"Aku juga menangis ketika pertama kali datang." Sebuah suara menghentikan tangis ku.
"Aku berasal dari Busan, namaku Luna."
"Namamu bagus." Ucapku.
"Simpan energi mu pekerjaan kita banyak, menangis hanya akan membuat mu kelelahan." Ucapnya terdengar pasrah.
"Pekerjaan?" Tanyaku bingung.
"Kita hanya bisa makan jika kita menghasilkan uang untuk mereka." Wanita lainnya menambahi.
"Apa yang akan mereka lakukan?"
"Pelacur. Kita semua dipaksa untuk melacur. Imbalannya adalah makanan." Wanita yang kehilangan adiknya itu menjawab pilu.
Mulutku tercekat.
"Eonni, aku lapar." Suara seorang anak membuatku terhenyak.
Mataku mencari sumber suara, terlihat gadis muda meringkuk dipangkuan seorang wanita yang juga lesu. Wajah gadis itu menyayat hati, baju yang dipakainya minim dan robek di bagian bahu.
Aku baru menyadari jika semua wanita di ruangan ini memakai baju yang minim. Jadi benar yang dikatakan oleh wanita tadi? Kami dijadikan wanita penghibur? Jadi, aku dijual untuk dijadikan pelacur?
"Siapa namamu?"
"Sugar." Jawabnya lemah.
Ku berikan sebungkus coklat yang ku curi dari toko pompa bensin. Tangannya yang gemetar secepat kilat meraih coklat dari tanganku. Tak lama, seluruh coklat itu habis dimakannya.
"Eonni, terimakasih. Siapa nama eonni?" Tanyanya mendekatiku.
"Eden."
"Mereka menamai mu dengan baik. Kau memang surga bagiku. Terimakasih eonni."
"Itu namaku yang sebenarnya. Kalian semua sudah berapa lama di sini?"
"Paling lama sekitar tiga bulan. Sugar datang seminggu yang lalu." Jawab wanita yang memangku Sugar tadi.
"Kalian tak melawan? Melarikan diri? Atau apapun?"
"Maka kau akan mati seperti adikku." Suara lirih penuh emosi membuatku makin berdegup kencang.
"Jadi kita terjebak di sini?" Keluhku putus asa.
Hening, tak ada sahutan yang bisa menenangkan diriku juga mereka semua.
"Sebelum sampai di sini, aku mengirim pesan pada suamiku."
"Jinjjayo? Kau serius?" Sepertinya semua orang mendapatkan kekuatan baru.
Ada semangat dalam rasa penasaran mereka.
"Lalu apakah suamimu bisa membebaskan kita semua?" Yang lain mulai bertanya.
"Tolong bersabar sedikit lagi, aku yakin dia akan sampai disini secepatnya."
Ku sadari jika aku sendiri tak yakin dengan kejujuran ku. Bisakah suamiku menemukan ku? Bisakah suamiku membebaskan kami? Berapa lama waktu yang dibutuhkannya? Apakah kami bisa bertahan selama itu?
Lain halnya dengan para detektif diluar sana. Mereka masih gigih dengan pencariannya terhadapku. Pom bensin di alamat yang ku berikan mereka sambangi dan menemukan seorang penjaga toko yang kebingungan.
"Apa yang anda maksudkan pak? Aku pemilik toko dan pom bensin ini. Selama bertahun-tahun aku membuka usahaku tak pernah sekalipun kedatangan wanita yang kalian maksudkan." Pria paruh baya itu tetap berkeras.
"Hyung, biar aku pastikan." Seorang detektif menelpon nomor yang kupakai untuk mengirimkan pesan.
"Yeoboseyo?" Jawaban itu membuat semua detektif saling menatap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Idol, I Love You
FanfictionBersatu karena kesalahan semalam, berpisah karena dipisahkan. Dikejar lagi karena cinta.... Apakah mereka akan berhasil bersatu? Dengan latar belakang berbeda dan strata tak sama.... Kim NamJoon x Eden (you)