"Good morning mom." Sapa putraku Ha Joon.
"Good morning ganteng." Balasku.
Lesung pipinya muncul karena senyum malunya. Pria kecil itu duduk di kursinya. Menikmati sarapan sebelum ku antar ke TK.
Kami hidup berdua. Hidup berdua di sebuah apartemen mungil dengan lingkungan asri dan tenang. Ha Joon sekarang berusia 5 tahun. Dia sekolah di taman kanak-kanak.
Namaku Eden Miller. Ya! Aku bukan warga negara asli disini. Tapi karena aku pernah menikah dengan warga lokal, maka aku mengubah status kewarganegaraanku.
"Mom, aku sudah selesai." Ha Joon meletakkan piringnya di bak cuci piring.
"Oke, mom akan memasukkan ini ke dalam mesin pencuci lalu kita akan berangkat."
Seperti itulah kegiatan kami setiap pagi. Setelah mengantarnya ke sekolah, aku melanjutkan membuka toko hadiahku. Aku punya kegiatan yang sama setiap harinya. Membuka toko, melayani pembeli, menutup toko, menjemput Ha Joon, makan siang dengannya, kembali ke toko hingga pukul 5 sore lalu pulang.
Sampai dirumah, aku akan memasak makan malam kami, memandikan putraku lalu menemaninya bermain, kemudian kami akan tidur. Begitu keseharian kami setiap harinya. Kecuali hari tanggal merah. Maka kami akan jalan-jalan atau sekedar bermalas-malasan di rumah.
Letak toko lumayan strategis, di pusat kota yang tak terlalu ditengah-tengah. Yang pasti banyak pejalan kaki yang melintas di depan tokoku. Di sepanjang jalan tempat tokoku berada, banyak toko lainnya juga. Mulai dari restoran ayam paman Ok, toko bunga Lily's florist, toko roti Haena's Bakery, juga kedai sup iga sapi bibi Shin.
Kami semua saling mengenal. Aku baru sekitar 3 tahun membuka usaha disini. Uang tabunganku hampir ku habiskan untuk memulai bisnis ini. Tanpa tetangga tokoku, mungkin saja aku harus mati-matian bekerja. Mereka semua membantuku menjadi marketing officer.
"Eden, tolong bantu aku." Suara yang cukupku kenal membuat sedikit terkejut.
"Hahahaha, mian aku mengejutkan mu ya?"
"Tak apa eonni. Apa yang bisa ku bantu?" Aku antusias menyambut pemilik toko roti Song Haena.
"Keponakanku akan ulang tahun besok. Kado apa yang cocok?"
Haena menceritakan secara singkat siapa keponakannya. Hingga....
"Dia sangat suka Bangtan. Jungkook favoritnya." Wajah sumringah Haena membuatku tersenyum.
Nama grup itu tersebut di depan wajahku....Lagi! Aku punya banyak barang mengenai BTS yang ku jual di toko. Bahkan aku punya sudut khususnya hanya untuk barang-barang tentang BTS. Mengapa tidak? Merchandise mereka yang paling laku sekarang.
"Eonni bisa memilih di sudut itu. Yang kelinci pink itu adalah karya Jungkook."
"Ha Joon belum pulang?" Haena bertanya disela-sela aku yang sibuk membungkus boneka Chooky sebesar pelukan orang dewasa.
"Setelah ini aku akan menjemputnya. Nah, eonni." Ku serahkan pesanannya.
Haena tak bisa menutup mulutnya. Mata kami saling menatap, aku tau yang dia pikirkan.
"Iya, aku akan mengantar eonni sampai toko."
Haena tersenyum, kemudian membantu mengunci pintu toko.
"Eden-aa, apa Ha Joon tak pernah bertanya siapa ayahnya?" Nada bicaranya ragu dan hati-hati.
"Aku tak pernah ingin mengingatkannya soal itu, eonni."
"Ahh iya, maaf aku bertanya aneh-aneh. Terima kasih mau mengantarku berputar-putar." Gelak tawanya kudengar sambil menurunkan boneka besar itu.
"Aku akan meminta bayaran nanti. Pengantaran kami tak gratis eonni." Candaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Idol, I Love You
FanfictionBersatu karena kesalahan semalam, berpisah karena dipisahkan. Dikejar lagi karena cinta.... Apakah mereka akan berhasil bersatu? Dengan latar belakang berbeda dan strata tak sama.... Kim NamJoon x Eden (you)