Extrapart (4)

22.5K 1.3K 59
                                    

Astagfirullah...

Baru memejam selama dua menit, sudah terdengar suara tangisan bayi lagi. Kali ini Adrian nggak tahu, apakah tangisan tersebut suara Putri atau Putra. Anak-anaknya memang belum dikasih nama, tapi agar lebih memudahkan Adrian memberi panggilan Putri dan Putra. Baru umur seminggu juga sih. Kata ibunya gaperlu buru-buru, yang penting dicari dulu namanya yang pas dihati.

Kalau giliran menangis anak-anaknya memang doyan adu suara plus adu kekuatan. Saking kuatnya para bayi mereka, sekalinya nangis nggak kira-kira. Box bayi mereka sampai harus dimepetkan ke dinding, kalau nggak pagi-pagi bisa saja box bayi mereka sudah bergeser 5-10 cm dari tempat asalnya.

Adrian masih tetap memejamkan matanya, mengantuk berat, pasalnya belum sampai 15 menit lalu dia baru saja mengganti popok mereka yang ternyata cuma prank semata, alias gaada apa-apa plus bersih.

Rasanya dia tuh pengen kesal, tapi nggak bisa. Karena wajah anaknya tuh pada gemes amat, mana muka mereka berdua mirip dia lagi. Sang istri sempat mencak-mencak, karena susah-susah mengandung selama 9 bulan yang mendominasi DNA mereka cuma bapaknya doang, wajah Kayana rada-rada nggak kebagian, cuma dibagian mata nya saja yang tampak mirip. Selebihnya, fotokopi Adrian semua mulai dari alis, hidung, bibir. Tapi nggak papa deh, untungnya dia cakep. Jadinya sang istri tetap legowo.

Kali ini suara tangisan terdengar lebih keras dari sebelumnya, Kayana yang barangkali juga baru merem nggak sampai sejam sudah terbangun lagi. Adrian yang merasa nggak tega langsung bangkit, namun Kayana menahan lengannya.

"Gapapa mas, tidur aja...Besok kerja kan?" ucap Kayana sambil menyusui anak mereka.

"Kenapa nggak dikasih sufor aja sayang? Kalau malem doang, gapapa deh kayaknya. Mas nggak tega ngelihat kamu kebangun terus tiap malem." ucap Adrian setengah merengek.

Kayana cuma menggeleng. "Gapapa mas, kasian kalau mereka dikasih Sufor. Aku udah dikasih rezeki sama tuhan buat punya asi yang banyak. Nggak sedikit ibu diluaran sana yang masih kesulitan untuk menyusui anaknya mas."

"Besok kita beli breast pump ya, jadi kalau anak-anak kebangun malem-malem begini. Mas tinggal angetin doang, terus kamu bisa istirahat." ucap Adrian sambil mengelus punggung sang istri.

"Thank you, mas." Kayana menyandarkan punggungnya didada Adrian.

Nggak sampai 10 menit, anak-anaknya sudah kembali tertidur pulas. Memang ya, kalau sudah ditangan ibu nya, yang namanya bayik tuh langsung anteng. Berasa nggak habis nangis kejer lima menit yang lalu. Kesannya kayak langsung tenang aja gitu, terus ketiduran.

Perasaan tangannya sudah lebih lemah lembut dibanding tangan hand model sekalipun. Tapi tetep saja anak-anaknya paling anteng kalau sudah dipelukan sang istri.

Kayana kembali merebahkan diri dikasur setelah anak-anak mereka tertidur pulas. Adrian ikut-ikutan memeluk Kayana. Duh, dia tuh kangen banget cuddling sama bini nya, tapi ini bayik kayak rada-rada nggak rela melihat Adrian bermesraan dengan ibu mereka, tampangnya pada songong abis tiap kali Adrian memeluk Kayana.

Tapi itukan juga sifat Adrian sendiri, mana betah dia melihat istri nya dipeluk orang lain. Ternyata sifat tersebut juga menurun ke anaknya, pepatah bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu memang benar. Sifat nya langsung turun ke anak-anaknya.

****

Pagi-pagi sekali, bell rumah mereka sudah berbunyi.

Jelas, Adrian melotot. Orang macam apa sih, weekdays begini malah bertamu ke rumah orang pagi-pagi, nggak sopan banget!

"Mas, ada orang itu diluar."

"Nggak ada, sayang. Perasaan kamu doang, tetangga kali."

"Nggak mungkin mas, suara bell nya berasa disebelah kuping ku."

Skripsi atau Resepsi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang