42 [Epilog]

65 6 0
                                    

Perempuan dengan hoodie hitam kebesaran itu turun dari taksi sambil membawa sebuah piala yang cukup besar di tangannya. Ia berjalan memasuki sebuah TPU, tempat di mana seseorang yang ia rindukan dimakamkan.

Ia bersimpuh di sebelah gundukan tanah. "Assalamu'alaikum, Kak Nei."

"Hai, apa kabar, Kak? Key dateng lagi. Tapi kali ini Key bawa sesuatu. Tara ...." Key mengangkat sedikit piala itu.

"Key menang, Kak Nei. Key bisa buktiin ucapan Key kemarin. Ini semua juga berkat Kak Nei. Makasih ya, Kak," ujar Key seraya tersenyum. Bergerak mengusap pipinya yang tiba-tiba basah karena air mata.

"Oh ya, aku belum baca surat yang Kak Nei kasih ya. Aku baca sekarang deh." Key mengeluarkan sebuah kertas berisi surat singkat dari Nei.

Dear Key

Teruntuk Keysia Ferin Aprilia
Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang udah aku anggap sebagai teman, sahabat bahkan adik sendiri.

Kata yang seketika muncul dibenakku kalau mendengar namanya adalah, terimakasih. Tolong jangan tanyakan kenapa, Key. Kamu udah baik banget sama orang yang sering kamu panggil Kanei ini. Selalu hibur aku di kala sedih. Selalu semangatin aku kalau ada sesuatu yang pengen banget aku capai. Dan yang paling aku suka, kamu selalu mau belajar sampai kamu jadi lebih baik, Key. Terutama dalam hal dance.

Aku tulis ini ketika di taman rumah sakit. Waktu kamu aku suruh buat pergi dan biarin aku sendiri dengan segala pikiran yang ada di kepalaku. Pas kamu udah hilang dari pandangan aku, entah kenapa aku keinget sama semua momen ketika kita lagi bareng Key. Sampai-sampai aku nangis karena kamu sama keluarga kamu emang baiiikkk banget. Aku sampai bingung gimana mau balesnya.

Terima kasih. Terimakasih Key. Tetap jadi Key yang aku kenal, ya. Key yang selalu ceria. Key yang selalu mau belajar. Key yang selalu hibur Kanei dengan tingkah dan tawanya. Satu hal yang harus kamu kurangin, yaitu beranten sama Abang kamu, Fero. Ya, aku tau itu emang sedikit kemungkinan, tapi cukuplah buat aku irinya. Kalian coba sehari nggak adu mulut, pasti tante Fifah sama Om Heru bakal seneng banget. Aku juga pastinya.

Itu dulu ya, Key, yang aku tulis buat kamu. Sebenernya itu belum semua karena masih banyak banget yang pengen aku ucapin ke kamu. Tapi mungkin cukup ini dulu. Kalau semisal aku masih dikasih waktu, aku bakal lanjutin lagi ocehanku ini.

Jangan pernah lunturin senyum kamu ya, Key. Key yang Kanei kenal itu selalu ketawa. Nggak pernah sedih, apalagi sampai nangis. Jangan sampai! Tapi kalo nangis karena bahagia, itu boleh banget.

Tolong baca ini waktu aku nggak ada ya, Key. Malu, hehehe.

Lagi, Terima Kasih, Key. Kanei sayang Keysia.
❤️

Neifa Erina Iersa

Key tersenyum getir menatap kertas itu. Matanya berkedip, saat itu juga air matanya menetes membasahi kertas di tangannya.

"Key sayang Kak Nei."

T A M A T

Dear You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang