VIII

6.3K 939 75
                                    

Copyright : Moonlight-1222

Seperti kemarin, update setelah vote mencapai minimal 200 votes. Jangan males vote ya, biar Moon juga semangat updatenya :)
Komentar untuk cerita ini juga selalu ditunggu.
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)

.
.
.

“Mama jangan menangis.”

“Diam, Ethan,” bisikku parau. Air mataku semakin deras saat dia menggunakan jemarinya yang kecil untuk mengusapi basah di bawah mata, pipi, dan sekitar daguku.

Kepalaku terasa berat akibat ketakutan, cemas, dan amarah yang saling tumpang tindih. Masalah seperti ini tidak akan pernah terjadi seandainya Lord Etton tidak nekat melakukan perjalanan---tanpa satupun pengawalan. Padahal aku sudah berpikir dia adalah sosok ayah dan suami yang baik. Aku memahami saat ini dia sedang melindungi kami, meski begitu dia tetap harus disalahkan bila terjadi sesuatu yang mengerikan hari ini.

Lord Etton bukan siapa-siapa. Dia hanya manusia biasa yang bisa terluka dan mati. Melindungi diri sendiri saja tidak mampu, apalagi harus melindungi anak dan isterinya. Panah yang menancap di pintu hanya sebagai peringatan, sementara mereka pasti sudah berkumpul di luar untuk menjarah. Aku bodoh. Seharusnya aku tidak mengiyakan perjalanan ini. Seharusnya aku memberi saran untuk membawa beberapa pengawal.

Tewas bersama suami dan anak tiriku bahkan setelah satu hari menikah. Apa akhir kisahku memang setragis ini? Mati di tangan perampok dan di tengah hutan? Tubuhku meremang saat teringat aku adalah seorang perempuan. Kematian memang buruk, tapi itu tidak lebih buruk dari menjadi---

Air mataku jatuh semakin deras sebagai bentuk ketidaksanggupanku untuk meneruskan pemikiran menjijikan itu. Lalu dadaku terasa basah dan samar-samar mendengar suara tangisan. Aku melihat Ethan dalam pelukanku dan dia sedang menahan diri agar tidak terisak. Apa yang sudah kulakukan? Aku terlalu ketakutan dan sibuk mengkritik tindakan Lord Etton tanpa menyadari kalau tingkahku sudah membuat anak ini ketakutan.

“Ethan, tidak apa. Papamu sangat hebat. Dia pasti bisa menyelamatkan kita semua.”

“Kenapa Mama menangis? Ethan sedih melihatnya.”

Aku tertegun. Siapa menduga kalau dia menangis karena melihat air mataku. Fakta itu hanya membuatku semakin sesak. Rasanya sangat tidak adil bagi Ethan dibiarkan tumbuh tanpa mengenal wajah ibunya. Bagaimanapun dia berhak mengetahui sosok ibu kandungnya. Apa sebenarnya perempuan itu melakukan kesalahan fatal sampai Lord Etton tega membuang semua hal yang berkaitan dengannya? Bahkan seolah baunya saja tidak dibiarkan hidup sama sekali.

Aku berusaha membersihkan wajahku dari jejak air mata agar Ethan tidak terbebani lagi. Sekaligus menyenyahkan pikiran burukku. Aku harus berhenti sebelum tenggelam semakin jauh. “Tidak apa, Sayang. Mama hanya sedang mengkhawatirkan Papa. Lihat, Mama sudah tidak menangis lagi. Jadi Ethan juga harus melakukannya.”

Mau tak mau aku tersenyum hangat saat Ethan langsung mengusap air matanya. Aku membantunya dengan mengusap pipinya yang gembul, tapi pintu yang dibuka sudah mengejutkan kami.

“Scarlett!” Lord Etton berseru kaget saat dia menangkap kakiku. Aku sudah bersiap untuk menendang siapapun itu, tapi wajah suamiku muncul sementara gerakan itu sudah tidak bisa kuhentikan lagi.

“Ma-maafkan saya." Aku salah tingkah. "Saya pikir Anda perampok.” Selanjutnya air mataku luruh deras melihatnya yang baik-baik saja.

Pria itu meletakkan kakiku hati-hati sambil menghela napas. “Sepertinya kamu sudah salah paham, Scarlett. Kemarilah.”

Scarlett & Lord Etton [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang