25.

43 5 0
                                    

Gerakan NamJoon makin menuntut. Penisnya telah bergerak menembus bagian terdalam ku. Matanya menikmati wajah ku yang terbuai dengan keperkasaannya. NamJoon tak hentinya mendesah, sama seperti ku. Tangannya juga tak tinggal diam bergerak menambah deru nafsu kami berdua.

"Jangan berhenti oppaaaa." Ucapku menatapnya penuh permintaan.

"Tidak akan, akan ku usahaa--kannn la--ahh ahhh--lama. Ohh shit! Sempit!"

Entah sudah berapa gaya yang diinginkan NamJoon dan aku turuti. Pokoknya aku benar-benar telah lelah dan berkeringat. Tapi untuk menyudahi nikmat ini aku tak ingin. NamJoon mendorong tubuhku hingga kami makin rapat.

Spooning membuatku tak banyak bergerak hanya menerima hentakkan pinggul NamJoon yang makin kuat dan intens. Pria itu tak ingin memberiku kesempatan untuk apapun. Aku bahkan harus berpegang erat pada header bed.

Pelukannya dari belakang tubuhku makin erat di dada juga cengkeramannya di pinggulku makin ketat. Suara desahnya makin kuat seiring keras dan cepatnya dia menusukkan pusakanya padaku. Suara ranjang kami yang beradu dengan dinding makin menunjukkan betapa perkasa tenaga suamiku.

Tok tok..
Kami berdua tenggelam dalam asmara hingga tak mendengarkan ketuk pintu.

"Mom, dad?" Suara Ha Joon lirih memanggil kami yang ribut didalam kamar.

"Mom, are you ok?" Getar suaranya terdengar.

Ku beri tanda supaya NamJoon berhenti. Tapi ujung klimaksnya sudah sangat dekat. NamJoon masih fokus pada kegiatannya, tak mau menuruti ku.

"Huaaaa....haaaaa....huaaaahhaaaaa." tangisan Ha Joon terdengar.

NamJoon benar-benar ingin secepatnya menuntaskan hasratnya. Pria itu makin mendesak ku sambil makin kencang menggoyangkan pinggulnya, hingga suara ranjang dan dinding bertemu makin terdengar.

NamJoon meringis tercekat tak bisa lepas menumpahkan kepuasannya karena tau putranya menunggu kami. Begitu semburannya berhenti, NamJoon mencabut penisnya begitu saja, memakai celana lalu menyelimuti ku.

Dengan cepat dia menuju pintu. Suaranya terdengar tengah menenangkan Ha Joon. Aku hanya bisa tersenyum kecil, melirik jam dinding. Sudah lewat tengah malam dan Ha Joon terbangun karena kami?

"Joon-ie, apa yang membuatmu terbangun?" Aku mendekati Ha Joon yang dipangku ayahnya yang tak memakai kaos.

"Mom, aku bermimpi, mom meninggalkan ku lagi. Lalu ku dengar suara mom dan dad yang ribut di kamar dan kamar kalian terkunci. Aku takut, jangan pergi lagi ya mom." Isak Ha Joon masih ada.

"Tidak, mom janji tak akan meninggalkan Ha Joon lagi." Ha Joon pindah dalam pelukanku sementara ayahnya masuk kamar dan keluar telah memakai kaos yang baru.

Senyum NamJoon terulas antara malu, kaget, senang dan entah apa yang lainnya. Pria kekar itu memeluk kami. Mengecup kepala Ha Joon lalu mengulum bibirku sesaat.

"Ok, ini sudah hampir pagi. Ha Joon tidur di kamar lagi ya?" NamJoon mengelus belakang kepala Ha Joon yang tetap masih ku peluk sambil duduk.

"Andwe, sirho. Aku takut dad, bolehkah aku tidur dengan kalian?" Ha Joon menatap berharap pada ayahnya.

"Bagaimana jika teman-teman mu tau kau tidur dengan mom dan dad? Seorang pria yang akan jadi kakak sebaiknya harus lebih berani." NamJoon membujuk.

"Aku tak sabar ingin jadi dewasa, supaya tak takut lagi." Keluhnya sambil turun dari pangkuanku, berjalan malas menuju kamarnya.

"Joon-ie, jangan lupa koya mu." NamJoon mengikuti putranya masuk kamar.

"Bagaimana?" Tanyaku ketika NamJoon mendekatiku.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang