47 - Mantan yang tak diundang

22.2K 1.8K 11
                                    

Bimbingan,bimbingan, dan bimbingan.

Derita sebagai mahasiswa akhir yang progressnya sedikit ngaret dibanding teman-teman seangkatannya membuat Kayana sedikit insecure, disaat teman-teman nya yang lain sudah mulai memposting foto mengenakan toga disosial media, dia masih berkutat perihal bimbingan yang tiada habisnya.

Bukannya Adrian tidak kooperatif sebagai dosen pembimbing,hanya saja penelitian yang Kayana lakukan ini masih tergolong baru dan belum banyak jurnal yang merujuk untuk penelitian serupa. Alhasil untuk seluruh metode, dia terpaksa melakukan uji pendahuluan terlebih dahulu, yang sialnya membuat jabatan nya sebagai mahasiswa akhir semakin lama.

Salahnya sendiri sih,sok berani memilih bidang penelitian yang sulit, padahal kapasitas otaknya belum terlalu mumpuni dan sekarang dia malah terjebak dalam pilihannya sendiri.

Kayana langsung merasakan nyeri di ulu hati saat melihat nama Adrian muncul melalui notifikasi pop up diponselnya. Lelaki tersebut mengiriminya beberapa pesan, mulai dari mengingatkan jadwal bimbingan, sampai mengirimkan perkiraan cuaca bahwa hari ini yang akan dilanda hujan deras dari pagi hingga petang.

Great,sekarang bukan hanya perihal metoda saja yang mempersulit skripsinya. Bahkan alam pun melarangnya untuk maju terlalu cepat.

Adrian Pramudya
Hari ini bimbingan jam 10 ya.

Kayana Amira
Sip,pak dosen.

Adrian Pramudya
👍

Kayana mendadak sakit kepala membaca isi pesan tersebut, ingin berbagi keluh kesah pun, dia juga sudah bosan selalu mengeluh.Kalau kata seniornya, paper tersebut tidak akan terisi dengan sendiri nya kawan!Sehingga mengeluh tentunya bukan jadi solusi utama.

Rasanya dia galau brutal karena skripsinya gak kelar-kelar, sepertinya ide penelitian ini bisa dia simpan nanti-nanti untuk meraih gelar S2 atau S3 nya sekalian, topik ini terlalu berat untuk mahasiswa S1 seperti dirinya.

Semenjak mengerjakan penelitian ini,Kayana jadi mawas diri bahwa bermimpi itu gak perlu tinggi-tinggi amat! Perlu juga untuk mempertimbangkan realita yang ada,jangan sampai mengabaikan semua fakta demi mengejar sebuah mimpi yang jangankan sepenuhnya,seperempatnya saja sudah susah dikejar.

Selesai berberes, Kayana membangunkan Kiran yang sedang asyik tidur-tiduran disofa.Tumben ini orang jam segini masih dirumah, gak kena pecat kan dia? Bahaya dong kelangsungan duit jajan nya dimasa depan kalau sampai Kiran dipecat.

"Bang...anterin gue kekampus." Titah Kayana seenak jidat sambil memasang sepatu nya di sebelah Kiran.

"Pergi sendiri lah, manja amat" dengus Kiran disebelahnya.

"Gue sakit,bang. Anterin kek" sahut Kayana keras kepala.

"Mana ada orang sakit tapi suara nya nyolot kayak elo?" cibir Kiran, kemudian lanjut memainkan ponselnya.

"Seriusan bang,gue sakit perut gegara makan seblak kemarin.Bolak-balik ke wc mulu dari semalem" tampang Kayana sok serius, tapi Kiran jelas sudah hapal dengan akal bulus adiknya. Alasannya gak pernah berubah, udah kayak template.

"Yuklah...anterin" bujuk Kayana, lagi. Dia sedang gak mood untuk menyetir, plus kata nya hari ini bakalan hujan deras seharian. Mata minus nya jelas tidak suitable untuk menyetir dalam kondisi tersebut.

"Gue lagi sakit" sahut Kiran kalem, sontak Kayana langsung menatap nya sangsi.

"Mana ada orang sakit tapi segar bugar begini" sahut Kayana,gak sadar diri.

"Gue ngambil cuti sakit, ya berarti gue sakit" balas Kiran tak peduli, Kayana langsung manyun karena gak bisa membantah. Kalau urusan sakit, biasanya Kiran bisa lebih drama dari dia,mending gak usah dilawan.

Skripsi atau Resepsi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang