21.

50 5 0
                                    

Boram tersenyum licik, melihat aku yang berusaha menenangkan diri. Aku harap dia tak tau jika tanganku kembali bergerak masih berusaha melepaskan ikatannya.

"Oh ya, apa kau lapar? Aku membawakan sesuatu untuk mu. Itu juga jika kau bisa melepaskan ikatan itu." Boram menikmati momen ini.

Matanya seperti bersinar senang melihat ku menderita. Aku sangat lapar dan haus. Tapi keinginan untuk pergi dari sini melebihi apapun juga.

"Sudah malam!" Boram keluar pintu setelah mengecek jam dipergelangan tangannya.

Aku terdiam sesaat. Hanya seperti ini? Jadi dia pergi untuk tidur? Meninggalkan ku sendirian? Mataku menyusuri sekeliling sambil memicing. Lampu hanya menyorot ku tepat dari atas kepala. Aku yakin ruangan ini adalah gudang atau basemen. Artinya pasti ada sesuatu yang tajam bisa ku gunakan untuk membuka tali ini.

Tapi ternyata nihil. Tak ada barang apapun atau mungkin aku yang tak bisa melihatnya dengan baik. Ku tarik-tarik tanganku, ku renggangkan hanya mengikuti naluri saja. Sakit, perih, ngilu tak ku hiraukan lagi.

Sayup terdengar dari luar, suara percakapan dua orang. Ku tajamkan telingaku mencoba menebak usia pemilik suara itu. Aku yakin jika suara itu milik dua orang anak.

"Halo, apa kalian mendengar ku? Hallo! Hallo!" Aku sedikit meninggikan suara ku.

Suara percakapan itu berhenti seketika. Ku harap mereka tidak menganggap diri mereka sedang berhalusinasi atau mendengar suara hantu.

"Hai kalian yang di luar, tolong! Aku membutuhkan pertolongan." Bisik ku kali ini lebih kuat.

Tak ada jawaban dari luar. Ku tunggu berapa lama, namun tak ada jawaban yang ku dapatkan. Aku mulai putus asa. Tak bisa bergerak, tak bisa berteriak, air mataku mulai meleleh. Dalam otakku hanya ada Ha Joon. Dia pasti mencari ku, dia pasti menanyakan keberadaan ku.

Tangisan Ha Joon membuat panik bibi Shin, Aery juga Baekhyun. Tangisnya menjadi-jadi tak terbujuk. Ha Joon tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia bingung mendapati dirinya masih di toko bersama Shin haelmoni, Hyun hyung juga Aery imo tanpa aku.

"Haelmi, dimana mom?" Pertanyaan Ha Joon tak bisa di jawab oleh mereka.

Ha Joon yang bingung tak melihatku, juga tak mendapat jawaban dari orang-orang dewasa yang menjaganya, membuat dia menangis meminta ibunya.

"Mommy....mommy aku mau mom ku, haelmi." Ha Joon berteriak-teriak kesal.

"Aigoo Joon-aa, tolong berhenti menangis. Ibu mu belum pulang sejak pergi tadi, apa kau tau kemana ibu mu pergi?" Pertanyaan bibi Shin membuat Ha Joon berhenti menangis.

Di LA....
NamJoon berusaha menahan semua sesak di dada karena pikirannya telah lebih dulu kembali ke Korea. NamJoon tak bisa pergi dengan alasan apapun karena proyek ini harus diselesaikan sesuai jadwal.

Melihat SeokJin yang antusias dan bersemangat, membuat NamJoon tak ingin mengganggunya degan alasan pribadi. Pemimpin Bangtan itu telah meminta managernya untuk mencari istrinya.

Wajah cemas NamJoon tak bisa lepas dari mata SeokJin. Pria tertua Bangtan itu sejak tadi memperhatikan leader yang sekarang jadi produsernya itu dengan tanda tanya. Kim PD selalu fokus ketika bekerja, dia tak pernah tergoyahkan ketika bekerja.

"Apa semua baik-baik saja, NamJoon-ah?" SeokJin berbisik.

"Nde hyung." NamJoon memasang senyum palsu yang diketahui SeokJin.

Pekerjaan mereka selesai jauh lebih lama dari jadwal. Sekarang NamJoon dan SeokJin sedang menikmati makan malam namun wajah NamJoon suram. Hal ini juga disadari oleh rekan kerja mereka.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang