27 [Terlalu Licik]

92 24 8
                                    

Happy Reading

"Hana, cepet ambilin kotak P3K!" pinta Refa ketika sudah sampai di dalam UKS. Ia memapah Nei menuju ke brankar dan mendudukkannya di sana.

Hana yang tiba-tiba mendapat perintah pun langsung menuju ke meja di mana tempat kotak P3K berada. Setelah mengambilnya, ia berjalan menghampiri Refa dan Nei.

"Nih." Hana memberikan kotak itu ke Refa.

Setelah menerimanya, Refa dengan berhati-hati membersihkan luka di tangan dan lutut Nei. Tak jarang Nei merintih karena merasa perihnya luka itu ketika diberi alkohol oleh Refa. Ia menggigit bibir bagian bawahnya mencoba menahan rasa sakit itu.

"Lo apain Nei sampe dia luka-luka kaya gini, Ref? Tumben lo obatin dia, disuruh Viera lo?" celetuk Hana membuat Refa berdecak.

"Ini bukan ulah gue dan gue tulus bantuin Nei bukan karena disuruh," balas Refa tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Lo kesambet apaan?" cetus Hana.

"Berisik. Intinya gue udah nggak kaya dulu lagi."

Hana terkekeh. "Akhirnya lo dapet hidayah juga, Ref."

"Sialan lo, Han," umpat Refa yang dibalas tawaan oleh Hana.

"Lo ambilin teh anget sana, Nei butuh minum pasti," suruh Refa.

Ketika Hana hendak pergi, suara Nei menghentikan. "Eh, nggak usah, Kak. Aku bawa minum kok."

"Mana?" tanya Hana.

"Di kelas."

"Ya Allah, Nei. Lo butuhnya sekarang, masa iya lo kudu jalan ke kelas dulu. Nggak apa-apa, gue ambilin teh," ucap Hana kemudian melangkahkan kaki untuk mengambilkan teh hangat. Nei menghela napas. Ia banyak merepotkan orang hari ini.

Selesai memplester besetan luka Nei, Refa kembali membereskan kotak P3K nya lalu ia letakkan di atas nakas. "Dah, masih perih?" tanyanya.

Nei menggeleng. "Nggak terlalu. Makasih, ya Kak, dan maaf udah ngerepotin."

"Nggak ngerepotin kali, Nei. Santai aja, anggep aja ini bentuk rasa bersalah gue gara-gara dulu udah jahat sama lo."

"Udahlah, Kak. Itu dulu, aku udah maafin Kak Refa kok."

Refa melengkungkan bibirnya ke atas. "Thanks. Ternyata emang gue terlalu bodoh, ya, dulu."

Tak lama Hana datang membawa secangkir teh yang kemudian ia berikan kepada Nei. "Makasih, Kak," ucapnya.

"Okey. Diminum, gih." Nei mengangguk lalu menyeruput sedikit demi sedikit teh hangat itu.

"Lo bisa dibully lagi sama dua setan itu gimana ceritanya, Nei? Apa gara-gara lo buat challenge Un1ty lagi?" tanya Refa.

"Eh, iya. Ternyata secret YouN1T itu lo? Gila, keren bisa direpost terus sama Un1ty," puji Hana membuat Nei terkekeh malu.

"Alhamdulillah. Aku juga nggak nyangka, awalnya aku juga ragu ikut itu, tapi karena ada dukungan jadi ya aku semangat buatnya."

"Wait, lo belum jawab pertanyaan gue," celetuk Refa.

Senyum Nei perlahan meluntur. "Bukan cuma alasan itu Kak Viera bully aku tadi, tapi ada alasan lain juga."

"Apa?" kompak Refa dan Hana.

Nei menghembuskan napas berat. "Karena aku deket sama cowok yang Kak  Viera suka."

"Siapa? Emang ada cowok di sini yang Viera suka?" heran Refa.

Nei mengangguk. "Ada. Murid baru, dia cowok yang ada di rooftoop tadi."

Dear You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang