Lady Amelia of Powis

268 27 0
                                    

Kabut hitam yang datang perlahan dari tengah laut terlihat jelas dari jendela kamar yang terletak di lantai dua kediaman keluarga Marquess of Powis. Dari rumah mewah yang berdiri di atas bukit dan dikelilingi hutan itu, pemandangan indah lepas pantai Seabert bisa terlihat sangat jelas.

Keluarga Marquess of Powis merupakan bangsawan kelas dua di bawah pemerintahan kerajaan Anaphalis yang memiliki bisnis perkebunan, tidak heran jika rumah mewah keluarga itu terdapat di tengah hutan tertutup rimbunnya pepohonan. Wilayah kekuasaan keluarga Marquess of Powis juga terletak di perbatasaan kerajaan Anaphalis, karena dulu leluhur keluarga Marquess of Powis merupakan kaisar perang kerajaan yang bertugas sebagai penjaga perbatasan.

Kilatan cahaya yang diiringi suara petir sesekali terdengar menandakan jika hujan deras akan segera turun. Amelia--Putri pertama dari keluarga Marquess of Powis, menutup jendela kamarnya yang sedari tadi terbuka. Rintik-rintik air hujan yang terbawa angin mulai memasuki kamarnya.

"Apa tirainya basah nona? Biar nanti saya tukar dengan yang kering" ucap Lucy--salah satu pelayan di kediaman Marquess mendekat ke tempat Amelia berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa tirainya basah nona? Biar nanti saya tukar dengan yang kering" ucap Lucy--salah satu pelayan di kediaman Marquess mendekat ke tempat Amelia berdiri.

"Tidak perlu Lucy, aku sudah menutup jendelanya sebelum air hujan berhasil mengenai tirai" jawab Amelia melangkah kembali ke tampatnya tadi duduk.

"Coklat hangatnya sudah siap nona, apa nona butuh sesuatu lagi?" Lucy memang masuk ke kamar Amelia untuk mengantarkan coklat hangat yang diminta Amelia tadi.

"Terima kasih Lucy kau bisa kembali ke kamarmu dan istirahat. Kau pasti sudah bekerja keras hari ini untuk persiapan upacara pernikahan besok" ucap Amelia yang sudah kembali duduk di meja kerjanya dan menyesap coklat hangat yang dibawakan Lucy tadi.

"Nona juga harus segera istirahat dan jangan tidur terlalu larut, besok nona harus bersiap pagi-pagi sekali untuk pemberkatan. Jangan sampai kantung mata nona terlihat saat upacara pernikahan nanti" ucap Lucy membuat kedua wanita itu terkekeh pelan.

"Aku akan tidur setelah menyelesaikan tugasku ini, terima kasih untuk coklat hangatnya Lucy" ucap amelia tersenyum.

Amelia melemaskan bahu dan menyandarkan punggungnya di bangku tempatnya duduk setelah Lucy pergi dari kamarnya. Matanya terpejam dan mulai memikirkan sesuatu. "Apa semua akan berjalan seperti yang sudah direncanakan?" batinnya.

Suara pintu kamar yang terbuka kembali membuat Amelia membuka matanya. Didapatinya Adelia--sang saudari kembar tengah melangkah masuk setelah mengunci pintu kamar Amelia.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Adelia yang duduk di tepi ranjang Amelia.

"Apa keputusanku tidak akan membuat keluarga kita malu?"

Adelia yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa terdiam tidak menjawab pertanyaan saudarinya itu. Baginya semua keputusan ada di tangan Amelia, dia sudah mencoba mencegah keinginan gilanya itu beberapa waktu yang lalu. Saat Amelia mengatakan ide gila itu pertama kali pada adelia.

Royal Prince of AnaphalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang