3.

94 8 0
                                    

Makanan pesanan untuk meja disudut diantar oleh Aera. Sepertinya Aera tak begitu memperhatikan siapa mereka. Namun orang lain berbisik-bisik menyadari 3 member grup idol paling terkenal di Korea berada dalam kedai yang sama dengan mereka.

Ketiganya tengah menyantap makan siang yang sudah lewat jam itu sembari mengobrol. Aku juga tak mau ambil pusing dengan mereka. Sekarang status kami hanya mantan suami istri. Hidupnya bukan lagi urusanku. Namun hidupku dan putra kami, masih menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan keinginannya sendiri.

Apartemen kami telah berubah nama menjadi milik Ha Joon. Nama Ha Joon juga dia yang memberikannya. Syukur terbesarku adalah aku menuruti keinginan agensi kala itu, untuk menikah. Orang tuaku dan orang tuanya akhirnya memberi kami ijin dengan berat hati. Hasilnya, putraku sah bermarga Kim.

"Eden-aa, berapa banyak teman sekelas Ha Joon?" Bibi Shin mengagetkan ku.

"Ada 10 anak bibi. Bibi akan membuatkan bekal makan siang untuk Ha Joon?" Tanyaku polos.

"Apa kau juga sanggup menolaknya ketika dia menatapmu dengan matanya itu? Bahkan lesung pipinya muncul tadi. Aigoo, bagaimana bisa ayahnya memberikan lesung pipi itu padanya?"

Beberapa detik kemudian bibi Shin memukul bibirnya sendiri. Bibi shin melihatku yang bingung, kaget juga geli dengan tingkah beliau.

"Aigoo, mulut ini tak sopan. Mian! Miane Eden-aa. Ahhh, aku akan menyiapkan bahan untuk bekal cucuku itu. Jaga kasir, cari aku di rumah jika kau perlu aku disini." Tangannya mengibaskan apron yang dipakainya sambil berlalu kedalam.

Ekor mataku melihat wajah RM yang ikut terkejut dengan perkataan bibi Shin. Aku yakin mereka bertiga juga mendengarnya. Aku tak peduli. Kontrak pernikahan kami telah habis waktunya dan aku sekarang adalah janda berusia 25 tahun.

Ketiganya sedang terlibat pembicaraan yang sangat serius sekarang. Aku tak bisa mendengar mereka bicara, karena suara mereka tak sekeras bibi Shin bicara.

"Aku akan membayar." Suara yang kukenal membuatku mengangkat wajah.

"Nde. Semuanya 18.625 won."

Kuterima kartu dari tangannya. Menyelesaikan transaksi dengan mesin.

"Ha Joon sudah besar ya?" Pertanyaan yang menghentikan jariku diatas mesin kasir, sejenak.

Tak aku jawab pertanyaan itu, aku kembali berhitung dengan mesin kasir.

"Tolong bilang padanya, jika daddy-nya rindu."

Aku tersenyum tanpa membuka suara. Kuserahkan nota padanya. Salah seorang yang berjalan dibelakang RM menoleh.

"Eden-ssi, hwaitting!" Dia meringis seperti setiap memberi semangat pada member yang lain.

"Thanks Jhope-ssi." Jawabku berbisik tak mau menganggu privasi mereka.

RM dan Suga yang hampir mencapai pintu, menoleh bersamaan begitu mendengarku membuka suara.

RM tersenyum menunjukkan dimples-nya. Suga mengangkat tangannya kearahku sedangkan Jhope meringis lucu.

"Mereka sudah pergi? Jantungku hampir copot. Apa kau akan selamanya begini? Kasian Ha Joon, aku juga yakin ayahnya ingin bertemu." Bibi Shin muncul dari pintu di belakangku.

"Bibi mengintip?" Tanyaku polos.

"Aku menjagamu bukan mengintip. Menjaga dan mengintip itu beda." Elak bibi Shin malu.

Bibi Shin kali ini benar-benar menuju rumah di belakang kedai. Aku merasa begitu di sayangi.

"Benarkan? Eden di daerah ini." Jhope membuka suara ketika mereka sudah berada didalam mobil.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang