Salah satu previllege punya dospem yang koneksinya luas tuh ya begini. Bisa magang ditempat bagus. Sebenernya nggak perlu risau sih, karena semisalnya tetap nggak dapat tempat magang sampe akhir bulan ini, nanti fakultas yang nyariin.
Tapi mboh loh ya, rasanya malu juga. Kayak temen-temennya pada lolos di BUMN impian. Sedangkan yang otaknya rada kureng seperti Kayana dan Lisa harus sadar diri, jangankan melamar. Seleksi tahap satu saja mungkin mereka langsung nggak lolos.
Dan ternyata oh ternyata. Lisa malah sudah sejak minggu kemarin dapat pengumuman lolos magang, tapi karena nggak enak hati sama temen satu perjuangannya alhasil itu perempuan diem-diem doang biar Kayana nggak berkecil hati.
Nggak punya pilihan lain, plus terlanjur mepet juga karena minggu depan sudah mulai UAS. Alhasil Kayana memberanikan diri untuk melamar magang di Playberry yang merupakan perusahaan kosmetik milik Adrian, masuknya jalur orang dalem alias via dosennya sendiri.
Meskipun daftarnya jalur orang dalem, mau nggak mau dia tetap harus datang ke kantor pusat. Kata Adrian bebas sih mau datang kapan saja, tapi kalau nggak janjian ya dia sungkan juga. Meskpun dosen sendiri, kesannya nggak sopan kalau main nyelonong masuk ke rumah orang.
Kurang lebih sudah tiga puluh menit Kayana menunggu di lobby. Kalau kata mbak-mbak di meja informasi tadi, Adrian masih ada rapat dengan klient tapi sudah mau selesai kok. Dan seharusnya sudah selesai, karena estimasi waktu dari mbak-mbak tadi 'sepuluh sampai lima belas menit lagi selesai.'
Kalau mau dia bisa saja mengirim pesan ke Adrian, tapi nggak enak suer, mana minta ketemunya dihari senin banget. Yang pasti super sibuk plus padet.
Lagian dia nggak terlalu berharap kok, Kayana sadar diri dengan kemampuan nya. Bisa magang di Playberry yang standarnya sebelas dua belas BUMN saja dia sudah sujud syukur.
Adrian langsung menyapa Kayana begitu turun ke lobby.
"Kenapa nggak nunggu diruangan saya aja?" tanya Adrian lalu menggiring Kayana menuju ruangannya.
"Udah lama nunggu nya?" tanya Adrian sembari menahan pintu supaya Kayana bisa masuk duluan.
Gestur yang sangat biasa, tapi sangat berdamage dan berhasil bikin Kayana meleleh ditempat.
"Nggak kok, baru beberapa menit."
Padahal nggak seharusnya Kayana merasa spesial, tindakan yang Adrian lakukan barusan pure biar sopan saja. Tapi yang namanya hati nggak bisa dia atur sendiri, tetep aja tuh deg-degan. Receh banget kan.
Adrian duduk persis dihadapannya, pakaiannya siang ini cenderung santai, dengan setelan kaos polo dan celana jeans berwarna biru. Simple tapi tetep aja cakep abis.
Sejujrunya pakaian Adrian terlalu santai untuk ukuran orang yang sedang 'ngantor'. Wajar sih, kantornya milik pribadi. Kalau dia jadi owner mungkin bakalan lebih songong dari ini.
"Jadi...apa yag bisa saya bantu?" tanya Adrian setelah melemparkan senyum tipis.
Kayana mendadak deg-degan. Pasalnya senyum Adrian siang ini, kelewat manis. Apa memang beda ya template nya sewaktu dikampus sama dikantor? rasanya kayak beda orang suer!
Dikampus lebih bringas, sedangkan diluar kampus jauh lebih adem dan ramah. Dia takut salah orang, ini beneran Adrian kan?
"Heheh, saya mau nanyain program magang pak. Soalnya di website nggak ada info." jawab Kayana sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Jadi mau magang disini?" tanya Adrian.
"Iya pak."
"Coba kirim proposalnya ke saya. Biar saya ada gambaran mau nempatin kamu dimana. Paling lambat weekend saya kabarin. Kamu mau mulai masuk kapan?" tanya Adrian super baik, sambil membawakan dua cangkir minuman dari pantry.
Duh, dia mau nangis saking terharunya.
"Kalau bisa dua sampai tiga minggu lagi pak. Saya mau kelarin UAS dulu." sahut Kayana.
"Oke."
Damn, semudah itu teman-teman. Dia rada nggak menyangka permintaannya langsung diiyakan oleh Adrian.
***
Dua minggu magang di Playberry, dia nyaris nggak pernah melihat batang hidung Adrian sama sekali. Bagus sih, jadinya dia bisa fokus magang sambil menyelesaikan skripsi. Kalau ketemu tiap hari, sudah pasti dia bakalan terkenang-kenang dan nggak fokus.
"Kay...udah makan?"
Jantung Kayana langsung berdebar nggak karuan.
Dia menoleh ke sumber suara, dan matanya menangkap sosok Adrian yang sedang berdiri ditepi kubikelnya. Selama sepersekian detik, Kayana hanyut dalam tatapan sepasang mata indah yang akhirnya dia temui lagi setelah dua minggu ini.
Jelas saja perasaan nya langsung berbunga-bunga.
Padahal dia rada pasrah kalau semisalnya harus fokus magang dan skripsian sampai enam minggu kedepan. Dia nggak berharap juga bisa ketemu Adrian diluar jam kerja, ataupun jam kampus. Karena jam terbang orang sukses macam Adrian sudah pasti tinggi, jadi rada maklum kalau pria ini susah ditemui diluar jam-jam yang sudah dijanjikan.
"Belum sih..." sahut Kayana seperempat jujur, padahal makan siangnya tadi rada telat. Maklum, sebagai anak intern sudah pasti dia jadi anak tiri. Baru ditawarin makan saat staff yang lain sudah mengambil jatahnya duluan, sebenernya di awal ada yang nawarin sih, tapi rada nggak enak aja dilihat dengan tatapan julid begitu. Mau nggak mau dia sadar diri, dan baru ngambil jatah nasi saat pantry mulai sepi.
"Kenapa pak? mau ditraktir?" tanya Kayana, bercanda.
"Hayuk, saya taruh tas sebentar."
Pria itu berjalan cepat menuju ruangannya setelah membalas sapaan beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.
Kayana speechless, nggak menyangka langsung di iyakan.
Pantes orang macam Adrian cepet sukses, ini cowok beneran straightforward alias to the point. Nggak suka bertele-tele.
Kayana pilih duduk disudut ruangan sambil scrolling instagram di ponselnya, mencari-cari rekomendasi tempat makan untuk sore ini.
Jujur Kayana nggak tahu selera mas-mas mateng macam Adrian seperti apa. Setelah menjatuhkan pilihan tempat paling netral sedunia, pilihan Kayana jatuh ke Sop Iga Pak Tris. Kayana nggak tahu apakah pilihannya sudah tepat apa belum, tapi sejauh ini belum ada manusia yang nggak doyan sop.
Setelah memarkirkan mobil, mereka pilih duduk diruang VIP yang terletak dilantai dua restoran ini. Nggak se-fancy itu kok, bedanya diruangan ini ber-AC dan lebih adem, sedangkan tempat makan yang dibawah dikhusus kan untuk outdoor dan smoking area. Kayana nggak tahan kalau harus berlama-lama menghirup aroma nikotin, dia gampang batuk.
Setelah makanan dihidangkan, mereka makan dengan khidmat. Dari gaya makannya saja, Adrian tampak sangat elegan sekali. Table manner nya kentara sekali kalau ini cowok golongan orang berada. Makannya rapih, bahkan nggak kedengeran bunyi sendok maupun garpu berdenting di atas piring.
"Gimana magangnya?" tanya Adrian, selesai makan.
"Seru kok, tapi minggu pertama masih perlu penyesuaian. Jadinya sedikit capek."
"Karyawan saya pada baik?" tanya Adrian.
Kayana mengangguk.
"Beneran betah kan?"
Kayana mengangguk lagi. Meskipun diminggu pertama badannya nyaris remuk redam karena nasib anak intern sudah pasti disuruh macem-macem. Tapi dia nggak mau mengeluh, kesannya malah kekanakan. Padahal sudah diberikan kesempatan oleh Adrian.
"Terimakasih sudah menerima saya, pak." ucap Kayana tulus.
"Syukurlah kalau betah, soalnya perusahaan saya jarang menerima anak magang. Takutnya karyawan saya nggak bisa ngajarin banyak hal. Karena memang nggak ada programnya, jadi saya nggak pernah training karyawan saya untuk program magang."
Adrian memberi banyak masukan untuk Kayana. Tapi kalimat terakhir Adrian sukses membuat hati Kayana menghangat. "Kalau semisalnya bingung dan ada yang ingin ditanyakan, langsung tanyakan saja ke saya. Saya tau rasanya magang ditempat baru nggak gampang, perlu adaptasi dan terkadang lingkungan nya nggak seperti yang kita harapkan. Jadi kalau ada masalah, jangan dipendam sendiri. Bisa cerita ke saya."
***
Lanjut?
![](https://img.wattpad.com/cover/275804880-288-k473872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsi atau Resepsi [END]
Romance[COMPLETED] Siapa bilang jadi mahasiwa tingkat akhir itu menyenangkan?setiap saat ditanya progresnya sudah sampai mana?skripsi sudah sampai bab berapa? Jika banyak anak SMA yang ingin cepat-cepat kuliah,maka bagi Kayana Amira(21 th) jika ia bisa mem...