15.

55 7 0
                                    

Mantel NamJoon basah kuyup, dia sekarang sedang mengganti baju juga celana yang turut basah karena hujan. Dia tak punya baju di rumah ini, maka dia memakai kaos oversize juga celana pendekku yang paling melar.

NamJoon duduk diam di ruang makan dengan teh manis panas mengepul uapnya. Dia sedang malu dengan penampilan yang sedang ku tertawa kan itu. Wajahnya kesal namun pasrah tak bisa protes.

"Sepertinya kita harus membeli genset atau lampu emergency. Lilin sangat berbahaya. Kasihan Ha Joon kegelapan." NamJoon menyusuri ruangan yang temaram selebihnya gelap dengan matanya.

"Kejadian seperti ini sangat jarang terjadi, oppa. Kau datang dengan basah kuyup juga hal baru bagi ku." Ku seruput teh manis.

"Jalanan macet, ada kecelakaan, lampu lalulintas mati. Aku hanya khawatir, kalian tinggal hanya berdua tanpa pria dewasa. Aku tak bisa tidur nyaman." NamJoon menatap lama mataku hingga aku canggung.

"Besok aku akan mengirimkan lam--."

Ketukan pintu membuatnya berdiri tanpa menyelesaikan kalimatnya."

Suasana gelap karena terang lilin tak bisa menjangkau pintu depan membuatku memicing.

"Hyung, Noona." Suara Baekhyun terdengar.

"Apakah itu kau Hyun?" Tanyaku sambil membawa lilin mendekat ke pintu depan.

"Kami kira kalian hanya berdua. Signal ponsel mati makanya nenek menyuruhku datang membawa ini dan tidur di sini. Tapi karena Hyung ada, aku tinggalkan saja ini." Baekhyun menyerahkan lampu portabel pada NamJoon.

"Terimakasih kami untuk nenek dan kau Hyun." NamJoon menutup pintu setelah Baekhyun pergi dengan mobil kedai.

NamJoon sibuk mencari tombol untuk menyalakan lampu itu yang tak ketemu. Aku harus turun tangan. Hanya dengan meraba ku temukan segera tombol on dan terang seketika muncul.

"Oppa bawa ini ke kamar. Arahkan ke dinding supaya Ha Joon tak silau."

Baru saja NamJoon menekan tuas gagang pintu, terdengar bunyi pecah yang nyaring. Aku sudah tau jika pasti tangannya sedang berkreasi.

"Sayang, maaf. Handel pintunya lepas." Suara NamJoon memecah hening dan suara deras hujan.

"Kita akan tidur dimana?" Tanyanya.

"Oppa tidur di kamar Ha Joon, aku akan tidur bersama Ha Joon, atau oppa yang tidur dengan Ha Joon aku yang tidur dikamar sebelah?"

"Pilihan mu tak enak semua." Gumamnya sambil meletakkan handel pintu di atas meja dapur.

"Bukankah sofa ini bisa jadi lebih besar ya?" NamJoon menarik bagian yang biasa diduduki hingga membuat sofa itu menjadi seperti ranjang yang muat untuk dua orang.

Senyumnya terlihat puas seperti sedang bilang jika dia jenius. Kakinya masuk ke kamar Ha Joon dan keluar dengan dua bantal dan selimut juga kotak tisu. Dahi ku berkerut melihatnya membawa perlengkapan. Kotak tisu?

"Hanya untuk jaga-jaga saja jika nanti malam ada yang bersin tiba-tiba." Ucapnya sambil meletakkan kotak biru itu di atas meja.

Jika sudah begitu aku tau maksudnya. Sepertinya pria itu memang enggan melepaskan ku. Alasan logisnya, perjuangannya hingga muncul basah kuyup di rumah ini, dia benar-benar ingin mengambil hatiku.

"Sini tidur, aku sudah kedinginan." Pintanya sambil menarik tanganku.

Kami berpelukan didalam selimut. Rasa nyaman didalam dekapannya membuai ku. Baunya segar maskulin seperti sedang memanggil ku untuk menciumi lehernya. NamJoon menggerakkan tangannya mengelus perutku.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang