Copyright : Moonlight-1222
Terima kasih untuk semua dukungannya. Jangan males vote ya. Komentar kalian juga selalu ditunggu :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)#Dibagi beberapa part, ya.
.
.
.
My dearest son,
Mama sangat merindukanmu. Apa bulan ini kau bisa kemari?Singkat dan jelas. Surat kali ini berbeda. Mama tidak membuatku muak dengan tulisan panjang penuh kebahagiaan mengenai perkembangan anak itu. Padahal baru tujuh bulan kepindahanku ke Alabaster, tapi Mama bersikap seolah aku sudah menghilang selama bertahun-tahun. Merayu dengan menggunakan kata rindu. Padahal maksudnya jelas sekali.
Aku hanya akan menemui Mama dan langsung pulang!
"Oh, Sayang. Akhirnya kau pulang." Aku baru saja turun dari kereta, tapi Mama sudah berlari dari pintu utama. Amarah yang kubawa selama perjalanan seakan menguap. "Kau tidak tahu betapa rindunya Mama padamu." Menangkup pipiku dengan mata yang berkaca-kaca. Perasaan bersalah menyerap keengganan dalam dada tatkala mengingat dirinya terus menunggu kepulanganku.
Leherku tertarik ke bawah saat Mama memelukku, bersamaan dengan tertangkapnya sosok yang tidak ingin kutemui. Berada di belakang Mama, tengah digendong seorang pelayan yang menunduk padaku.
Anak ini..., dia menatapku dengan sepasang biru yang bulat dan jernih. Mengamatiku dengan penuh rasa penasaran. Hebatnya dia bahkan tidak gentar di bawah intimidasiku. Apa tatapan dingin ini masih terlalu hangat? Atau mungkin dia tidak memahaminya karena masih terlalu kecil? Tujuh bulan, kalau aku tidak salah mengingat. Bayi kecil yang hanya bisa membuat kebisingan dengan air mata itu kini benar-benar sudah bertumbuh.
Kutepis jari-jari mungilnya yang terulur hendak menggapaiku. Matanya mengerjap berkali-kali menerima penolakanku, sementara pengasuhnya mundur dengan takut-takut. Namun alih-alih mendengar tangisan, dia malah memberiku senyum lebar. Terlalu lebar sampai aku bisa melihat giginya yang belum tumbuh. Kurasakan rahangku berderak-derak menahan amarah.
Beraninya anak sekecil ini mengejekku!
Mama melepaskan diri setelah mencium pipiku. Lalu beralih pada anak itu sambil tersenyum cerah. "Ethan, Sayang. Ini aya---"
"Papa."
Apa? Rasa panas menjalar ke dadaku mendengar suaranya. Papa? Bocah ini, berani-beraninya. Sambil tersenyum lebar seperti itu pula. Tanganku spontan mengepal erat. Apa dia sedang menantangku?
"Oh, My." Berbeda reaksi denganku, ekspresi takjub menghiasi wajah Mama, yang lantas menutup mulutnya sebelum menggendong anak itu. "Ethan langsung mengenali wajah ayahnya. Cucuku sangat mengagumkan." Kebahagiaan yang tidak berhenti menghias wajah Mama membuatku terdiam. Bukan pura-pura ataupun terpaksa. Mama benar-benar tersenyum dan bahagia. Setelah kuperhatikan lagi, penampilan Mama jauh lebih hidup dan terawat sejak terakhir kali aku melihatnya.
"Padahal dia melihat lukisan wajahmu sudah tiga minggu yang lalu. Puteramu sangat mengagumkan, bukan?" Kecupan kecil memenuhi wajah bulat anak itu yang masih dengan arogan menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Ficción histórica[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...