22

4.7K 736 43
                                    

Copyright : Moonlight-1222

Terima kasih untuk semua dukungannya. Seperti chapter kemarin, update setelah minimal 200 votes. Jangan males vote ya :)
Komentar kalian juga selalu ditunggu :)
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)

*Updatenya molor dua hari. Maaf akhir-akhir ini juga selalu lama update :(

.
.
.

Aku... bisa mati. Sejak kapan telingaku penuh dengan tangisan perempuan seperti ini? Bagai tuli, tapi tidak. Siapa yang sudah menangis tanpa tahu malu ini? Seperti orang gila. Kerasukan setan. Terus mengganggu meski bibirku sudah berteriak 'hentikan'. Memangnya apa yang sudah terjadi padanya? Sesedih apa dirinya sampai mengabaikan suara orang lain?

Ugh! Cahaya menyilaukan datang menembus mata. Seolah berniat membutakan, tapi nyatanya aku masih bisa melihatnya: sosok yang sudah menggangguku dengan tangisannya. Membuatku terpukau, tidak sadar bahwa cahaya itu terus menarikku naik dan... membangunkanku.

"Scarlett?" Edmund menatapku sayu. Jelas sekali aku sudah mengganggu tidurnya.

Sayangnya... aku masih mengingat sosok itu di luar mimpi. Tubuhku bergetar. Dia bukan orang lain, tapi diriku sendiri. Aku yang sedang menangis dan dirantai. Di atas tempat tidur dan dengan penampilan yang berantakan. Semengerikan itukah masa laluku? Kenapa? Kenapa sekarang semuanya mulai datang?

"Scarlett?" Matanya melebar panik saat suaraku tak kunjung keluar.

"...Apa kau yang melakukannya?" lirihku penuh kesedihan. "Kau merantaiku karena aku terus menangis?" Mataku berkaca-kaca. Rasanya sedih sekali. Sangat menyesakkan. "Karena aku terus menangisi anak kita?"

"Apa maksudmu? Aku tidak melakukannya." Birunya membola. "Aku tidak pernah melakukannya."

Meski sempat terkejut, tapi suaranya sangat tegas. Apa... Papa yang melakukannya? Tapi melihatku yang tidak berhenti menangis---seakan-akan hanya air mata yang bisa membuatku tenang. Tentu kondisiku memburuk. Keinginan untuk keluar dari kesedihan inilah yang sudah memangkas ingatan burukku. Lalu mengubahku menjadi pribadi yang lain. Bukan lagi Selina yang bersedih dan memiliki skandal, tapi sebagai Scarlett yang ceria.

Tampaknya kehidupanku dulu tidak seceria ini. Apa Selina memang selalu memimpikan hidup sebagai Scarlett? Memang bagaimana kehidupanku sebagai Selina?

Greenvile Hills menjadi tempat Papa mengasingkan diri bersamaku. Dia pasti sangat malu. Puterinya yang sudah menikah terjebak skandal, bercerai, dan bahkan mengidap melancholia. Namun... Papa tidak meninggalkanku. Aku bisa menjadi Scarlett pasti berkat perjuangan Papa. Terdengar ironi. Amnesia ini malah membantuku ke luar dari kemurungan.

"Bagaimana kita dulu bisa menikah?" Isak tangisku berlalu cepat. Kuusap air mataku dan sudah bersikap biasa.

"Kita adalah sepasang kekasih. Awalnya hubungan kita berawal dari perjodohan, sampai kita bisa saling mencintai. Tidak ada pernikahan paksa. Kau bahagia bersamaku. Kita bahagia bersama sampai anak itu..." Edmund berhenti dan pupilnya bergetar ketakutan. Lalu meraih tanganku dan menggenggamnya. "Kenapa bertanya tiba-tiba?" Suaranya bergetar. "Aku berkata jujur. Kita saling mencintai. Aku tidak membuatmu menderita sampai anak itu..." Kalimatnya kembali terputus dan dia tertunduk putus asa.

"Kau sudah mengalami melancholia karena kematian ibumu," tambahnya lirih. "Jadi kehilangan anak itu semakin menghidupkan penyakitmu."

Aku tertegun dan merasa sangat bersalah pada Edmund. "Dulu... kau pasti merasa tidak nyaman denganku." Mataku turun pada tangannya yang masih menggenggamku dengan begitu erat, seakan dia ingin menyadarkanku bahwa tidak sendirian. "Bukan hanya kehilangan anak, kau juga harus bertahan dengan isteri yang menderita melancholia. Kau bisa menceraikanku atau mengunciku di kamar kosong. Bahkan meninggalkanku di rumah sakit jiwa. Tapi kau tidak melakukannya dan justru tetap merawatku. Aku merasa kau tidak beruntung mencintaiku."

Scarlett & Lord Etton [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang