38 [Not A Dream]

93 17 2
                                    

Buat yang belum pernah ketemu UN1TY secara langsung, mohon disiapkan hatinya agar tidak mengiri membaca part ini :)

Happy Reading

Seperti yang dikatakan tempo hari, kini Nei sudah siap untuk pergi ke mini konser yang diadakan oleh Idolanya. Tak lain dan tak bukan yaitu boyband asli Indonesia bernama Un1ty. Wanita itu sangat tidak sabar untuk bertemu delapan orang yang tak jarang masuk ke mimpinya itu.

Nei sama sekali tidak melunturkan senyum manisnya sejak kemarin. Dengan telaten dan berhati-hati ia menyisir rambutnya yang digerai. Bukan tanpa alasan, kening perempuan itu masih terdapat perban yang menutupi lukanya. Ia saat ini duduk di atas kursi roda dan berhadapan dengan cermin meja rias.

Setelah merasa puas dengan tatanan rambutnya dan sedikit polesan di wajah, Nei mengarahkan kursi rodanya ke meja kecil di samping kasur. Tangannya meraih sebuah buku berwarna cream dan tiga amplop berisi surat di atasnya. Dimasukkan benda-benda itu ke dalam tas selempang kecilnya.

Perempuan itu pun keluar menghampiri Ibunya yang tengah menyetrika pakaian laundry.

"Bu," panggilnya.

Puput yang merasa terpanggil pun mendongak. Melihat Nei tersenyum ceria ke arahnya. Hatinya seketika menghangat. Akhirnya setelah beberapa minggu putrinya itu terlihat murung karena masih belum menerima kondisi tubuhnya, dia bisa kembali tersenyum. Senyuman yang sangat dirindukannya

"Nei, udah rapih aja kamu," balas Puput diakhiri kekehan kecil.

Nei mendekat dengan menggerakkan roda menggunakan tangan. "Iya, dong, Bu. Kan mau ketemu idola, ya harus rapih, dong!"

Puput menipiskan lengkungan bibirnya. Sedikit ada yang mengganjal di hatinya saat ini. Seakan ia tidak rela jika Nei harus pergi bertemu idolanya itu. Padahal kemarin ia sangat senang karena dengan itu putrinya bisa kembali tertawa. Tapi, mengapa tiba-tiba saat ini perasaannya berbeda?

"Kamu yakin, Nei, mau ke sana?" ujar wanita paruh baya itu.

Nei mengernyit tipis lalu terkekeh. "Kenapa harus ragu, Bu? Nei yakin seyakin-yakinnya buat ketemu Un1ty. Lagian di sana juga pasti rame dan aku ke sananya juga nggak sendiri, ada-"

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum. Permisi, Kak Nei!"

Dua wanita itu spontan menoleh ke arah pintu. "Wa'alaikumsalam."

"Masuk, Key!" lanjut Nei.

Tak lama, muncul seorang gadis berusia 15 tahun berjalan menghampiri Nei dan Puput. Ia mencium punggung tangan Puput setelah itu menoleh ke arah Nei.

"'Dah siap, Kak?" tanya Key.

"Seperti yang kamu liat."

"Ya udah, yuk! Tante, kita berangkat, ya," pamit Key.

"Iya, bilang Bang Fero suruh hati-hati ya, Key," jawab Puput sedikit khawatir.

"Siap, Tante!"

Kini giliran Nei yang mencium punggung tangan Ibunya. "Nei pamit ya, Bu. Ibu hati-hati di rumah. Kalo ada apa-apa telpon Nei. Semisal nggak bisa, telpon Key atau Fero aja. Jaga makannya ya, Bu. Pokoknya Ibu harus sehat terus. Okey?"

Puput mengangguk seraya tersenyum teduh. "Iya, Nei. Kamu ini kaya mau ke mana aja. Cuma ke situ doang juga. Harusnya Ibu yang ngomong gitu, kamu harus jaga kondisi. Inget, kamu baru pulang dari rumah sakit. Kepala kamu jangan sampe kena benturan apapun. Paham?"

"Paham!" Nei mengangguk tegas. "Nei pergi dulu, Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum," tambah Key.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati!"

Dear You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang