NamJoon tersenyum tipis mengingat dia bisa sedekat tadi dengan putranya. Dia bisa menyentuh putranya secara nyata. NamJoon juga melihat sang mantan istri masih menyimpan cincin kawinnya dengan rapi dan hati-hati. Tak ada yang dia pikirkan selain keduanya yang telah kembali. Hal lain seperti tak penting untuk pria itu.
"Aku sudah sampai rumah. Terima kasih mengijinkanku bertemu dengan Ha Joon."
Pesan singkat itu baru saja dia kirimkan, namun dia sudah tak sabar menunggu balasannya.
"Syukurlah. Selamat malam oppa."
Sebuah kalimat singkat dan biasa saja itu mampu membuat NamJoon berbunga-bunga. Dirinya sendiripun bingung dan malu, menyadari bahwa dia kembali ke masa berapa tahun kebelakang. Bertukar pesan dengan mantan istrinya yang masih menjadi istrinya kala itu.
"Selamat malam Eden-aa, semoga mimpi indah."
1 menit.
2 menit.
3 menit, NamJoon menunggu dengan tak sabar. Melotot pada layar ponsel hitamnya. Selang 5 menit kemudian, dia merebahkan tubuhnya. Senyumnya tak pudar menggambarkan rasa hatinya yang sangat bahagia.Boram kembali ke apartemennya, apartemen yang dihadiahkan untuknya. Tanda terima kasih karena telah menolong NamJoon dan sogokan "Tutut mulut". Wanita itu membanting tasnya di ranjang. Mondar-mandir sambil menggigiti kuku dengan gusar.
Otaknya berpikir keras, sedangkan sakit hatinya membuncah. Dia seperti dibuang, dikesampingkan dengan sikap dingin tiba-tiba pria yang diidolakan juga dicintainya. Baginya sebuah penghinaan telah NamJoon berikan setelah semua hal yang dia lakukan selama 5 tahun ini.
"Kau pikir, kau siapa?" Pantatnya menduduki kursi meja tulisnya dengan kasar.
Tangannya sibuk mencari-cari sesuatu didalam laci-laci, rak buku, juga kardus didekat kakinya. Wajahnya menyeringai seram ketika dia mendapatkan apa yang dia cari. Matanya melotot menyusuri kata demi kata, lembar demi lembar hingga.....
"Kau masih di sana dan tak akan kemana-mana." Gumamnya penuh percaya diri.
Ha Joon terbangun kemudian menangis hingga terisak-isak. Wajahnya yang khas bangun tidur sekarang menjadi merah dan sembab. Ayahnya akhirnya datang masih memakai piyamanya. Ha Joon berhenti menangis ketika melihat paman koya-nya muncul diambang pintu.
Aku terpaksa menelpon NamJoon pagi ini. Kembali mempersilahkan manusia masa lalu itu datang ke rumah ini lagi. Kali ini dan hari ini aku tak bisa membujuk Ha Joon. Es krim, mainan, taman, makan diluar bahkan ijin untuk tidak sekolah tak membuatnya bergeming dari tangis.
"Chaa! Sekarang waktunya Ha Joon mandi dan sarapan supaya bisa sekolah dengan baik." Bujukan NamJoon setelah beberapa lama menggendong anak kecil itu.
Tubuh kurusnya dulu sudah berubah menjadi kekar. Rambut pendeknya sudah bertumbuh menjadi sedikit lebih panjang. Yang tak akan pernah berubah hanya senyum dan lesung pipi itu. Dia tak tampak kesusahan dan lelah memeluk Ha Joon hingga anak itu tenang.
NamJoon memandikan Ha Joon kemudian kami sarapan bersama. Wajah sembab masih terlihat jelas karena mata Ha Joon masih bengkak, hidungnya juga masih merah.
"Kau terlihat seperti rusa natal Joon-aa." Godaku.
"Ini karena mom tidak menahan paman dan paman melanggar janji." Kilah Ha Joon.
"Miane, mom tidak bisa menahan paman karena paman harus kembali ke dorm untuk pekerjaannya." Lirikanku kearah NamJoon meminta bantuan dukungannya.
"Paman juga minta maaf. Tapi bukankah kita berjanji akan bertemu weekend? Mungkin paman yang salah." Jelas sekali jika NamJoon tak ingin berseteru dengan keadaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Idol, I Love You
FanfictionBersatu karena kesalahan semalam, berpisah karena dipisahkan. Dikejar lagi karena cinta.... Apakah mereka akan berhasil bersatu? Dengan latar belakang berbeda dan strata tak sama.... Kim NamJoon x Eden (you)