12.

82 5 0
                                    

NamJoon meraih ponselku yang berdering. Dia menatap layar dengan dahi berkerut.

"Sepertinya Boram menelpon mu." Ponsel dia serahkan padaku.

"Hapal ya pak?" Sindirku.

"Bukan begitu." Elaknya malu.

"Maafkan saya dok, saya ada urusan penting. Baiklah, saya segera ke toko. Tapi maaf, anda belum mengirimkan alamat penerimanya. Baik dok, terima kasih."

NamJoon menunggu penjelasanku.

"Pesanannya kemarin." Aku beranjak menuju kamar mandi begitu juga NamJoon.

"Pergilah ke toko, aku menunggumu disini. Jangan lama-lama." Wanti-wanti NamJoon ketika aku sudah didalam mobil.

"Iya oppa, aku hanya harus mengirimkan barang itu pada kurir, lalu aku akan pulang." Jawabku.

Kami bahkan masih sempat berpagutan cukup lama di garasi. Aku pergi dengan senyum NamJoon mengiringi.

Dokter Boram berdiri didepan tokoku yang masih terkunci. Dia menatap dingin seperti sedang menelitiku. Aku berkali-kali meminta maaf dan berbohong dengan memberinya alasan makan siang.

Kurir mengantarkan barang dokter Boram ke alamat tujuan. Namun dia masih berada dalam tokoku.

"Apa tadi malam NamJoon oppa tidur ditempat mu?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Aku menggeleng ragu. Entah mengapa tanpa berpikir panjang kulakukan itu.

"Apa dia mengatakan kemana dia tadi malam?" Tanyanya selidik.

"Maaf dok, seharusnya anda bertanya langsung padanya bukan padaku." Jawabku singkat.

"Kau benar, ponselnya mati dan aku menunggunya di rumah dengan bodoh." Senyum kecutnya muncul.

"Aku tau, kau mantan istrinya bukan?"

Aku tak terlalu terkejut dengan tebakannya itu. Jika kesimpulanku benar maka mungkin saja NamJoon sudah bercerita mengenai aku dan Ha Joon.

"Kami baru saja bertemu dan semua hanya karena Ha Joon." Aku sendiri tercekat dengan jawabanku.

Semua hanya karena Ha Joon? Benarkah? Bahkan aku tak menolak asmara yang kami lakukan sejak semalam. Bahkan permintaannya tadi tak bisa ku abaikan begitu saja. Aku juga ingin kami kembali bersama. Ingin sekali, tapi mungkin saja wanita cantik di hadapanku ini akan kecewa.

"Aku harap kau jujur. Kami tinggal bersama, kau mengerti maksudku bukan?"

Aku tertunduk menyembunyikan kecewa.

"Kemunculan kalian memang tak ku harapkan, tapi aku juga tak bisa melarang hubungan ayah dan anak. Aku hanya tak ingin rencana pernikahan kami terganggu karena kalian berdua, itu saja." Senyum manisnya membuat pahit pikiranku.

"Tidak dok, itu tak akan terjadi."

"Aku harap begitu. Emmm, terima kasih telah membantuku hari ini. Oh ya, sepertinya kau juga sudah punya kekasih." Telunjuk dokter Boram memegang bagian rahang bawahnya.

Terlihat rahang bawah kanan yang memerah dari kaca samping tempat ku berdiri karena Perbuatan NamJoon tanpa ku sadari. Aku tersenyum malu kearah dokter Boram.

"Aigoo, Noona apa kau kelelahan semalam?" Suara Baekhyun masuk toko tanpa melihat sekeliling.

Dokter Boram menyimpan senyumnya dengan susah payah. Kemungkinan besar tebakanku benar, dia menyimpulkan jika pembuat tanda merah ini adalah Baekhyun.

"Ahh, selamat siang. Maaf aku tak memperhatikan. Noona, ayo makan jika kau sudah selesai. Kau harus mengganti energi mu bukan?" Bisiknya padaku.

Lagi-lagi dokter Boram menyembunyikan senyumnya dengan menundukkan wajah.

Mr Idol, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang