Luka

4K 234 0
                                    

Happy Reading💜
.
.
.
.

Disebuah ruangan bernuansa abu-abu yang terlihat elegan terdapat bocah kecil yang masih setia memejamkan matanya dengan selimut yang melekat menutupi tubuhnya.
Namun tak lama, matanya terbuka secara perlahan menyesuaikan cahaya, menampilkan manik kecoklatan yang indah, sesekali menguceknya, ia mengedarkan pandangannya di setiap arah, merasa bingung, dimana dia sekarang? Mengapa ia berada ditempat asing?

Maniknya menatap langit-langit ruangan mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya.

Dan ya, El ingat. Dia dibawa oleh seorang gadis cantik yang sekarang ia panggil dengan sebutan Buna. Tapi dimanakah bunanya sekarang? Mengapa hanya dia sendiri disini. El bangun dan merubah posisinya menjadi duduk. Matanya menelisik ke setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang telah membawanya kesini, namun nihil. Dia tidak menemukannya. Seketika matanya berkaca-kaca siap menumpahkan butiran-butiran cair bening.

"Bu..naa.." panggil El, siapa tahu yang dipanggil akan muncul. Namun tetap saja bunanya tidak nampak. El takut sekarang diruangan ini sendirian.

Ia berniat keluar mencari Zoa, namun ketika ia akan menapakkan kakinya ke lantai, El merasakan nyeri yang luar biasa kakinya yang memar dan karena berjalan terlalu jauh. Bibirnya melengkung kebawah, matanya berkaca-kaca,

"Hiks...bunaa.." dan yaa pecah sudah tangisan El

"Hiks..hiks..BUNAAA.." tangisnya semakin kencang dan berteriak, berharap Zoa mendengarnya,namun tetap saja tidak ada sahutan.

Ia kesal tenggorokan nya terasa sakit karena berteriak terus, sampe akhirnya ia mendengar suara pintu terbuka, dan terlihat Zoa yang muncul dari balik pintu.

Ceklek

Zoa terkejut, melihat keadaan El yang sangat kacau namun terlihat menggemaskan, mata bulat yang mengeluarkan air, hidung yang merah jangan lupakan ingus yang sesekali ia lap menggunakan tangan mungilnya, pipi yang basah dibanjiri air mata. Ahh rasanya Zoa ingin menerjangnya dengan ribuan ciuman.

"Bu..naa..Hiks.." isaknya sambil merentangkan tangannya kepada Zoa

Zoa yang paham dengan kode El pun langsung membawa El ke pangkuannya dan menyenderkan kepala El di dadanya.

"Kenapa menangis hm?" Tanya Zoa sambil mengelus punggung El berusaha menenangkan anak itu

"Bunaa tidak ada " jawab El yang masih sedikit terisak

"Buna keluar sebentar, tadi mau ajak El tapi ternyata El masih bobo yaudah buna tinggal"

"El ta-takut sendirian hiks..ttadi El mau keluar cari buna hiks.. t-tappi kaki El sakit huwaa.." jelas El, kembali menangis kencang mengingat ia tadi ketakutan sendiri diruang ini.

Kamar ini milik Zoa, ia sengaja memilih warna abu-abu karena ia tidak terlalu suka dengan warna-warna cerah.

"Ssstt..cup cup, ini buna udah sama El, jangan nangis lagi yaa sayang. Coba mana sini kakinya buna mau liat" El menunjukan kakinya ke Zoa.

"Ini ya yang sakit?" Tanya Zoa menunjuk kaki El yang memar

"Heum" El mengangguk lucu

"Huuft...huuuuuufft.." Zoa meniup kaki El yang memar, El yang melihatnya mengerjap lucu

"Husshh..hushh sana pergi, jangan di kaki El lagii" ucap Zoa, ceritanya ngusir rasa sakit di kaki El

"Udah, udah buna usir sakitnya, udah ngga sakit lagi kan?" Tanya Zoa

"Heum..makasih bunaa" El mengangguk dengan senyum manisnya kemudian memeluk Zoa, Zoa dengan senang hati membalas pelukan anak manis itu sesekali mencium pipi gembul El.

"Mandi yuukk, habis itu kita kebawah makan malem" ajak Zoa yng dijawab anggukan oleh El.

"Bunaa tapi kan kaki El sakit, terus mandinya gimana?" Tanya El memiringkan kepalanya. Zoa tidak tahan dengan wajah El yang begitu imut, dengan cepat ia membanjiri wajah El dengan ciuman.

"Haha...udah bunaa geliii~" El tertawa lepas diakhiri rengekan karna ia merasa geli

"Siapa suruh wajah anak buna ini sangat menggemaskan hm?" goda Zoa.

El menyembunyikan wajahnya diceruk leher Zoa, Pipinya bersemu merah merona, menandakan anak itu sedang maluuu.

"Udah yuk bunaa mandiin"

"Nda mauu.." tolak El

"Tidak mau mandi?"Tanya Zoa

"Ihh..bukan, tapi El maluu bunaa masa dimandiin sama buna sih ?" Jawab El sambil memajukan bibirnya beberapa centi. Menggemaskan

"El masih kecil, jadi tidak papa buna mandiin" jawab Zoa

"El udah besar yaa!!" pekik El berjarak pinggang dan memasang wajah garang, namun terlihat lucu dimata Zoa

"Mandi atau buna tinggal?" Ancam Zoa dengan suara dinginnya membuat El sedikit takut.

"I-iya dimandiin buna"

Sebelumnya Zoa sudah memerintahkan kepada bawahannya untuk membelikan keperluan El seperti baju, minyak telon, bedak bayi, minyak wangi bayi, sabun bayi, susu, botol dot, pacifier dan keperluan El yang lainnya.

...

Zoa menggendong El ke kamar mandi, mendudukkannya di bath up, ia membuka baju El dan betapa terkejutnya Zoa melihat banyak luka seperti bekas cambukan dan memar yang ada di tubuh ringkih anak itu, bahkan ada luka yang masih basah sepertinya itu luka baru. Seketika ia ingat saat membaca info tentang El, jika El selalu disiksa oleh ayahnya yang bajingan itu.

"Awss.." pekik El merasa perih, ketika tak sengaja Zoa menyentuh lukanya.

"Maaf sayang buna ngga sengaja" Zoa merasa bersalah.

"Udah ngga usah mandi yaa" lanjut Zoa

"Tapi badan El lengket buna~" rengek El merasa badannya begitu lengket dan tidak nyaman, bagaimana tidak? Setelah ia berjalan cukup jauh dari rumah dibawah teriknya matahari.

"Di elap aja ya, nanti kalo mandi dan terkena air pasti akan terasa sangat perih" El mengangguk nurut, karena ia juga tidak mau lukanya terkena air, karena akan terasa sangat perih.

Sengaja Zoa tidak menanyakan sebab luka yang ada di badan El, karena ia sudah tahu penyebabnya, siapa lagi kalo bukan pria bajingan yang sayangnya adalah ayah kandung dari anak manis itu. Disisi lain juga karena Zoa tidak mau membuat El trauma karena mengingat kejadian saat ia disiksa oleh ayahnya.

T
B
C

Aku up lagi, semoga kalian ngga bosen yaaa baca cerita inii..
Jangan lupa vote sama comment
Luv u💜

ELZIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang