Matahari masih belum menampakan cahayanya. Malam ini merupakan malam terberat yang pernah Rosaline lalui. Selama wanita itu tinggal di istana, baru kali ini kejadian buruk datang diwaktu yang hampir bersamaan. Entah kabar apa yang Aron bawa sampai membuat keluarga Marquess Powis meninggalkan istana saat tengah malam begini.
Adelia, wanita itu baru saja sadar dari pingsannya. Dokter istana hanya mengatakan jika wanita itu kelelahan, selebihnya dia hanya ingin bicara dengan bibi Janne. Rosaline tentu merasa penasaran, tapi wanita itu masih mampu menahan diri mengingat dirinya bukan termasuk keluarga dari Adelia dan memilih menemani wanita itu yang masih terlelap saat bibi Janne berbicara bersama dokter istana.
"Terimakasih sudah menemani Adelia" Janne mengusap lembut wajah Rosaline yang baru saja keluar dari kamar Adelia. Wajah wanita paruh baya itu terlihat lebih tenang setelah berbicara dengan dokter istana. Rosalin juga merasa lega, keadaan sahabatnya itu pasti akan baik-baik saja.
"Sama-sama bibi, Adelia belum juga membuka mata. Dia terlihat sangat kelelahan" meski keduanya lama tidak bertemu, namun kedekatan diantara keluarga kerajaan sudah terjalin sejak lama. Raja tidak bisa membiarkan keluarga besar dari garis keturunan kerajaan terpecah belah.
"Istirahatlah, bibi akan masuk menemani Adelia malam ini" Rosaline tersenyum membiarkan wanita paruh baya itu masuk. Wajah wanita itu kembali murung, tinggal dirinya seorang, langkahnya pelan menyusuri lorong istana yang sepi entah kemana.
Para pelayan sudah pasti sedang beristirahat mengingat malam yang semakin larut. Tidak, sebentar lagi mungkin fajar akan tiba. Rosaline belum juga memejamkan mata malam ini setelah acara makan malam dengan semua anggota keluarga bangsawan senior berakhir.
Sejak semalam perasaannya yang tidak tenang membuatnya sulit terpejam. Meski keadaan Adelia sudah dipastikan baik-baik saja, perasaannya masih saja tidak karuan.
Langkah wanita itu terhenti melihat siluet tiga pria berjalan beriringan di ujung lorong yang gelap. Rosaline melangkah cepat setengah berlari setelah memastikan siapa yang baru saja dilihatnya.
"Kalian sudah kembali" nafas wanita itu memburu. Entah apa yang membuatnya ingin menangis, melihat ketiga pria yang berdiri di hadapannya membuat perasaannya semakin meluap, banyak sekali pertanyaan yang ingin wanita itu lontarkan.
"Robin, pergilah!! Segera lakukan apa yang sudah kita bicarakan tadi" ucap Rhys dengan tegas. Tidak ada ekspresi diwajah pria itu, matanya lurus menatap Rosaline yang memandang bingung ketiga pria itu.
"Baik pangeran" Robin berlalu dengan langkah cepat diikuti tatapan penuh tanya Rosaline. Ada sedikit rasa lega melihat pria itu sudah kembali. Apa rasa khawatirnya pada pria itu yang membuat dirinya sulit terlelap malam ini?
"Kenapa kau berkeliaran di istana tengah malam begini Rosaline?" itu suara Aron. Pria itu yang terlihat paling tenang diantara ketiganya.
"Iya. Aku baru saja menemani Adelia yang jatuh pingsan tadi"
"Apa? Adelia pingsan?" wajah pria itu berubah khawatir.
"Tenang dulu, Aron. Dokter sudah memeriksa keadaan Adelia. Sekarang dia sedang istirahat, kau bisa menanyakan keadaan Adelia pada bibi Janne"
Tanpa membuang banyak waktu Aron bergegas menuju kamarnya, pria itu terlihat sangat khawatir mendengar kabar istrinya.
"Kak.. " wajah Rhys tidak berubah, pria itu terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Aku akan menyusul Robin" ucap Rhys dengan tenang. Kakinya yang belum berhasil melangkah terhenti saat seruan terdengar mencegah pria itu bergerak dari tempatnya berdiri.
"Tidak bisa" suara Alice muncul dari belakang Rosaline membuat wanita itu sedikit terkejut.
"Kak Rhys tidak bisa pergi kemanapun sebelum menjelaskan semua padaku" ucap Alice setelah berdiri di samping pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Prince of Anaphalis
FanfictionSebenarnya apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa jika hatimu bergetar saat kedua pasang mata saling bertemu? Atau jika jantungmu berdebar saat tangannya tidak sengaja menyentuhmu? 🏰