Eps 23

768 35 6
                                    

"bibi nggak lagi rabun kan" tanya Livia dengan polos nya membuat bunda dari Akhdan tercengang seketika.

'apa maksud nya?? Kenapa dia bertanya seperti itu' pikir bunda nya Akhdan

'yaampun sayang kenapa kamu langsung membuat bunda spot jantung dengan perkataan mu itu' pikir Akhdan

'nyonya kecil, benar benar bermulut pedas ya dan suka sekali berkata yang bikin orang seakan mau jantungan' pikir barra

'wahhh hebat sekali kakak ipar ku ini, seperti nya seru nih kalo buat ngerjain para Abang, sekali kali gitu spot jantung biar tambah sehat hehehehe. Jarang sekali kan aku ada partner buat ngerjain mereka semua. Kecuali suamiku tentunya' pikir Azalea

"Nggak" jawab bunda Akhdan dengan seadanya

"Lantas kenapa bibi, mengatakan aku cantik. Padahal aku kan jelek kayak orang yang gak mandi setahun" ucap Livia yang begitu polos, lagi dan lagi membuat bunda nya Akhdan terkejut.

'kau cari dimana calon menantu bunda ini nak, kenapa mulutnya tajam sekali, ditambah dia begitu polos. Orang yang baru mengenalnya pun pasti nya tak akan tahu bahwa gadis ini begitu menakutkan saat berbicara. Bunda sampai bingung mau berkata apa' pikir bunda nya Akhdan membuat Akhdan meringis seketika saat mendengar batin sang bunda

"Karena porsi cantikmu itu begitu berbeda nak" ucap bunda nya dengan senyum nya yang sama sekali tak dimengerti oleh Livia

'benar kata bunda, kamu itu cantik dengan porsimu sendiri sayang. Aku saja sampai tak dapat berpaling darimu, sejenak saja. Seakan duniaku akan selalu berpusat di dirimu' pikir Akhdan

Bunda dari Akhdan pun langsung berkata kepada pak penghulu, sebelum Livia bertanya kembali yang mana akan membuatnya kaget seketika.

"Pak penghulu segera dimulai" ucap bunda nya Akhdan yang langsung diangguki oleh pak penghulu.

"Siapa yang akan jadi wali nya" tanya pak penghulu.

"Bisakah, om barra saja yang menjadi wali nya. Soal nya saya nggak punya orang tua maupun sanak saudara pak" ucap Livia sambil cengegesan seakan tak ada beban sama sekali dipundak nya.

'yaampun nyonya kenapa panggilan untukku berubah, tadi sebelum memanggil pak penghulu. Nyonya memanggilku pak landak, sekarang kenapa malah berganti panggilan nya menjadi om. Perasaan aku nggak punya ponakan sebesar dia, hingga mengharuskan dirinya memanggilku seperti itu' pikir Barra

.
.
.

Diketik: 26 Februari 2022

Dipublish: Jumat, 14 Oktober 2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kesayangan PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang