Copyright : Moonlight-1222
Teruntuk readers yang masih terus mendukung sampai saat ini, terima kasih banyak. Jangan lupa votes & komennya :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)#Kita sedang menuju ending.
.
.
.
Sungguh tidak terduga. Sangat tidak terduga. Berapa kali pun dipikirkan benar-benar sangat tidak terduga sama sekali. Meski belum bisa dipastikan seratus persen karena ini baru kehamilan awal, tapi aku... "Untuk ke depannya saya akan terus memantau kondisi Anda, Madam."
Sangat mengejutkan. Benar-benar sangat mengejutkan. Kuhela napas saat tubuhku menjadi sangat merinding. Syukurlah bayi ini tetap baik-baik saja setelah semua keresahan yang kualami.
"Sayang." Berbanding terbalik denganku yang masih belum bisa bereaksi apapun karena masih terlampau kaget, Edmund sudah ditelan kebahagiaan. Wajahnya begitu sumringah. Sangat cerah bagai mentari musim panas di luar sana. Birunya yang tenggelam dalam perasaan haru meneteskan air mata saat memelukku. "Ini hal yang sangat baik."
"Bagaimana dengan keju dan pie buah quince-ku?"
Tubuhnya mendadak kaku. Tsk. "Kau seharusnya mencoba untuk mencarinya," gerutuku. Aku tidak perduli buah itu hanya bersemi di musim gugur, yang kuinginkan hanya buah itu terhidang dihadapanku!
"Dari dulu buah quince memang sangat bagus untuk perkembangan janin serta bisa mengatasi mual dan muntah yang dialami perempuan hamil. Tapi untuk sekarang ini Anda tidak bisa mengkonsumsinya karena kita belum memasuki musim berbuahnya. Anda bisa menggantinya dengan buah pir dan apel. Atau bisa juga mengkonsumsi buah delima yang baik untuk kandungan Anda."
Ekspresi wajahku masam, sementara Edmund terlihat sangat lega---tidak ubahnya seperti terdakwa yang mendapatkan pembelaan di pengadilan. "Baiklah." Tidak masalah sama sekali. Sebagai gantinya... "Jangan memaksaku untuk makan."
"Scarlett..." Edmund mendesah frustasi, tapi aku tidak perduli. Dia tidak memahami bahwa hatiku teramat sangat sedih karena tidak bisa memiliki buah itu. Bila merasa sangat bahagia dengan kehamilanku, seharusnya dia membantuku mengatasi keinginan ini!
"Saya memahami bahwa Anda sedang berada di tahap sedang mengidamkan sesuatu. Keinginan Anda terhadap makanan tertentu pun terbilang normal. Tapi Anda juga harus bisa berpikir jernih. Bila Anda terus memaksa, bayi Anda yang masih sangat rentan akan terkena dampak buruknya. Ini adalah kehamilan awal dimana detak jantung bayi belum bisa terdeteksi, kesalahan sedikit saja bisa menyebabkan keguguran. Anda harus tetap makan meski itu terasa sangat sulit. Hanya pikirkan bahwa ada sebuah kehidupan yang sedang Anda jaga. Jadi bertahanlah demi buah hati Anda."
Air mataku mulai berguguran saat mengangguk berkali-kali. Akan kulakukan. Mendengar kata keguguran membuatku sangat terguncang. Edmund yang tampaknya merasa takut salah bicara, hanya mengusap lembut punggungku. Mrs. Jhonson tersenyum maklum sebelum meminta Mrs. Aedre untuk membuatkan menu yang kuinginkan.
"Jadi di perut Mama sekarang sudah ada adik?" Suara Ethan menarikku dari beberapa jam sebelumnya. Kami sekarang dalam perjalanan menuju Alabaster. Terpaksa kembali karena kehamilanku. Kereta berjalan terlalu lamban atas perintah Edmund. Bukankah dia berlebihan sekali? Guncangan yang kuterima saat dia menggendongku kemarin itu jauh lebih dahsyat.
Kuanggukan kepala agar Ethan segera diam. Dia menatapku penuh rasa penasaran. Birunya yang berbinar---selayaknya Edmund yang merasa bahagia atas kehamilanku---membuatku lega. Dia bersungguh-sungguh menyambut baik anak ini. Tapi semoga saja tidak ada pertanyaan-pertanyaan aneh. Aku bisa semakin sekarat menghadapi tiga gempuran sekaligus; melancholia, kehamilan, dan rasa penasaran puteraku. Belum lagi jika Edmund berulah dengan membuatku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett & Lord Etton [On Going]
Tarihi Kurgu[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama Ethan---yang berusia hampir setengah dari umurnya---memanggilnya mama. Ia shock sekali, terlebih lagi...