Copyright : Moonlight-1222
Terima kasih untuk semua dukungannya. Seperti chapter kemarin, update setelah minimal 200 votes. Jangan males vote ya :)
Komentarnya juga selalu ditunggu :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :).
.
.Kabur...
Pandanganku kabur...
Kenapa bisa seperti ini? Apa mataku terbentur sesuatu? Tapi aku sama sekali tidak mengingatnya. Lalu apa ini? Mengapa sekujur kulitku seakan membeku seperti ini?
Dingin.
Dingin sekali. Apa aku baru saja terjatuh di tumpukan salju? Tapi... tidak. Ini bukan salju. Basah ini bukan berasal dari air salju yang merembes ke pakaianku. Ini...
Air.
Ya. Ini adalah air. Hanya air. Terlalu banyak air yang memenuhi pandanganku sampai mengaburkannya.
Dimana ini? Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa berada di dalam air seperti ini? Apa aku sedang menyelam atau mungkin... tenggelam? Tapi kenapa aku tidak bisa mengingatnya?
Tunggu. Telingaku berdengung. Ada sesuatu dalam air ini. Tepatnya suara. Seperti tangisan..? Ya. Ini suara tangisan. Siapa? Siapa itu? Siapa? Suaranya seperti milik pria.
Ya, ada seorang pria yang sedang menangis.
Kenapa? Kenapa dia menangis? Dan suaranya... terdengar familiar.
Familiar. Tapi... siapa?
Dok! Dok! Dok!
Tiba-tiba meluap, mereka menelanku menuju kesadaran setelah ketukan yang sangat menuntut menghampiri pintu. Astaga! Kepalaku pusing sekali karena dipaksa bangun. Apa-apaan? Siapa yang mengetuk pintu sebrutal itu di pagi hari?
"Ada apa? Kepalamu sakit?"
Tubuhku menegang, bahkan belaian yang sedari tadi berada di puncak kepalaku baru bisa kurasakan. Tatapanku naik dan bertemu dengan samudera Lord Etton yang sayu. Dia sedang duduk sambil bersandar di kepala ranjang, sementara aku tidur di perutnya. Tapi sebentar..., itu bukan sayu akibat dari bangun tidur. Matanya terlihat sembab. Apa dia menangis? Pandangannya tampak kosong, tapi bagiku dia seolah tengah menatap jauh ke dalam bola mataku. Seperti mencari sesuatu. Tapi tunggu!
"Kenapa dengan tangan Anda?" Salah satu telapak tangannya tampak dibalut perban.
"Ah, ini." Dia tersenyum simpul sembari mengepalkan tangan yang luka. "Tidak sengaja tergores pembuka surat. Tidak apa. Ini hanya luka kecil."
Perban itu malah membuat lukanya terlihat parah. "Sebaiknya Anda lebih berhati-hati lagi. Atau minta tolong pelayan untuk membukanya." Ada jeda karena aku sedang menimbang sesuatu. "Tadi saya mendengar tangisan. Apa itu... Anda? Lukanya sakit sekali, ya?"
Dia tertawa renyah. "Saya tidak mungkin menangis karena luka kecil seperti ini." Jemarinya mengusap pipiku. "Saya bermimpi buruk." Dia berbaring, membuat tatapan kami sejajar. "Kamu tenggelam... dan saya tidak bisa menyelamatkanmu."
Hatiku berdenyut tidak nyaman. Aneh. Apa mimpi kami baru saja terhubung? Tapi matanya merah sekali. Berapa lama dia menangis? Itu hanya mimpi. Sebuah hiasan tidur. Tampaknya pribadi Ethan yang sentimentil menurun darinya. Padahal penampilannya sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Aku memang benar-benar masih awam dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Historical Fiction[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...