Copyright : Moonlight-1222
Teruntuk readers yang masih terus mendukung sampai saat ini, terima kasih banyak.
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)#Vomentsnya ditunggu^^
.
.
.
Kemarahan itu dengan cepat dibasuh oleh kesedihan ketika Selina tidak berhenti mengusap perutnya dengan wajah tanpa kehidupan. Aku sadar bahwa melancholia-nya sudah kembali. Dia akan terjebak dalam keputusasaan itu lagi. Jadi tak ada niatku untuk beranjak dari pijakanku sama sekali saat dirinya bahkan tidak menyadari kehadiranku. Tak masalah kakiku terasa kebas karena terlalu lama berdiri. Itu tetap tak sebanding dari rasa pilu yang terpendam dalam pengakuan: "Aku kesepian."
Dadaku... sesak. Baik dulu dan sekarang pun tidak berbeda. Selina tetap sendirian saat hamil. Setelah semua yang kulakukan, aku tetap tidak berbeda dengan si bren*sek Richard.
Kemudian suara ketukan yang menguar dalam keheningan seolah menghidupkan suasana---karena berhasil memperdengarkan suara Selina kembali. "Masuklah." Itu datar, tapi jernih. Terdapat jeda karena Selina selalu merespon dengan menggoyangkan lady bell-nya menurut laporan Philips.
"Selamat pagi, My Lady." Philips berdiri di ambang pintu dengan wajah tertunduk. "Sarapan akan segera dihidangkan. Apa ada lagi yang Anda butuhkan?" Dia mematuhi perintahku dengan baik karena tidak sekalipun mengangkat mata untuk menatap Selina. Aku yakin dia bahkan tidak menyadari kehadiranku disini. Hanya Phillips yang kuperintakan mengurus Selina demi meredam rumor buruk.
"Panggilkan puteraku dan siapkan air hangat. Aku akan membantu puteraku membersihkan diri. Lalu sarapannya tidak perlu dibawa kemari. Aku akan sarapan di taman seperti biasanya bersama keluargaku."
Huh? Saat aku terheran-heran bagai orang bodoh, Phillips yang semula tegang mulai tersenyum hangat. Dia pasti merasa sangat lega karena sang nyonya kembali bersikap normal. Namun tetap tak ada keramahan di wajah Selina sampai akhirnya Ethan berdiri di ambang pintu dalam keraguan. Saat itulah wajah kakunya bagai kertas yang dirobek. Selina... tersenyum hangat.
"Kemarilah, Sayang." Tangannya terulur tanpa keraguan. Benar-benar menyambut kedatangan Ethan penuh suka cita.
Sementara Ethan membola bersama kedua tangan yang menyatu dalam kepalan. Khawatir dan senang secara rata.
"Sebaiknya kau juga bersiap, Edmund. Kami akan menunggu di taman."
Huh? Padahal sejak tadi dia bersikap seolah eksistensiku hanyalah bayangan. Tapi sekarang sudah berbicara begitu santai denganku. Apa yang sebenarnya sudah terjadi?
Ethan melirikku sekilas saat mendekati Selina---berusaha mencari jawaban dari kebuntuanku. "Mama?"
"Ada apa?"
Serangan panik menjalar ke sekujur tubuh. Kumohon. Kumohon jangan katakan apapun. Terimalah semua perubahan sikap Selina seolah-olah itu adalah hal yang biasa terjadi.
Ethan menunduk sesaat sebelum meraih tangan Selina yang langsung menggendongnya. Dia mengurungkan niat dan hanya bersandar di bahu Selina. Tampaknya sudah benar-benar memahami bahwa harus menjaga lidahnya mulai dari sekarang. Ketika kami akhirnya bertatapan, bibirnya bergerak tanpa suara, 'Apa yang sudah terjadi?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Исторические романы[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...