Palaver

135 23 2
                                    

Seperti yang sudah Aron dan Rhys rencanakan, pagi-pagi sekali kedua pria itu sudah keluar istana menuju pusat kota. Selain kedua pria itu yang memilih berjalan kaki, ada satu hal yang menyita perhatian Aron sejak mereka meninggalkan istana.

"Kau tidak salah memakai pakaianmu, kak?" tanya Aron setelah cukup lama Aron menahan diri untuk tidak bertanya.

Disekeliling mereka sudah banyak orang berlalu-lalang melintasi jalanan kota, tapi tampaknya keberadaan kedua pria itu tidak bisa menarik perhatian ditengah suasana ramai pagi itu.

Rhys tersenyum mendengar pertanyaan Aron. "Aku meminjamnya dari salah satu prajurit istana, bagaimana? Apa ada yang mengenaliku?" tanya Rhys sedikit khawatir.

"Tidak banyak rakyat Anaphalis yang mengenal pangerannya sendiri karena kakak terlalu sibuk menyusuri hutan dari pada kota. Kemungkinan mereka tidak tahu jika kak Rhys adalah pangeran" jawab Aron sedikit berbisik. Rhys sendiri hanya tersenyum, dia akan menulis itu sebagai salah satu kelebihannya nanti.

Tepat di dekat ujung jalan Rhys menghentikan langkahnya membuat Aron bingung. "Tempat itu" ucap Rhys dengan nada serius seraya menunjuk sebuah toko bunga. "Pria itu menyewa kamar di tempat itu"

"Jadi kak Rhys akan masuk ke toko itu dan melamar sebagai pelayan?"

"Bukan"

Rhys yang tidak menjawab dengan jelas langsung menarik Aron menuju salah satu toko di depan toko bunga yang ditunjukkannya.

"Kak lapaskan, jika kita masuk seperti ini kau akan terlihat seperti prajurit yang kejam" Aron tersenyum meminta Rhys melepaskan genggaman tangan di lengannya. "Baik sekarang kita lihat bagaimana kak Rhys akan memanggang roti" Aron melangkah masuk dengan tawanya yang sedikit tertahan. Rhys akan membiarkan pria muda itu meledeknya sekarang.

"Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu" gadis yang sama menyambut mereka saat Rhys pertama kali datang kemari, pria itu memilih diam mengikuti Aron masuk ke dalam toko. Tidak terlalu ramai, mungkin karena toko itu baru saja buka sehingga belum banyak pembeli yang datang.

Aron meneliti seisi ruangan sambil menampilkan senyum, toko yang indah dengan hiasan bunga di beberapa sudut. "Boleh kami bertemu dengan pemilik toko ini, kami dari istana" wanita yang menyambut keduanya terlihat terkejut langsung mengangguk mengerti.

"Jangan sekalipun membuka identitasku Aron, kita sudah berjanji" bisik Rhys yang berdiri di belakang pria itu. Aron kembali terkekeh melihat gelagat Rhys yang lucu baginya.

"Selamat datang di toko kami, tuan. Saya pemilik toko ini" Aron yang asik menggoda Rhys langsung menengok kearah wanita yang muncul dari arah sampingnya.

"Amelia?" Aron terkejut melihat wanita yang berdiri sambil menunduk, sepertinya dia tidak tahu siapa yang datang menemuinya sekarang.

Perlahan Amelia mengangkat wajahnya melihat siapa pria yang mengenali dirinya itu. Wajahnya berubah pucat melihat Aron berdiri di depannya. "Tuan Duke" Amelia kembali menundukkan wajah takutnya.

Rhys yang melihat kedua orang yang tampaknya saling mengenal itu hanya terdiam, Aron harus menjelaskan apa yang terjadi padanya nanti. Bagaimana bisa Aron mengenal wanita yang pernah diselamatkannya?

Aron dan Amelia kini sudah duduk berhadapan, dengan Rhys yang setia berdiri di dekat Aron memandangi keduanya penuh pertanyaan. Amelia sudah meminta Yasmin untuk menutup toko mereka agar tidak ada orang yang masuk. Suasana hening tercipta karena tidak ada satupun diantara mereka yang membuka percakapan. Aron tentu masih terkejut bisa menemukan wanita itu di tempat ini.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Aron setelah menghembuskan nafas beratnya.

"Saya baik-baik saja tuan. Maafkan saya" Amelia benar-benar tidak bisa mengangkat wajahnya, wanita itu tidak menyangka tuan Duke akan menemukannya secepat ini, seharusnya Amelia pergi lebih jauh lagi.

Royal Prince of AnaphalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang