22.

46 5 0
                                    

"Wuahhh, kampung ini masih ada?" Tanya seorang detektif yang tertegun setelah keluar dari mobil.

"Bukankah area ini telah di kosongkan sejak 15 tahun yang lalu?" Yang lain melayangkan pandangannya ke sekeliling.

"Cari rumah itu. CEPAT!" komandan mereka berteriak tegas menghentikan percakapan yang tak perlu.

Semuanya bergerak cepat menuju rumah berlampu. Mereka mengetuk untuk mencari info mungkin bisa di dapatkan. Semua orang terheran-heran dengan kehidupan yang masih ada di sana.

"Mereka semua tak pernah melihat nyonya Kim. Sepertinya ada yang aneh disini. Mengapa masih ada yang tinggal disini?" Detektif swasta kebingungan mengikuti seniornya menuju rumah yang telah roboh sebagian.

"Hyung?"

"Ini rumah ku dulu."

"Hye?!" Terkejut! Juniornya terkejut dengan pengakuannya juga seorang detektif polisi yang berada di belakang mereka.

"Jadi anda tau apa yang terjadi di sini, pak?" Tanya detektif yang berdiri di gerbang rumah yang bahkan sudah tak bisa disebut gerbang karena telah roboh.

"Rumor tentang asal pembunuh berantai jaket merah. Warga satu per satu meninggalkan area ini. Pemberitaan kala itu membuat orang-orang di sini dikucilkan. Kami semua memilih untuk pindah ke tempat lain." Jawab si senior.

"Tapi mengapa masih ada yang menetap?"

"Mereka yang tak punya uang memang memilih tinggal dan dilupakan."

Langit timur telah memerah tanda pagi merekah. Para petugas masih berusaha keras mencari. Seorang anak perempuan keluar rumahnya yang tak layak huni sambil membawa ember.

Petugas yang melihat seorang anak muncul, mendekatinya. Ember yang dibawa anak itu membuat petugas menutup hidungnya.

"Apa kau pernah melihat wanita ini?" Tanya petugas sambil menutup hidungnya.

Gadis muda itu berjalan menjauhi petugas. Dia membuang isi ember kemudian berjalan keluar area rumahnya. Tak bicara sama sekali, gadis itu terus berjalan yang di ikuti oleh beberapa petugas.

Dia tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah yang cukup terawat dibanding rumah lainnya. Detektif swasta ikut memperhatikan anak kecil itu. Dia mulai mendekati bangunan yang cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Pagi makin naik hingga gelap berganti terang. Pandangan semua orang akhirnya bisa melihat sekitar dengan lebih jelas. Gadis itu menunjuk kearah halaman sebuah rumah yang telah benar-benar hancur dengan lubang besar didinding.

Para petugas melihat barang yang membuat mereka semua menghambur kedalam lubang itu. Bahkan komandan mereka ikut penasaran dan mendekati. Mobil ku terparkir di sana ditutupi dengan terpal usang.

"Kau! Apa kau tau siapa yang menyembunyikannya di sana?" Seorang polisi menanyai spontan dengan nada tegas.

Gadis itu tertunduk ketakutan.

"Apa kau tinggal di rumah tadi sendirian?" Tanya detektif swasta senior sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu.

Gadis itu masih tetap tertunduk gemetaran enggan menjawab.

"Tak apa, ahjushi tak akan menyakiti mu. Kami semua polisi, kami bukan orang jahat. Kami di sini mencari nyonya ini." Detektif swasta senior itu menunjukkan foto ku.

"Dia...." Gadis itu akhirnya bicara.

Semua orang berhenti lalu menatap kearah gadis muda yang menahan tangisnya. Dengan sabar detektif swasta senior itu menunggu kalimat selanjutnya.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang