8.

59 6 0
                                    

"Aigoo! Aigoo! Jadi dua jahitan? Kau sungguh anak yang kuat Joon-aa." Bibi Shin berkali-kali mengusap kepala Ha Joon yang sibuk menyeruput sup daging.

"Kau sudah seperti cucu kandung nenekku, anak kecil." Baekhyun manyun menggoda Ha Joon.

"Makanya, Hyun-ie Hyung harus seimut aku supaya haelmi sayang pada Hyung." Ledek Ha Joon balik.

"Aishah, jinjja. Aigoo anak ini pandai bicara." Baekhyun mencubit pipi Ha Joon sampai membuat anak itu berteriak.

"Yak Baekhyun-ie! Omo, Omo apakah sakit? Aishhh anak itu!" Bibi Shin melotot kearah Baekhyun yang menuju kasir.

"Noona, kunci toko dan mobil." Pintanya dengan telapak tangan terbuka di hadapanku.

"Jangan berikan Eden-aa, dia hanya akan kabur kesana." Bibi Shin yang berjalan menuju dapur melirik tajam kearah cucunya.

Kuberikan dua kunci pada pemuda itu yang disambut senyum hingga mata sipitnya melengkung.

"Kau terlalu memanjakannya Eden-aa. Kapan dia akan dewasa jika kau melindunginya terus?" Kesalahan bibi Shin tak ditanggapi Baekhyun.

Pria itu lebih memilih mendekati Ha Joon yang telah selesai makan. Wajah putraku bingung, baru sekarang dia melihat bibi Shin memarahi Hyun-ie Hyungnya. Baekhyun duduk dihadapan Ha Joon.

"Ayo kita bantu mommy mu menjaga toko." Baekhyun menggendong Ha Joon keluar pintu.

"Lihat dia, dia lebih suka menjaga toko mu daripada membantuku." Keluhan bibi Shin pasti didengar oleh cucunya.

"Aku akan membantu bibi disini." Ujarku singkat.

"Kalau begitu, kita bertukar toko saja." Bibi Shin meninggalkanku yang tersenyum tipis.

Wanita renta ini hanya kesal dibibir, aku tau pasti dengan pasti. Dulu pun seperti itu, bahkan ketika akhirnya Bomi tak pernah pulang lagi karena bertengkar dengan bibi Shin, bibi sangat menderita. Maka aku yang disuruhnya bekerja membantu Bomi. Akulah jembatan penghubung mereka. Kali ini aku juga akan menjadi jembatan bagi Baekhyun dan bibi Shin.

Siang ini lebih ramai dari sebelumnya. Pembeli keluar dan masuk tanpa jeda. Aera, karyawan satu-satunya bibi Shin terlihat kewalahan, hingga aku ikut turun membantunya.

"Aigoo, anak itu memilih santai dari pada bekerja di kedai ini. Lihat kelakuan mu yang selalu membelanya." Bibi Shin akhirnya duduk di kursi kasir.

Aku hanya tersenyum menanggapi keluhan demi keluhan kekesalan wanita yang telah kuanggap seperti ibuku sendiri. Aera juga memilih diam, dia tentu tak berani menanggapi bosnya itu.

"Aera, istirahat dulu. Sejak tadi tangan dan kakimu tak berhenti." Tanpa memandang Aera, bibi Shin menunjukkan kelembutannya.

Kuberikan tanda supaya gadis itu beristirahat. Aku masih melanjutkan pekerjaan sisa yang ditinggalkan Aera. Hingga bunyi lonceng di atas pintu berbunyi.

"Selamat datang dokter." Kudekati meja dua orang wanita yang duduk di samping jendela.

"Ohh, kau bekerja disini?" Dokter yang tadi menjahit lutut Ha Joon datang ke kedai bersama seorang temannya.

"Iya, aku bekerja disini. Anda mau pesan apa?"

Kubawa kan pesanannya, dua porsi nasi sup iga dengan acar mentimun dan cabai. Uap yang mengepul membawa nafsu makan muncul. Aroma sup membuat siapapun menjadi lapar sekalipun sudah kenyang.

"Dimana Ha Joon? Apa dia baik-baik saja?" Tanya dokter itu.

"Iya dok, dia dan adik saya sedang di toko sebelah. Silahkan menikmati makan siang anda dok." Pamitku meninggalkan mereka untuk membawa nampan ke dapur.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang