17.

45 5 0
                                    

"Dad jangan pura-pura tidak tau. Aku mendengar semuanya." Ucap Ha Joon melirik keki.

Kami semua terkekeh-kekeh.

"Mungkin seharusnya kita semua bicara dengan telepati supaya tuan muda Kim tidak mengacaukan kejutan." NamJoon berdiri di sampingku yang sedang mencuci piring bekas makan malam kami.

"Oppa berdiri saja, ya?" Ku hentikan tangannya yang akan mengambil lap kering. Kita semua tau apa yang akan terjadi jika tangannya berdekatan dengan benda-benda bukan?

"Nde." Dia patuh. Tangannya berhenti mencoba meraih lap tapi kini malah melingkar di pinggangku.

"Tuan idol kita tidak sedang di rumah." Bisikku malu.

"Ini juga rumah mu nyonya muda Kim."

Aku hanya bisa berharap orang tuanya tak melihat keintiman kami di dapur.

"Berapa lama kami harus tinggal di sini?" Tanyaku

"Kalian baru datang."

"Aku hanya bertanya hanya tak ingin menyusahkan abonim dan eommanim." Ku putar tubuhku hingga kami berhadapan. "Bukankah oppa punya rumah pribadi?" Wajahku berhadapan dekat dengan wajah RM yang menunduk.

"Aku setuju dengan usul Eden, kalian pulanglah ke rumah." Suara ibu NamJoon membuat kami salah tingkah hingga siku NamJoon menyenggol gelas wine yang tadi ku keringkan.

"NamJoon-aa, gelas itu sekarang sisa tiga." Ibunya tersenyum melihat ku malu.

Kami sudah dalam kamar yang sama. Ha Joon terlelap ditengah ranjang milik NamJoon dulu. Aku baru saja dari kamar mandi. NamJoon duduk memperhatikan putranya yang terlelap.

"Dia mirip dengan oppa."

"Aku hebat kan membuatnya seperti foto copy ku." Lesung pipinya muncul untukku.

"Ranjang tak muat untuk kita bertiga. Oppa tidur di kamar tamu saja ya?"

"Sendiri?"

"Iya sendiri, kasihan Ha Joon tidur sendirian ditempat baru. Lagian kita berdua sudah bercerai, masa iya tidur bersama."

"Oke, besok kita pulang ke rumahku." NamJoon keluar kamarnya dengan wajah cemberut.

Setelah sarapan, kami berangkat menuju apartemen NamJoon. Pria sukses itu punya apartemen di daerah elit. Beberapa selebritis tinggal di area itu. Dua member grup ya juga punya rumah diarea yang sama. Suga dan SeokJin.

"Itu rumah Suga samchon dan gedung yang di sana itu, rumah SeokJin samchon." NamJoon mengarahkan telunjuknya memberi tahu Ha Joon.

Ha Joon tak menutup mulutnya takjub dengan apartemen NamJoon. Sejak masuk pintu, naik lift hingga sekarang berada didalam apartemen itu Ha Joon masih terpesona.

"Dad, itu?" Telunjuknya mengarah pada mainan balon bentuk perosotan.

NamJoon mengangguk. Teriakan bersemangat Ha Joon bisa kami dengar. Dia bersenang-senang dengan mainan barunya.

"Kamar Ha Joon di sana, kamar kita disini." Tangannya membuka tuas pintu.

Kamar bernuansa hitam dan putih. Aku menoleh kearahnya sesaat dengan mata menyipit kecil. Dia tau maksudku dan ikut meringis. Mataku tertuju pada meja didekat jendelanya yang membuat kamar ini punya warna lain. Vas berisi bunga mawar pink segar.

"Pink." Bisiknya.

"Terimakasih, aku suka."

"Mau lebih terkesan?" NamJoon berjalan menuju sebuah pintu.

Tangannya membuka handel dan menyuruhku masuk. Mataku sama dengan mata Ha Joon tadi. Membelalak takjub melihat isi ruangan itu. Kamar baju yang berisi baju NamJoon juga baju-baju wanita dengan ukuranku.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang