NamJoon dan kami semua terkejut dengan panggilan akrab pembeli yang berdiri dihadapanku itu. Dokter itu menoleh kearah ku dan Ha Joon juga NamJoon. Ha Joon yang tak mengerti mengenai kecanggungan situasi kami, tak menghiraukan apapun. Dia setengah berlari menyongsong NamJoon.
"Paman." Teriaknya bahagia.
NamJoon memeluk Ha Joon masuk makin kedalam toko. Berdiri tepat dibelakang dokter wanita yang membelakanginya menatapku penuh tanda tanya.
"Boram, apa yang kau lakukan disini?" NamJoon bertanya.
"Aku membeli kado untuk keponakanku. Oppa sendiri?" Tanyanya selidik.
"Aku mengantarkan kue pesanan pria kecil yang tampan ini, bukan begitu Joon-aa?"
Ha Joon mengangguk-angguk senang. Ha Joon memberi isyarat untuk NamJoon menggendongnya hingga ruang kecil di belakang toko. Sedikit tak yakin karena terpergok oleh wanita yang sama yang dia peluk di pelataran parkir rumah sakit, NamJoon tetap mengikuti putranya.
"Emm, aku akan segera mempersiapkan pesanan dokter. Besok akan segera ku kirimkan, untuk alamat penerimanya apakah aku boleh memintanya sekarang?"
"Aku akan mengirimkan via pesan padamu. Ini kartu bisnis mu bukan?" Tangannya mengambil selembar kartu nama tokoku dari atas meja.
"Bolehkah aku bicara dengan mereka sebelum aku pergi?" Telunjuknya mengarah pada ruangan tempat NamJoon dan Ha Joon berbincang.
Tak menunggu jawaban atau ijinku dia melangkah masuk keruangan itu. Matanya terlihat mengamati sekeliling, seperti sedang menilai kehidupanku. Pertama aku dilihatnya bekerja di kedai sup iga lalu sekarang di toko ini. Mungkin saja dia sedang mengasihani ku, ibu tunggal dengan banyak pekerjaan sampingan.
"Ohh Boram-aa, kau sudah selesai?" NamJoon terlihat berusaha menguasai gundah dihatinya.
"Eoh..aku akan pulang. Oppa belum mau pulang?"
"Aku akan kembali ke dorm setelah dari sini." Matanya menatapku sekilas yang berdiri dibelakang dokter Boram.
"Aku akan menunggu oppa dirumah. Setidaknya pulang makan malam, oke?" Senyumnya berusaha dia hadirkan sekalipun terlihat berat dan dibuat-buat.
Kami bertiga duduk dengan piring kecil berisi cheese cake. Tak ada percakapan antara NamJoon dan aku. Aku sedang menebak-nebak hubungan mereka berdua. Bukan urusanku tapi setelah permintaannya sebelumnya, kejadian tadi cukup mengganggu.
Dalam 5 tahun tentu sudah ada sosok lain yang ngisi hari dalam hidupnya. Berbeda denganku yang lebih memilih tidak lagi berurusan dengan pria selain Ha Joon. Mereka pasti berhubungan lebih dari sekedar teman. Bahkan jelas kudengar, Boram memintanya untuk pulang ke rumah. Artinya mereka tinggal bersama.
"Aku sudah lama tak makan kue ini, ya kan mom?" Ha Joon memulai percakapan.
"Lain kali jika kau ingin sesuatu, mintalah pada mom ya?" Ku sentuh poni rambut Ha Joon yang sudah lumayan panjang.
"Kau sepertinya butuh gunting rambut." Ucapku lagi.
"Aku akan pergi dengan paman ke salon. Boleh paman?" Tanya Ha Joon antusias seperti biasanya.
"Mom pikir, paman tak akan bisa menemanimu ke salon jagoan. Paman ditunggu dokter tadi di rumah mereka lagi pula paman itu seorang yang sangat sibuk." Ku putuskan keinginan ke pria di dekatku itu.
Wajah NamJoon tak enak dilihat. Tentu saja dia tak bisa mendebat keberatan yang ku utarakan langsung itu. Aku merasa sudah cukup segala percobaan yang dia lakukan untuk berusaha dekat dengan Ha Joon. 5 tahun kami berdua hidup tanpa ada sosoknya dan kami baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Idol, I Love You
FanfictionBersatu karena kesalahan semalam, berpisah karena dipisahkan. Dikejar lagi karena cinta.... Apakah mereka akan berhasil bersatu? Dengan latar belakang berbeda dan strata tak sama.... Kim NamJoon x Eden (you)