XIV

5.5K 790 55
                                    

Copyright : Moonlight-1222

Terima kasih untuk semua dukungannya sampai saat ini. Seperti chapter kemarin, update setelah minimal 200 votes. Jangan males vote ya :)
Komentar kalian juga selalu ditunggu :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)

*Maaf molor lama karena baru bisa diselesaiin TT.

.
.
.

Selina...

Suara seorang pria menyelinap di antara kegelapan. Menuntunku yang sedang terombang-ambing dalam kebutaan.

"Siapa?" Mata dan tanganku hanya mampu meraba dalam kehampaan.

Selina... Panggilnya lagi.

"Siapa!" Dan kegelapan tetap menelan seruanku.

Selina... Dia memanggil lagi.

"Apa!" Aku mencoba menyesuaikan diri. Dia sedang memanggilku, bukan?

Jangan pergi. Balasannya memang berbeda.

"Kau siapa! Tunjukkan dirimu!" Kepalaku berputar, tapi mataku tetap membentur kegelapan.

Kumohon jangan pergi. Percakapan ini satu arah.

Aku berlari ke segala penjuru. Masih mencoba mencari sosoknya dalam kegelapan ini.

Ini hanya sementara dan demi kebaikan kita.

Aku berhenti. Kalimat itu tidak keluar dari bibirku, tapi suara itu... milikku. Apa yang terjadi? Disini gelap. Tidak ada siapa-siapa. "Siapa kalian! Tunjukkan diri kalian! Jangan mempermainkanku!"

Kau tidak mengerti, Selina. Aku takut. Bagaimana kalau perasaanku padamu hilang?

Sesuatu mengalir di pipiku mendengar suara pria itu. Air mata...? Lalu di depan sana ada diriku yang menangis dengan seorang pria di hadapannya. Jadi yang kudengar tadi adalah percakapan mereka? Aku mencoba mendekat, tapi rasanya terlalu jauh. Seolah ada beban berat yang merantai kaki-kakiku. Sulit sekali menggerakannya. Sekarang pria itu bahkan sudah menghilang.

"Apa yang terjadi denganmu!" seruku. Tapi dia tetap menangis sambil menutup wajahnya.

"Pria itu sudah menyakitimu! Dia tidak bisa bertahan hanya karena terpisah denganmu! Jangan menangis kalau kau memang diriku! Aku tidak akan pernah meneteskan air mata demi pria yang sudah menyakitiku!"

"Bodoh," umpatku sebelum berbalik pergi karena perempuan itu tidak merespon sama sekali. Amarah dan kebencian menguasaiku. "Kau jelas bukan diriku."

OOOOO

Kuangkat wajah saat keriut pintu mengusik kegelisahanku.

"Scarlett?" Lord Etton, maksudku, Edmund masuk sambil berlari. Pasti kaget melihatku yang sedang duduk dalam keremangan sambil memeluk lutut. "Aku dari ruang kerja. Apa yang terjadi? Ada apa?"

Wajah paniknya yang terbingkai dalam tatapan sayuku memberi ketenangan. Mengikis perasaan marah dan benci yang menguasaiku. Aku bisa merasakan kalau dia sangat peduli denganku. Kuulurkan tangan untuk meraihnya.

"Aku tidak tahu," ujarku sendu. Kusandarkan pipi ke bahunya yang berbalut jubah tidur hangatnya. "Belakangan ini mimpi itu terus datang. Aku sudah lama tidak memimpikannya. Terakhir kali sekitar tiga tahun yang lalu."

Dia mengusap bahuku. "Coba atur napasmu dulu."

Kulakukan sarannya dan itu cukup melegakan. Dia membawaku berbaring dan kusembunyikan wajah kalutku di dadanya. Aku selalu bisa merasakan perlindungan dalam dekapannya.

Scarlett & Lord Etton [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang