan sekalian mencuci bekasnya tadi. Jam menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit, Nei memutuskan untuk berangkat dan seperti biasa harus menunggu angkot terlebih dahulu.

Tepat pukul setengah tujuh, Nei akhirnya sampai di sekolahnya. Sudah seminggu ia tidak menginjakkan kakinya di sana. Nei berharap, semoga ada perubahan setelah ini. Ia menyusuri koridor dengan gelagat seperti biasa yakni menunduk. Tidak ingin menatap wajah orang-orang yang berada di sekitarnya. Entahlah, Nei sudah terbiasa seperti ini.

Sesampainya di kelas, Nei langsung meletakkan tasnya lalu berjalan ke bagian belakang kelas untuk mengambil sapu. Tetapi, sebelum ia meraih satu sapu yang tergantung di tembok, suara seseorang menghentikannya.

"WOI, NERD!! MASUK JUGA LO AKHIRNYA, UDAH LAMA NGGAK LIAT LO DIBULLY KAK VIERA LAGI. Lo tau nggak! Gara-gara lo, dia sama temennya sama Eca diskors!" nyaring Yoga yang baru memasuki kelas bersama Joy dan Katrin.

Dear You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang