Lady Adelia Of Powis

166 25 1
                                    

Terlahir kembar bagi sebagian orang bisa jadi menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan karena akan selalu dibandingkan satu dengan yang lain, sedangkan yang lainnya mungkin menganggap itu sebuah keberkahan karena bisa memiliki teman sejak lahir.

Bagi Adelia, memiliki saudari kembar yang lebih dulu lahir darinya terasa sangat menyenangkan. Amelia yang selalu ceria kerap mengajaknya bermain bersama sedari kecil, membuat hari-hari Adelia terasa lebih hidup. Amelia terasa seperti sisi lain dari Adelia yang lebih suka berdiam diri di perpustakaan menandai buku yang dia baca.

Saat menghabiskan waktu bersama, Adelia lebih memilih untuk membaca bukunya dibawah pohon yang rindang, sedangkan Amelia dengan asiknya menunggangi kudanya di sebuah padang rumput dekat kediaman mereka. Adelia terkadang merasa bingung, apa Amelia tidak takut terjatuh saat kuda yang ditungganginya berlari kencang?

Meski Amelia menyukai kebebasan, selama ini Amelia lah yang mengambil alih beberapa tugas orang tuanya. Sebagai putri tertua keluarga Marquess, Amelia selalu melakukan tugasnya tanpa mau merepotkan orang lain.

Raut wajahnya yang selalu terlihat bahagia membuat Adelia bertanya-tanya sendiri bagaimana keadaan saudarinya itu, semua orang tidak bisa selalu terlihat bahagia kan?

Kata orang, seseorang yang terlahir kembar akan bisa merasakan apa yang saudarinya rasakan satu sama lain. Tapi, meski Adelia mencoba memahami perasaan Amelia, dia tidak akan bisa menemukan keluhan apapun dari Amelia. Amelia akan selalu tersenyum dan mengatakan "aku baik-baik saja".

Tapi semuanya berubah saat pertama kali keluarga Duke datang dan rencana pernikahan Duke Aron dengan Amelia ditetapkan. Pertama kali bagi Adelia melihat saudarinya itu mengungkapkan perasaannya dengan tangis tersedu, sebuah keinginan untuk menolak pernikahan yang di rencanakan oleh kedua orang tuanya bersama Duchess Janne.

Mendengar perkataan Amelia, Adelia sadar jika saudarinya itu memiliki kepercayaan terhadap dirinya. Satu-satunya teman yang dimiliki sejak lahir memang akan selalu menjadi orang yang paling dekat. Tanpa ingin melukai kepercayaan Amelia padanya, Adelia dengan yakin membantu rencana Amelia untuk pergi meninggalkan kediaman mereka tepat dimalam sebelum pesta pernikahan berlangsung.

Setelah Amelia pergi, Adelia tentu saja tidak berfikir jika dirinyalah yang akan menikah dengan Duke Aron menggantikan saudarinya. Melihat kemarahan ayahnya saja Adelia sudah menangis ketakutan. Apalagi dia harus melawan ucapan Duchess Janne yang memutuskan pernikahan atas dirinya bersama putra satu-satunya itu.

Seperti mimpi, Adelia tidak pernah membayangkan akan berada diposisinya saat ini. Menjadi pusat perhatian banyak mata membuat Adelia ingin berlari pergi dari aula tempat pernikahannya dan Duke Aron berlangsung, tapi tangan Duke Aron yang menggenggam tangannya saat Adelia berdiri disamping pria itu seakan mengatakan jika tidak akan terjadi apapun padanya.

Cincin pernikahan sudah terpasang pas di jari manis Adelia dan Duke Aron. Semua terasa begitu cepat bagi Adelia.

"Duke Aron kini bisa membuka kerudung pengantin wanita dan menciumnya" ucap pendeta. Pandangan mata pasangan pengantin baru itu bertemu saat Duke Aron membuka kerudung pernikahan Adelia.

"Permisi" Adelia melihat wajah Duke Aron yang mendekat padanya, "apa Duke akan benar-benar menciumku?" batin Adelia mulai memejamkan matanya, dia tidak bisa jika harus melihat wajah Duke Aron yang semakin mendekat sampai Adelia merasakan hembusan hangat nafas pria itu di wajahnya.

Saat matanya terpejam sempurna, Adelia bisa merasakan bibir Duke Aron yang menyentuh bibirnya lembut. Ciuman pertamanya. Genggaman Adelia yang terpaut pada tangan pria itu mengerat, pria itu menempelkan bibirnya cukup lama sebelum melepaskan ciumannya dan berbisik tepat di telinga Adelia. "Kau tidak bisa melarikan diri, atau aku akan melupakan janjiku padamu"

Royal Prince of AnaphalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang