Pagi ini Aron terlihat sedikit lebih sibuk dari biasanya. Bahkan sebelum matahari naik, dirinya sudah bersiap pergi untuk melakukan urusan yang menurutnya harus segera diselesaikan. Melihat para bangsawan senior yang datang ke istana kemarin, Aron merasa harus melakukan sesuatu.
"Aron" wanita yang baru saja terbangun dari tidurnya berjalan menghampiri Aron yang sudah rapi di depan cermin. "Hari ini kau pergi kemana?"
"Kau sudah bangun? Kemarilah" lengan pria itu meraih tubuh Adelia membalas pelukan erat wanita itu. Kecupan kecil di puncak kepala wanita itu membuat Adelia semakin menenggelamkan wajahnya. "Apa tidurmu nyenyak?"
Adelia mengangguk cepat, wanita itu juga menghirup dalam wangi segar dari tubuh Aron yang sudah rapi. "Kau wangi, aku iri"
Pria itu terkekeh pelan, "jangan bercanda sayang. Pagi ini aku harus pergi ke kota"
"Lagi?" raut sedih terlihat di wajah wanita itu. "Kemarin kau sudah pergi bukan?"
"Sekarang juga, ada hal mendesak yang harus aku kerjakan"
"Kau bilang akan menemaniku selama berada di istana, tapi kau selalu pergi setiap hari. Kalau begitu aku juga mau ikut saja denganmu"
Aron menghembuskan nafas beratnya. Kenapa Adelia jadi merengek seperti ini? Aron juga ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama wanita ini, tapi urusannya kali ini benar-benar tidak bisa ditunda.
"Aku berjanji akan segera kembali dan menghabiskan waktu denganmu setelah urusan ini selesai. Ayah dan ibu datang untuk menghabiskan waktu bersama dengan putrinya. Jika kau ikut, mereka pasti akan merasa sedih" Aron berusaha membujuk Adelia agar wanita itu tidak ikut ke kota, setidaknya untuk saat ini.
"Baiklah, tapi kau berjanji?"
Aron kembali memeluk wanita itu erat. "Aku berjanji"
🏰
Meski sedikit terlambat karena harus membujuk Adelia agar tidak ikut bersamanya ke kota, Aron akhirnya tiba di tempat yang menjadi tujuannya saat ini. Meski tidak terlalu ramai tapi ada saja pembeli yang datang ke toko roti milik Amelia. Aron yang memilih menatap sebentar dari luar merasa bersyukur, kakak iparnya bisa merasa bahagia meski harus meninggalkan rumah karena menolak menikah dengan dirinya. Meski begitu, Aron juga kini merasa bahagia bisa menikah dengan wanita yang dicintainya.
"Selamat datang" bunyi lonceng pintu saat Aron memasuki toko itu langsung menarik perhatian Amelia yang sibuk melayani seorang pembeli.
"Terima kasih, nyonya" ucap Amelia pada seorang wanita paruh baya yang keluar meninggalkan toko dengan sekantong belanjaannya.
Aron mengangguk hormat saat Amelia beralih memandangnya, wanita itu tersenyum menghampiri Aron yang masih setia berdiri tak jauh dari pintu.
"Saya sedikit terkejut karena anda kembali datang, Duke Aron"
"Tidak perlu terlalu formal kakak ipar, bagaimana kabar kakak?"
Amelia yang mendengar ucapan Aron tersadar jika pria didepannya merupakan suami sang adik, namun tidak sopan baginya jika harus berbicara santai dengan pria yang bergelar Duke itu. "Saya baik-baik saja. Anda pasti ingin bertemu tuan Licht, dia ada di belakang biar saya panggilkan"
"Kakak ipar, boleh saya bertemu Licht didalam saja?"
Tentu saja Amelia setuju, wanita itu tidak bisa melarang seorang Duke meski dia adik iparnya kan? "Silahkan. Mari"
Amelia berjalan diikuti Aron meninggalkan ruangan depan, untung saja saat ini tidak ada pembeli yang datang. Yasmin sendiri sedang pergi mengantar beberapa pesanan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Prince of Anaphalis
FanfictionSebenarnya apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa jika hatimu bergetar saat kedua pasang mata saling bertemu? Atau jika jantungmu berdebar saat tangannya tidak sengaja menyentuhmu? 🏰