Chapter 37

209 38 51
                                    

Dunia Lain?

Blue R

Chapter 37

"Muka Datar"

.

.

.

.

.

"Rohman, lo beneran gak apa-apa?" tanya gue khawatir.

"Iya gue gak apa-apa kok Za."

"Yakin? Jin jahat itu gak ngelukain lo kan?"

"Enggak, dia cuma ngomong ke gue kalo dia ngerasa salah orang."

Lah kan emang iya salah orang, harusnya tu jin gangguin Mia, bukannya Gilang. Jadinya kan dia salah alamat kaya judul lagunya Ayu Ting-ting.

"Lah Thor, lu Fansnya Ayu Ting-ting?"
-Reza-

"Bukan Fans juga sih, tapi tu lagu membuat ane nostalgia ke jaman SMP, kek ni novel yang ane buat saat itu."
-R-

"Njirrr.. lama amat, belum kelar-kelar sampe sekarang." :V
-Reza-

"Maklum Za, kendala otak sama keadaan jadinya lama."
-R-

"Intinya Author males Za."
-Ruben-

"Terlalu jujur itu terkadang gak baik loh Ben." :'v
-R-

Gue mandang ke sekitar kamar, dimana ada banyak barang antik yang bertebaran di setiap sudutnya. Yap, gue masih ada dirumah Galang dan saat kita lagi nyari cara buat ngeluarin Rohman dari dalam giok, dia nyuruh gue buat diem di tempat ini.

Bisa gue tebak kalo ini kamar di jadiin gudang sama keluarganya. Cuma yang masih bikin gue heran adalah, kenapa Galang nyuruh gue diem disini bareng kalung Gioknya?

Gak lama dari gue ditinggalin sendirian, barulah Rohman keluar dari dalam Gioknya.

Rohman ngeliat ke sekeliling ruangan dengan raut wajah bingung, "Za, btw kita ada dimana?"

"Gue juga gak tau, tadi Galang nyuruh gue diem disini."

"Kok dia nyuruh lo diem disini?"

Gue natap dia males, "Gue kan tadi udah bilang Abdul Rohmaaann, gue gak tauuu.."

Rohman megang dagunya seperti seorang aktor film detektif yang sedang berpikir keras, "Yaudah kalo gitu, gue mau keluar dan ngeliat dia lagi ngapain, lo diem aja disini."

Gue ngangguk, "Sekalian lo bilang ke dia, kalo jin jahatnya udah gak jahat lagi."

"Lah gimana maksudnya?"

"Ya maksud gue dia gak ada niatan buat jahatin kita lagi."

"Ohh.. oke.. "

Rohman bersiap-siap buat keluar dari ruangan, tapi pas dia lari kearah tembok, tubuhnya malah nabrak dan gak nembus seperti biasanya, dia jatuh ke lantai dengen muka yang shock sambil natap gue. Kita jadi saling tatap dalam diam dengan otak gue yang mencoba mencerna situasi aneh itu.

"Za.." panggil dia pelan.

"Iya?"

"Gue gak bisa tembusin temboknya.." nada suaranya udah kek anak kecil yang mau nangis gegara di tinggalin bapaknya kerja.

Dunia Lain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang