5.

89 9 0
                                    

"Paman, kalian sangat lucu. Aku ingin perosotan begitu juga." Mata Ha Joon memohon.

"Itu adalah alat untuk konser Ha Joon. Jika kau mau, mungkin kau bisa mengunjungi rumah paman. Paman punya perosotan seperti itu tapi lebih kecil."

"Benarkah? Aku akan meminta ijin mommy." Binar wajah Ha Joon membuat ayahnya tersenyum.

Dia tak pernah melihat senyum manis putranya. Dia juga kehilangan momen spesial sebagai ayah selama ini. Sedekat ini sang anak, sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah itu, dia hanya menerima kiriman Vidio dan foto dari asisten rumah tangga lama mantan istrinya.

Sekitar 3 tahun yang lalu, asisten rumah tangga itu diberhentikan oleh mantan istrinya dengan alasan Ha Joon sudah besar dan mulai bisa mandiri. Maka otomatis, informasi mengenai putranya tak bisa lagi dia dapatkan.

"Ohh, bukankah itu mommy juga?" Telunjuk mungil Ha Joon terarah lagi pada foto di belakang RM berdiri.

"Mengapa paman memeluk mommy?" Pertanyaan Ha Joon sekali lagi membuat RM kalang kabut.

"Emm, dulu mommy bekerja bersama paman. Mommy bekerja sangat rajin. Bahkan ketika mommy mengandungmu."

"Ahh nde." Jawab manis Ha Joon makin membuat ayahnya gemas.

"Ha Joon-aa, apa hari ini kau mau paman antar pulang?"

"Ibu guru bilang kami akan pergi dan pulang bersama."

"Ahh, begitu ya? Bagaimana jika paman meminta ijin gurumu?" RM setengah memaksa.

Ha Joon menatap ayahnya tanpa berkedip.

"Nde!" Jawab singkatnya.

Jam sudah menunjuk angka 4 sore.  Aku masih di toko dengan harapan Ha Joon segera pulang. Jam tidur siangnya sudah terlewat, akan menjadi kerja tambahan bagi gurunya jika dia sampai tidur di mobil.

Sebuah mobil berhenti dan itu bukan bus sekolah ataupun mobil guru Ha Joon. Sebuah wajah muncul dibalik jendela kaca dengan lesung pipi manisnya. Muncul di belakang Ha Joon wajah lain yang juga sangat kukenal.

Seorang pria dengan jas hitam membukakan pintu untuk mereka. Aku berdiri menunggu di dalam toko. Keduanya bergandengan tangan masuk. Ha Joon segera menghambur dalam pelukanku. Pria itu berdiri menatap kami.

"Mom, i miss you." pekiknya.

"Agioo, mommy juga rindu. Apa kau senang hari ini? Kau melewatkan tidur siangmu."

"Mom, paman ini mengantarku pulang." Mata Ha Joon menoleh kebelakang.

"Do you remember what I said about stranger?"

"His not mom, aku melihat foto paman itu sedang memeluk mom ketika aku didalam perut mom dulu."

Aku terhenyak. Ha Joon melihat foto kami? Dia masih menyimpan foto kami? Dimana? Kuangkat wajah melihat kearahnya yang tersenyum tipis merasa tertangkap basah.

"Baiklah, kita akan pulang karena ini hampir malam. Jadi kau harus pamit pada paman itu sekarang." Bujukku. Wajah Ha Joon seketika berubah sedih.

Kakinya mendekati RM dengan kepala tertunduk. RM berjongkok, mengusap kepala Ha Joon lembut.

"Hei buddy, kita bisa bertemu lagi nanti. Sekarang Ha Joon pulang dengan mom ya." Pria itu sedang berusaha meredakan kecewa di hati putranya.

"Tapi paman, bukankah paman sudah janji?"  Ucap lirih Ha Joon tertunduk.

Jika sudah begini akulah yang akan merasa bersalah. Permintaanku membuat Ha Joon murung.

"Bagaimana jika besok paman mengirim makan malam ke rumah Ha Joon?"

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang