Mengerjakan sesuatu yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya memang akan terasa cukup sulit. Tapi kemauan dan rasa tanggung jawab atas apa yang kita lakukan membuat kita lebih terpacu untuk mencobanya.
Bagi Rhys selain busur panah dan pedang, dirinya tidak pernah berfikir akan melakukan dengan bersungguh-sungguh mempelajari kegunaan suatu benda. Tapi hari ini pria itu mulai mengasihani dirinya sendiri karena tidak mengetahui apapun selain menggunakan busur dan pedang.
Sejak dirinya tiba di toko milik Amelia, Rhys sudah mencoba mengerjakan apapun untuk membantu kedua wanita yang terlihat sibuk sebelum toko itu buka.
"Ya ampun tuan Licht, sepertinya anda tidak cocok untuk menyapu. Saya minta maaf" ucap Yasmin yang datang mengintrupsi Rhys.
"Apa? Kenapa? Apa lantainya tidak bersih?" memang ini kali pertama Rhys memegang benda bernama sapu, jika dilihat dari cara pria itu menyapu sudah pasti akan terlihat sangat kaku.
"Anda seorang prajurit kerajaan tidak mungkin melakukan pekerjaan wanita seperti ini. Tuan Licht bisa membantu kak Amelia di dapur karena semua meja sudah bersih, biar saya yang melanjutkan membersihkan lantainya" Yasmin langsung tersenyum dan mengambil alih sapu yang dipegang Rhys. Pria itu hanya bisa mengalah, mungkin dia harus lebih banyak belajar lagi untuk bisa membantu di tempat ini.
Sesuai perintah Yasmin, Rhys berpindah menuju dapur kecil toko roti itu. Tempat dimana Amelia sibuk membuat banyak adonan roti sendirian, mungkin disini Rhys bisa melakukan sesuatu untuk membantu wanita itu.
"Apa ada yang bisa saya kerjakan?" Amelia yang sedang sibuk menjaga nyala api untuk memanggang semua rotinya menoleh melihat Rhys yang berdiri di belakangnya.
"Apa Tuan licht bisa menjaga tungku ini agar tetap menyala? Saya harus menyelesaikan beberapa adonan lagi"
"Itu pekerjaan mudah nona Amelia, biar saya ambil beberapa kayu bakar lagi"
Saat ini api di tungku masih menyala, Rhys mengambil beberapa kayu bakar yang disimpan di halaman belakang toko kecil itu dan membawanya masuk. Menjaga nyala api bukan pekerjaan sulit, dia biasa membuat api unggun saat harus bermalam di tengah hutan.
"Tuan Licht pasti kesulitan karena harus tinggal disini, anda bisa melakukan tugas anda tanpa membantu kami" ucap Amelia yang berdiri tak jauh dari Rhys. Wanita itu sibuk menggiling beberapa adonan dengan tangannya, terlihat sangat kesusahan karena banyaknya adonan itu.
"Saya sangat berterima kasih karena diizinkan untuk tinggal ditempat ini. Sebisa mungkin saya akan membantu. Meski saya harus belajar terlebih dahulu, saya harap itu tidak menyulitkan kalian"
Amelia tersenyum mendengar jawaban Rhys tangan wanita itu kini sibuk mengolesi adonan dengan cairan kuning, entah apa namanya membuat Rhys fokus memperhatikan apa yang wanita itu lakukan.
"Anda terlihat mahir membuat banyak jenis roti, pie itu terlihat lezat meski belum matang" ucap Rhys diiringi kekehan keduanya.
"Saya mempalajarinya dari pelayan di rumah dulu" jawab Amelia sedikit berbisik "saya belajar saat malam hari saat semua orang tidur, atau ayah akan menutup dapur agar saya tidak bisa masuk" raut sedih kini terlihat di wajah Amelia.
"Nona Amelia sangat bersungguh-sungguh sampai belajar di malam hari. Saya juga melakukannya. Meski tidak ada larangan untuk belajar pedang, karena ayah saya juga seorang kesatria. Tapi, keinginan untuk cepat menguasainya membuat saya mempelajarinya siang malam"
"Benar sekali tuan Licht, anda pasti sangat mahir menggunakan pedang kan, saya harap bisa melihat kemahiran anda nantinya" Amelia mendekat membawa beberapa loyang untuk dimasukan kedalam tungku pemanggang, Rhys dengan sigap langsung mengambil alih untuk membantu wanita itu.
"Iya, seperti anda yang sudah pandai membuat berbagai roti. Itu tidak bisa di pertontonkan begitu saja nona Amelia" keduanya tersenyum seolah saling memberi selamat atas kemampuan masing-masing.
🏰
Selama Aron hidup, baru kali ini dia benar-benar berada di dalam situasi yang cukup mencekam. Melihat banyak sekali mayat bergelimpangan didepan mata membuat pria itu merasa mual.
Setelah bergabung dengan pasukan yang disiapkan Raja, Aron kini berada di hutan Bedfords. Dia bersyukur karena hal buruk tidak terjadi pada Rhys dan Amelia, tapi apa yang sudah terjadi di tempat ini sampai banyak sekali orang yang terbunuh di tengah hutan?
Beberapa prajurit yang tiba berusaha mengidentifikasi mayat yang ditemukan. Dari yang Aron lihat, tampaknya mereka merupakan pekerja atau pedagang yang mungkin sedang lewat di hutan Bedfords ini.
"Sebagian dari mereka memang warga kota Anaphalis yang biasa keluar masuk hutan untuk berburu, ada juga para petani yang punya ladang di sekitar hutan. Tapi kami tidak tahu bagaimana mereka bisa ditemukan terbunuh di tengah hutan" jelas kesatria Leon.
"Apa ada tanda-tanda penyiksaan?" tanya Charles dengan raut wajah serius, Aron sendiri tidak tahu harus berbuat apa sekarang.
"Hampir semua mayat meninggal dikarenakan luka tusukan di dada mereka, juga terdapat ruam merah di pergelangan tangan mereka diduga karena ikatan yang kencang. Kesimpulannya mereka mungkin di sekap sebelum akhirnya dibunuh bersamaan"
Charles menghembuskan nafas beratnya setelah mendengar penjelasan dari Leon. Setelah penyerangan di kota Megalo dan penemuan mayat di hutan Bedfords, semua rakyat Anaphalis pasti akan merasa khawatir akan keselamatan mereka. Charles harus memikirkan baik-baik langkah apa yang harus dirinya ambil, karena sudah menjadi tugasnya untuk melindungi keselamatan seluruh rakyatnya.
"Evakuasi seluruh mayat yang ditemukan dan cari keluarga mereka. Minta prajurit untuk memperketat semua penjagaan di setiap pintu masuk kota. Batasi siapa saja yang bisa keluar masuk hutan" perintah Charles pada kesatria Leon. Pria itu langsung bergegas melaksanakan semua yang Charles ucapkan.
"Yang mulia"
"Kita sebaiknya kembali ke istana, Aron" sahut Charles dengan tegas, membuat Aron langsung mengikuti langkah pria itu. Pikirannya kembali berputar, Aron merasa jika dia harus menemui Rhys dan mengatakan apa yang sudah terjadi saat ini. Tapi bagaimana caranya agar dirinya bisa memisahkan diri dari Raja Charles, dia tadak mungkin berkata jujur akan pergi menemui Rhys kan?
"Beberapa prajurit lebih dulu pergi ke kota untuk mencari siapa yang kehilangan anggota keluarga diantara mereka. Bisa jadi salah satu dari mayat ini merupakan anggota keluarga yang hilang. Buat pengumuman di balai kota" perintah kesatria Leon pada bawahannya.
Aron tersenyum mendapat sebuah ide. Dia harus segera bertemu Rhys dan memintanya untuk lebih berhati-hati.
"Yang mulia, jika diijinkan saya bersedia pergi ke kota untuk menyampaikan pengumuman pada warga. Para prajurit bisa dikerahkan disini agar evakuasi lebih cepat selesai"
Charles terdiam sebentar, Aron harap rencananya untuk bisa ke kota berhasil. "Baiklah" ucap Charles setuju. "Kesatria Leon biarkan Duke Aron yang akan pergi ke kota. Pastikan untuk mengevakuasi korban dengan baik" perintah Charles lalu segera pergi meninggalkan tempatnya diikuti beberapa prajurit.
Aron bisa bernafas lega karena rencananya berhasil. Sekarang dirinya harus menyelesaikan tugasnya dan segera menemui Rhys sebelum kembali ke istana.
Hari sudah semakin sore saat Aron menyelesaikan tugas dari Raja Charles. Ada beberapa tempat juga selain balai kota yang harus dirinya kunjungi agar pengumuman bisa sampai kepada seluruh warga Anaphalis.
Langkah cepatnya kini bergerak menuju toko milik Amelia yang berada di ujung gang. Dari luar toko itu tampak sudah sepi, Aron memberanikan diri untuk langsung masuk kedalam.
"Selamat datang"
Suara sambutan dari orang yang dikenalnya membuat Aron tersenyum lebar. Suara Rhys.
🏰
Royal Prince of Anaphalis
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Prince of Anaphalis
FanfictionSebenarnya apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa jika hatimu bergetar saat kedua pasang mata saling bertemu? Atau jika jantungmu berdebar saat tangannya tidak sengaja menyentuhmu? 🏰