Copyright : Moonlight-1222
Teruntuk readers yang masih terus mendukung sampai saat ini, terima kasih banyak. Jangan lupa votes & komennya :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)#Ini bagian duanya. Yup, kemarin itu flashback.
.
.
.
"Masih jelas ingatan tentang niatan burukku waktu itu. Aku benar-benar sepenuh hati ingin melenyapkan Ethan dari hidupku. Kata Papa yang tidak berhenti keluar dari bibirnya membuatku benar-benar dikuasai amarah yang tidak terbendung. Seandainya saja dia mengetahui masalah apa yang sedang menunggunya saat itu."
Aku... tidak bisa menatap Edmund. Bukan. Ini bukan dorongan karena rasa bersalah yang berlebihan, ataupun perasaan sedih tentang masa kecil puteraku. Tapi aku terlampau shock saat menangkap birunya yang terbakar kebencian. Hanya sekilas memang, bahkan dirinya sempat tersentak, seolah tersadar pada ketenangan dirinya yang hilang.
Kemudian, kata-kata yang diucapkan oleh Edmund pada Robin dalam nada yang begitu dingin terlintas begitu saja. Jelas dan terdengar mengerikan saat tengkukku meremang. "Bila ingin berbohong, jangan biarkan dirimu terintimidasi oleh apapun."
Rasa takut mencengkram tubuhku. Alasan Edmund membenci Ethan adalah aku, sementara kata-kata bibi Elizabeth sudah menegaskan semuanya. Lalu Jasmine...
"Aku tidak percaya kamu benar-benar kembali. Aku tidak tahu kamu ini bodoh atau..."
"Tapi meskipun aku membencimu, kamu tetap ibu kandung Ethan yang disayanginya. Saya akan memberikanmu saran dan berharap besar kamu bersedia mendengarkannya demi Ethan."
"Kakak saya itu bukan lagi orang yang sama dengan tujuh tahun lalu. Pergilah dari tempat ini sebelum terlambat. Setidaknya Ethan masih bisa mencarimu setelah dirinya dewasa."
"Seharusnya kau sudah bisa menebak akhir dari pernikahan kalian kali ini. Kau bodoh bila berpikir dia sudah memaafkanmu. Seharusnya kau tetap jauh. Menghilang. Rasa manis di lidahnya hanyalah racun."
"...Kau seharusnya bersyukur memiliki putera seperti dirinya. Dia tetap membelamu meski kau sudah meninggalkannya. Tapi tetap saja, dia tidak akan bisa menang dari ayahnya."
"Keponakanku yang tersayang, bukan aku yang seharusnya kau khawatirkan. Minta ibumu pergi. Dia akan tetap aman bila terus jauh dari jangkauan kalian."
Aku tersentak dengan kecupan-kecupan kecil pada tengkuk sampai ke bahuku. "Kau tiba-tiba membelakangiku. Apa kau marah? Aku minta maaf atas semua perbuatan jahatku terhadap Ethan."
Tubuhku mendadak kaku ketika bibir Edmund beranjak turun ke punggung telanjangku. "Edmund," lirihku sambil mencengkram selimut. "Bisakah kau lanjutkan ceritamu saja?" Selain aku mulai merasa takut dengannya. Tubuhku sudah lelah dan tidak sanggup lagi.
Dia menghela napas berat sebelum bangun untuk meraih sesuatu di sofa depan ranjang. Itu gaun tidurku. Lantas kuraih dengan cepat. Edmund bahkan tersentak melihat sikap anehku. "A-aku bisa melakukannya sendiri."
Aku memutuskan berbalik agar tidak menemukan jejak kebencian dalam birunya. Tapi tatapannya yang tidak berpaling seakan tengah mengelupasi punggungku.
"Apa kau terpaksa melayaniku?"
"Ti-tidak." Jemariku gemetaran saat menekan dadaku yang berdegup penuh kebrutalan.
Terjadi keheningan yang cukup lama, membuatku ingin secepatnya ke luar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Ficción histórica[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...