Rhys tidak bisa berhenti tersenyum saat melihat adiknya yang kini sedang berdansa dengan pangeran Shawn. Pria itu tahu jika adiknya sudah terpesona pada pangeran Gerdenia yang baru saja ditemuinya, gerakan kaku keduanya terlihat sangat canggung dimata Rhys membuatnya ingin tertawa. Alice tidak tahu betapa lucu ekspresinya sekarang, Rhys sudah siap untuk mengejek adik kesayangannya itu nanti.
Gelas yang ada di tangan Rhys kini sudah setengah penuh, menghadiri pesta seperti ini sejujurnya terasa sangat melelahkan baginya. Jika bisa memilih, Rhys lebih senang menghabiskan waktu berada di luar ruangan atau hutan untuk berburu daripada terjebak di tempat formal seperti ini.
"Selamat malam pangeran Rhys" sebuah suara mengintrupsinya. Seorang wanita yang kini sudah berdiri disampingnya, menundukan tubuhnya memberi hormat.
Lady Rosaline Capulet, kerabat jauh dari kakeknya kini berdiri disampingnya dan ikut menatap Alice yang sedang berdansa. Tak jauh dari tempat mereka berdiri bisa Rhys lihat Keith Capulet--ayah Rosaline, menatapnya dengan senyum tipis.
"Aku mencium aroma cinta yang kuat disini" ujar Rosaline sambil mengibaskan tangannya seolah sedang mengirup aroma sungguhan yang begitu kuat. Wanita itu seolah tidak memperdulikan pandangan beberapa bangsawan yang tertuju padanya.
Rhys melemparkan tatapannya kembali pada sang adik, "lihat wajah Alice sangat merah sekarang" ucap rosaline lagi belum ingin berhenti mengomentari salah satu sahabat kecilnya itu. Entah disengaja atau tidak, suara Rosaline semakin kencang saat berbicara.
"Jangan mengganggunya" Rhys tahu betul karakter Rosaline, sikapnya itu membuat hubungannya dengan Alice sedikit tidak begitu akur. Alice yang sensitif akan pergi merengek pada Rhys jika Rosaline mengejeknya dan meminta bantuan darinya.
"Tentu saja pangeran, anda tidak perlu khawatir" jawab Rosaline terkekeh melihat wajah kesal Rhys.
Rhys memilih diam dan tidak kembali menyahut, pikirannya kembali pada masa kecilnya saat ketiganya sering bermain bersama. Saat itu Rhys merasa sangat tertekan akan kelakuan kedua wanita itu, Rosaline yang lebih banyak menghabiskan waktu di istana untuk bermain bersama Alice membuat pria itu sesekali bergabung dengan keduanya. Dirinya sudah seperti memiliki dua adik perempuan yang tidak akur dan sering bertengkar, Rhys selalu menjadi penengah diantara Alice dan Rosaline. Namun, hubungan tidak akur keduanya hanya tampak dari luar saja, kedua wanita itu sebenarnya sangat dekat satu sama lain.
"Pangeran" Robin, seorang pria kepercayaan Rhys kini datang dan berbisik padanya. Dari raut wajah pria itu, bisa ditebak jika ada kabar yang kurang baik sekarang. Rosaline yang melihat itu berusaha menahan diri untuk langsung bertanya pada salah satu pria dengan wajah serius itu.
"Kau yakin?" tanya Rhys memastikan.
Robin mengangguk yakin atas apa yang di ucapkannya. Wajah Rhys terlihat sangat serius, "siapkan semuanya, kita akan pergi kesana secepatnya" Robin langsung berlalu meninggalkan Rhys yang mencoba menenangkan dirinya.
"Ada apa kak?" cukup, Rosaline tahu jika terjadi hal buruk yang disampaikan Robin tadi, rasa penasaran wanita itu kini dihadiahi dengan tatapan tajam dari Rhys.
"Bukan apa-apa, bergabunglah dengan Alice nanti. Dia sendirian sejak datang tadi" ucap Rhys menampilkan senyum tipisnya sebelum pergi meninggalkan wanita itu tanpa memberi jawaban yang jelas.
Langkah kakinya kini dipercepat, sebelum itu Rhys menyempatkan diri pergi ke kamarnya untuk memakai pelindung besi di badannya. Selesai bersiap, Rhys segera menuju kudanya yang sudah disipkan oleh Robin untuknya.
"Apa Raja sudah tahu berita ini?" tanya Rhys.
"Belum pangeran, Yang mulia Raja masih ditempatnya bertemu beberapa wakil undangan dari kerajaan tetangga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Prince of Anaphalis
Fiksi PenggemarSebenarnya apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa jika hatimu bergetar saat kedua pasang mata saling bertemu? Atau jika jantungmu berdebar saat tangannya tidak sengaja menyentuhmu? 🏰