"Kita disini saja, dari pada menonton Alice dan Rosaline yang bertengkar" Rhys yang tertua diantara mereka saja menyerah menghadapi kelakuan dua gadis kecil yang sudah dianggapnya seperti adik--salah satu dari mereka memang adik kandungnya. Lebih baik dia mengajak Aron bersembunyi di perpustakaan yang biasa digunakannya untuk belajar.
Hari ini Rhys merasa senang karena kedatangan Aron, paman Phillip membawa pria kecil itu saat mengunjungi istana hari ini. Rhys jadi memiliki teman untuk bermain selain dua gadis yang suka bertengkar.
"Ini ruangan apa? Apa kita boleh masuk kemari?" tanya Aron kecil.
"Ini ruangan yang biasa aku gunakan untuk belajar, tentu saja kita bisa masuk. Atau kau lebih suka memanah dan bermain pedang dilapangan?"
Aron kecil menggeleng cepat, dia tidak menyukai benda tajam seperti itu.
"Padahal tadinya aku mau mengajakmu berlatih memanah bersama. Tapi ya sudah, kita disini saja" Rhys mengalah dan mengambil beberapa buku tebal yang tergeletak di meja.
"Baik pangeran Rhys"
"Kakak. Panggil aku kakak, aku juga ingin punya adik laki-laki" ucap Rhys tersenyum hangat.
"Jadi kita harus sembunyi disini lagi seperti waktu kecil, kak?" tanya Aron menjatuhkan badannya di salah satu kursi.
"Kau masih ingat rupanya" Rhys terkekeh. "Bagaimana perasaanmu?"
"Tentang?"
"Kau datang lagi ke istana setelah sekian lama, kau tidak merindukan kami?" Rhys memilih duduk di samping Aron sambil tersenyum memandangi wajah pria itu yang tak jauh berbeda dari terakhir kali mereka bertemu.
"Aku kira kak Rhys bertanya bagaimana perasaanku setelah menikah, karena kak Rhys juga ingin menikah" Aron berbalik meledek pria itu.
"Aku tidak tahu tentang itu, mana bisa aku mengajak seseorang untuk hidup dalam bahaya bersamaku" Rhys menyandarkan punggungnya membiarkan tubuhnya beristirahat dari terik yang menyengat di luar tadi.
"Apa ada masalah yang terjadi kak?" Aron ingat perkataan Rosaline sebelum bertemu Rhys. Tapi Aron tentu tahu diri, dia tidak ingin memaksa Rhys untuk menceritakan apa yang sudah terjadi padanya. Bisa jadi pria itu sudah menganggapnya sebagai orang asing sekarang.
Rhys yang tertunduk menghembuskan nafas beratnya. Banyak yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, Rhys tidak ingin membuat orang didekatnya merasa khawatir. Tapi Rhys teringat jika yang bertanya keadaannya saat ini adalah Aron, pria yang sudah dianggapnya seperti adik dari dulu.
Rhys tersenyum menatap Aron. "Masalah tentu tak henti-hentinya datang, tapi beberapa waktu yang lalu da kelompok bertopeng yang menyerang Megalo" ucap Rhys lirih, dia ingin melihat bagaimana reaksi Aron.
"Kak Rhys menangani ini sendiri?"
"Tidak bisa dibilang begitu, Raja juga mengerahkan semua pasukan untuk menjaga perbatasan. Tapi aku sendiri juga bertanggung jawab untuk melindungi Anaphalis" pria itu kembali tertunduk, suaranya yang lirih membuat Aron merasa simpati.
"Dari dulu kak Rhys memang hebat karena bisa mampu mengatasi segalanya. Tapi kak Rhys harus tahu, disekitar kakak bayak orang yang menyayangi dan khawatir dengan keadaan kak Rhys. Jika kak Rhys masih menganggapku sebagai adik, aku siap melakukan sesuatu untuk membantu kakak" ucap Aron serius, pria yang lebih tua darinya itu memang terbiasa menyembunyikan masalahnya seorang diri dari dulu.
Rhys menepuk bahu Aron sambil tersenyum, adik kecilnya yang dulu bilang takut pada benda tajam kini menawarkan diri untuk membantunya. Rhys bahkan tidak tahu bahaya apa yang sedang mengintainya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Prince of Anaphalis
FanfictionSebenarnya apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa jika hatimu bergetar saat kedua pasang mata saling bertemu? Atau jika jantungmu berdebar saat tangannya tidak sengaja menyentuhmu? 🏰