Second Chance

148 22 3
                                    

Cahaya bulan menjadi satu-satunya penerang di gelapnya hutan Bedfords. Suara binatang malam menjadi teman Amalia saat ini, suara lolongan serigala di kejauhan membuat wanita itu sedikit merinding.

Api unggun yang dia nyalakan beberapa saat lalu kini berhasil menghangatkan udara di sekeliling tempat wanita itu duduk. Ditangannya terdapat peta yang menjadi petunjuk perjalannya menuju Anaphalis.

Dari informasi yang tertulis di dalam peta, posisinya sudah tidak jauh dari kota Anaphalis. Dia hanya harus menuju selatan untuk keluar dari hutan ini. Amalia memutuskan untuk istirahat karena wanita itu terlalu takut untuk melanjutkan perjalanan di tengah malam seperti ini. Selain hewan buas, para bandit yang biasa bersembunyi di tengah hutan dan merampok siapapun yang melewati hutan dimalam hari menjadi ancaman tersendiri bagi Amelia. Meski tak pernah bepergian sebelumnya, dia yakin jika tempat dirinya beristirahat sudah aman. Ada gua kecil yang bisa digunakannya untuk memejamkan mata meski sebentar.

Sambil menjaga nyala api unggunnya, pikiran Amelia kembali berputar pada saat dirinya meninggalkan kediamannya. Hidup dengan bebas sudah menjadi impiannya dari dulu, meski begitu Amelia tetap melakukan tugasnya sebagai putri sulung keluarga Powis. Berharap suatu hari nanti orang tuanya akan menerima keputusannya, tapi perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya membuat Amelia tambah yakin untuk pergi.

Dalam pikirannya, menikah dengan seorang Duke hanya akan membuat kebebasannya semakin hilang. Amelia hanya ingin hidup damai, menghirup aroma kue yang baru keluar dari panggangan membuatnya lebih bahagia. "Maafkan aku Adelia" matanya menerawang ke hamparan bintang yang bersinar di langit, berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada keluarganya karena kepergiannya.

Sraaak..

Suara dari balik semak-semak membuat bulu kuduknya bergidik. Amelia mengambil sebilah ranting untuk dijadikan senjata, dia tidak pandai menggunakan senjata tajam apapun dan saat ini dia tidak membawa senjata apapun dalam perjalanan kali ini untuk berjaga. Dasar bodoh.

Amelia berdiri dari duduknya, kedua kakinya sudah memasang kuda-kuda siap untuk menghadapi apapun yang akan muncul dari balik semak di dekatnya. Matanya tidak dialihkan dari semak gelap dimana sumber suara itu berasal.

Khikhikh...

Suara kudanya yang terikat tak jauh dari tempat wanita itu berdiri membuat fokus Amelia teralih, wanita itu mendekat mencoba menenangkan kudanya.

"Tenanglah" Amelia mengusap surai kuda putihnya yang masih terlihat gelisah.

Suara langkah kaki terdengar mendekat padanya, beberapa pria bertubuh besar muncul dari balik semak membuat Amelia terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki terdengar mendekat padanya, beberapa pria bertubuh besar muncul dari balik semak membuat Amelia terkejut.

"Ini dia mangsa kita bos" ucap salah satu dari mereka.

"Wanita ini terlihat tidak membawa benda berharga" ucap pria yang di sebut bos.

Amelia masih bergeming, pikirannya bergelut mencari cara agar bisa pergi dari tempat ini.

Royal Prince of AnaphalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang