Copyright : Moonlight-1222
Terima kasih untuk semua dukungannya. Seperti chapter kemarin, update setelah minimal 200 votes. Jangan males vote ya :)
Komentarnya juga selalu ditunggu :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)*Really sorry baru bisa mampir di wattpad & update karena kesibukan yang cukup menyita.
.
.
."Mama." Ethan menarik tanganku yang sedang menggenggamnya. "Apa Ethan boleh tidur bersama Mama? Tapi berdua saja di kamar Ethan."
Aku menghindari tatapan memelas Ethan dan langsung menatap Lord Etton, meminta pendapatnya. Meski sejujurnya aku berharap dia tidak menyetujui permintaan Ethan karena aku ingin menghabiskan waktu bersamanya---setelah dia kembali saat matahari terbenam.
"Tidurlah dengan Ethan. Saya masih memiliki beberapa pekerjaan."
Apa yang kupikirkan? Pria ini pasti lebih suka memandangi semua benda peninggalan dari isterinya daripada bersama denganku. Ah, lagi-lagi seperti ini. "Good night, My Lord."
Tidak ada balasan. Pria itu hanya terus berlalu menuju kamar utama. Dia memang masih belum bisa melepaskan masa lalunya. Bagaimana denganku? Aku menginginkan semua perasaan itu hanya untukku. Apa aku harus jujur tentang rasa cemburu ini? Tapi bagaimana bila nanti dia menilaiku egois?
Cemburu dengan masa lalu yang bahkan sudah tidak berada di dunia lagi memang terdengar menggelikan. Tepatnya menyedihkan. Tentu saja. Sosok nyatamu bahkan tidak bisa menggeser bayangan orang mati. Perempuan dan rasa cemburu memang sulit dipisahkan, apalagi saat para pria juga merasakannya. Tapi...
Cemburu berlebihan jelas sebuah petaka.
"Mama?"
Bertopang tangan ke dagu, aku berusaha tersenyum sambil menaikkan selimut sampai ke perut Ethan. Kupikir bocah ini sudah terlelap seperti biasa. Sepertinya memang membutuhkan waktu untuk kabur.
"Ethan belum bisa tidur. Ceritakan sesuatu, Mama."
Menghela napas karena ini pertama kalinya. Selama di Greenville Hills, Ethan cepat mengantuk. Apalagi kalau ada Lord Etton, dia bisa langsung tidur tanpa embel-embel apapun. Atau ini memang strategi bocah ini agar bisa lebih lama bersamaku? Huh, Lord Etton pasti sudah tidur saat aku kembali ke kamar.
"Tapi kenapa cerita?" Kubelai rambut cokelatnya yang halus. "Biasanya Ethan hanya minta dinyanyikan lullaby."
"Kali ini Ethan ingin mendengarkan cerita."
"Baiklah." Aku berdehem sekali. "Mama akan menceritakan tentang Rapunzel."
"Ethan tidak menyukai cerita itu."
"Kenapa?" Harry saja cukup menyukainya.
"Ceritanya tidak nyata. Rapunzel adalah perempuan sementara yang ditariknya adalah pria. Padahal tinggi rata-rata perempuan itu di bawah pria. Ethan ambil contoh Papa dan Mama. Puncak kepala Mama saja hanya bisa mencapai bahu Papa. Selain itu Rapunzel menggunakan rambut sebagai tali. Mustahil dia tidak merasakan sakit saat rambutnya tertarik ketika Pangeran sedang memanjat. Alih-alih Pangeran sampai di menara, rambut Rapunzel akan putus atau yang terburuk lehernya patah. Semakin berat bebannya, maka semakin kuat tekanan yang diterima."
Ekspresiku yang membeku pasti konyol sekali.
"Bila Mama berpikir semua itu hanya sebatas asumsi. Baiklah, Ethan coba dengan yang satu ini. Ada seorang perempuan di London yang memanjangkan rambut selama empat belas tahun, tapi baru mencapai 3 meter atau 9 kaki lebih. Sementara menara Rapunzel setinggi 60 kaki. Dia berusia dua belas tahun saat tinggal di menara dan bertemu Pangeran. Bila selama empat belas tahun saja hanya mampu mencapai 3 meter lebih, jadi sangat mustahil bisa menjadikan rambut sebagai tali dalam waktu dua belas tahun untuk menara setinggi 60 kaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Historical Fiction[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...