11.

73 7 0
                                    

Ha Joon membuka mata malas lalu terkejut, dia melihat paman Koya membangunkannya. Dia masih sibuk berpikir apakah dia bermimpi atau memang benar paman Koya ada pagi ini. NamJoon menggendongnya menuju kamar mandi.

"Dia terkejut melihatku ketika membuka matanya, dia imut sekali." NamJoon duduk di kursi makan kami.

"Apa tak apa oppa tak kembali ke dorm semalam?" Tanyaku sambil menuangkan susu di gelas Ha Joon.

Hanya senyuman yang NamJoon berikan sebagai jawaban. Terserahlah, yang menjalani hidup juga yang akan dimarahi adalah dia. Aku melirik tajam membuatnya berdiri menuju kamar Ha Joon lagi.

"Selamat pagi mom." Ha Joon duduk dengan baju rap ke sekolahnya.

"Joon-aa..." NamJoon hendak berkata sesuatu.

"Ha Joon akan pergi dengan bus sekolah oppa." Jawabku sangat tau maksudnya.

"Baiklah, mungkin nanti entah kapan jika mom ijinkan paman akan mengantar Ha Joon ke sekolah. Padahal aku ingin sekali." Gumamnya lirih di kalimat terakhir."

Ha Joon memakan sereal sambil menatap kami berdua bergantian. Sedikit takut dengan apa yang dipikirkan Ha Joon aku duduk diam menikmati toast juga scramble eggs juga kopi. Kami bertiga tak ada yang bicara selama sarapan.

Tirai depan telah ku buka hanya menyisakan layer putih tipis saja. Ku gandeng Ha Joon hingga trotoar. Anak itu melambai pada NamJoon yang berdiri dibalik jendela kaca ikut melihatnya naik bus.

"Jadi? Apa yang bisa ku lakukan?" Tanya NamJoon sesaat setelah ku tutup pintu.

"Semua sudah selesai oppa, jika oppa akan pulang silahkan. Aku juga akan bersiap ke toko." NamJoon malah menarik tanganku.

Bibirnya menciumiku seperti semalam dalam dan memabukkan. Lidahnya menyusuri deretan gigi, bergulat manja dengan lidahku. Telapak tangannya menekan lembut dadaku, memberi pijatan kecil di sana sambil tangan kirinya melonggarkan ikatan kimono tidurku.

Dia tau jika dari semalam tubuhnya menjadi selimut ganda untukku. Pagi ini dia juga yang memakaikan kimono tidurku. Bibirnya menyesap pundak kananku, membuat tubuhku merinding. NamJoon menghentikan aksinya ketika dia membuka sendiri kaos yang dipakainya. Matanya mengisyaratkan bahwa pagi ini akan lebih indah dari kemarin-kemarin.

"Ha Joon sudah pergi sekolah, jika kau ingin berteriak maka teriaklah." NamJoon menggendongku seperti koala wajahnya dia benamkan sejenak diantara dadaku.

"Oppaaaa." Aku mulai menggeliat ketika NamJoon menjamah lipatan paha ku.

Pria itu juga tak ingin kehilangan momentum aku menikmati sentuhannya. Dia menatapku sayu ikut merasakan dorongan dirinya untuk melanjutkan gairahnya.

"Tunggu oppaaa..." Tanganku mencegah jarinya masuk dalam celana dalam ku.

"Cukup 5 tahun aku menunggumu. Cukup 5 tahun juga ku lakukan hanya dengan tanganku." Dia tegas menolak permintaanku.

Jari tengahnya menembus masuk dan membuat ulah di dalam sana. Matanya menikmati setiap gerakan yang dia timbulkan padaku. NamJoon mencumbu dadaku dengan ganas yang menimbulkan hasrat lain. Tanganku meremas bahu kokohnya, dia mengerti jika waktuku hampir tiba. NamJoon mencabut jarinya membuatku tergagap kehilangan ujung nikmat yang hampir tiba.

"Oppaaaaaa." Desahku kecewa.

"Tidak secepat itu sayang, lima tahun aku menahannya. Kita punya banyak waktu hari ini hingga Ha Joon pulang sekolah." Senyum mengerikan itu tak pernah ku lihat sebelumnya.

NamJoon menurunkan kepalanya hingga menghadap pangkal pahaku. Hidungnya mendekat menghirup aroma khas berbeda tiap wanita. Senyumnya merekah hingga deretan gigi rapinya terlihat.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang